Eps. 12 Dalam tidurnya

1998 Words
Author P.O.V Lama sekali Jesi mencoba tidur tapi dirinya tetap terjaga. Pikirannya tambah semrawut. “Lebih baik aku mandi. Siapa tahu lebih segar dan bisa tidur,” gumam Jesi seorang diri. Dia bangkit dan mencoba melihat keadaan di ruang tamu. Nampak Juan yang sedari tadi sibuk dengan laptopnya. “Bisa – bisanya dia masih terlihat tampan. Padahal dia diem doang. Bahkan disaat sibuk-pun dia nampak sempurna. Ya ampun otot – otot lengannya itu,” batin Jesi menganga tatkala melihat lengan Juan yang seksi dan berotot. Cukup lama Jesi menyaksikan adegan yang jarang dia temui itu. Hingga dia tak sadar niat tujuan awalnya mengecek. “Lah, kok aku malah ngeliatin dia sih. Sadar, Jesi sadar,” lirih Jesi seorang diri. Melihat tidak ada pergerakan dari Juan, akhirnya Jesi memberanikan diri untuk mengambil baju dan pergi ke kamar mandi yang ada di ujung kamar itu. Habis mandi dan berganti pakaian, Jesi terlihat menatap kaca di wastafel kamar mandi. Dirinya terlihat fresh kembali, namun tatapan matanya seperti memandang jauh ke depan. Jesi masih tidak percaya bahwa Juan adalah calon tunangannya. Padahal dia sangat membecinya, karna pernah menurunkan dirinya di tengah jalan. Bicaranya-pun tidak pernah lembut pada Jesi. Jadi mana mungkin bisa dia. Tapi dilain sisi dia juga lega, karna faktanya pria yang dijodohkan oleh keluarganya sejak dulu, bukanlah pria tua yang beruban. Justru pria tampan bak pangeran, persis dalam negeri dongeng yang dia baca dulu saat dirinya masih kecil. “Apa lebih baik aku terima saja perjodohan itu ya?” batin Jesi merasa bingung. “Tidak, Jesi. Jangan terburu – buru. Lebih baik kamu pikirkan dulu masak - masak tentang lanjut tidaknya berjodohan ini. Karena mengingat betapa buruknya perilaku Juan terhadapmu. Ingat, Jesi! Jangan mudah terperdaya oleh ketampanannya,” Jesi mengangguk singkat ke arah kaca tanda dirinya harus punya sikap. Setelah mantap memutuskan, akhirnya dirinya membuka pintu kamar mandi untuk kembali ke tempat tidur. “Astaga,” Jesi kaget melihat Juan ada di dalam kamar, sambil bersedekap menatap ke arah kamar mandi. “Kamu ngapain sih tiba – tiba disini? Bikin kaget saja,” dengus Jesi mengelus d**a “Hakku-lah. Ini kamarku. Ingat itu. Kamu hanya numpang disini,” ucap Juan sarkas “Ya aku tahu. Masalahnya kamu ngapain berdiri disitu sambil menatap ke arah kamar mandi? Jangan – jangan kamu mau mengintip ya?” ucap Jesi menyipitkan mata “Bodoh. Dengan pintu kamar mandi seperti itu mana bisa diintip. Lagian....“ Perkataan Juan tertahan sambil mengarahkan pandangannya pada bagian d**a Jesi yang nampak rata. “Lagian apa?” tanya Jesi sambil setengah menutupi bagian dadanya yang ditatap Juan “Ukuran sekecil itu mana bisa membuat hatiku berdebar,” cibir Juan dan langsung masuk ke kamar mandi Jesi yang masih diam termangu, akhirnya mengerti maksud perkataan Juan. “Hei, kurang ajar kamu ya,” teriak Jesi tidak terima Namun sang empunya nama sudah lebih dulu masuk ke kamar mandi. Cukup lama Juan berada di dalam. Jesi yang sedari tadi duduk di pinggiran kasur sudah tidak betah ingin bebaringan. Namun dia tidak nyaman sebelum melihat Juan keluar dan pergi dari kamar itu. “Kayaknya masih lama deh dia keluarnya. Lebih baik aku mencoba berbaring saja lah dulu. Punggungku terasa sakit dan leherku pegal sekali. Toh selama aku tidak