Marvin menghempaskan tubuh besarnya, di kursi kebesarannya sambil memijat keningnya yang tiba-tiba saja berdenyut nyeri. "Kau memang bodoh Marvin. Bisa-bisanya, kau malah sibuk menatap Fenia di saat semua rasa sakitmu ada di depan matamu sendiri. Seharusnya kau tidak kembali mengingat masa lalumu dan seharusnya kau membuang semua perasaanmu itu." Maki Marvin pada dirinya sendiri. Marvin memukul-mukul keningnya sendiri berusaha untuk menyingkirkan bayangan Fenia di dalam hatinya. Meskipun Marvin akui bahwa kata-kata Rosalind memang sempat membuat ia lemah, tapi lagi-lagi Marvin harus di ingatkan bahwa dirinya dan Fenia tidak mungkin akan bersatu. Tok! Tok! Tok! Hingga suara pintu yang diketuk membuat Marvin kembali duduk dengan tegap. Seseorang melangkah masuk dengan kepala yang sedik