tidur saat dia membuka pintu nanti akan langsung terdengar,” lirih Jesi meyakinkan. Jesi akhirnya mencoba berbaring disudut kasur sambil mengusap layar handphonenya. Saat suara pintu kamar mandi terdengar, sontak saja Jesi langsung bangun dan duduk dengan tegap. Tapi siapa sangka, saat dirinya duduk dia malah dibuat menganga karena melihat Juan keluar dengan hanya berlilitkan handuk di pinggang. d**a bidangnya terekspos dengan jelas. Otot – otot di perutnya sungguh menakjubkan. Glekk.... Jesi menelan salivanya dengan berat. “Sudah cukup. Kelamaan nanti naksir,” tutur Juan ringan seraya tahu bahwa dirinya sedang ditatap Jesi yang kembali sadar, segera menutup mata dengan kedua tangannya. “Kamu ngapain sih keluar dengan pakai handuk saja seperti itu?” ucap Jesi jengkel “Ya terus kenapa? Namanya juga orang habis mandi,” jawab Juan enteng Dia berjalan ke arah lemari untuk berganti pakaian “Ya aku tahu. Tapi kenapa gak ganti bajunya di dalam kamar mandi saja?” “Terserah aku lah. Ini kamarku. Aku berhak mau ngapain saja,” terang Juan sambil memakai baju tidur yang terbuat dari sutra itu. Jesi yang malas berdebat memilih diam dan masih menutup matanya. “Sudah belum?” tanya Jesi kepada Juan Hening tidak ada jawaban. “Hei, sudah apa belum?” tanya Jesi sekali lagi “Sudah,” jawab Juan akhirnya Jesi akhirnya menurunkan tangannya dengan pelan. Namun dirinya dibuat kaget lagi, karena Juan kini sudah berada di sampingnya sembari menatapnya dengan intens. Glekk.... “Ka-kamu ngapain disini?” tanya Jesi gugup “Mau tidur lah,” jawab Juan santai dan langsung merebahkan kepalanya dengan tenang “Bukannya kamu harus tidur di sofa?” “Kata siapa aku harus tidur di sofa? Selama aku hidup, aku selalu tidur di tempat tidur,” ucap Juan dengan wajah tampannya. Sumpah aroma wangi setelah dia mandi mampu membuat deru nafas Jesi naik turun. “Tapi kan....“ Perkataan Jesi tertahan. Dia nampak takut karena tiba–tiba Juan ada di sampingnya. Juan melihat gelagat Jesi yang menggenggam erat ujung selimutnya. “Tidurlah. Aku tidak akan berbuat macam–macam padamu. Aku hanya tidak bisa tidur di sofa,” ucap Juan menenangkan “Biar aku saja yang tidur di sofa,” tutur Jesi dan segera menyibakkan selimutnya “Selangkah saja kamu keluar dari kamar ini, kamu akan tahu akibatnya,” ucap Juan dingin dan penuh penekanan. “Kamu kenapa sih harus mengancamku seperti itu? Tidak bisakah kamu bicara baik – baik?” Jesi kesal dengan sikap Juan yang selalu dominan dan berbicara seperti itu. “Masalahnya kamu yang tidak bisa diajak bicara baik – baik. Jadi lebih baik kamu nurut saja daripada aku makin marah nantinya. Toh aku juga sudah bilang tidak akan berbuat macam – macam padamu,” “Janji?” pinta Jesi kepada Juan Juan belum menjawab. Dirinya masih menatap wajah cantik Jesi yang kebetulan rambutnya terurai sedikit basah. Sebagian anak rambutnya menyapu mata Jesi yang jernih. Bibirnya yang mungil, serta wangi vanila dari tubuh Jesi sungguh menggoda. Deg, deg... Deg, deg.... Jantung Juan berdegup kencang. Namun Juan berusaha untuk terlihat santai. “Dengar, Jesi. Seseorang seperti aku tidak perlu berjanji hanya untuk terlihat baik di mata orang. Terserah kamu mau tidur atau tidak. Yang jelas, jika sampai kamu turun dari ranjang ini, kamu akan tahu akibatnya,” tutur Juan dan langsung balik badan memunggungi Jesi. Cukup lama Jesi berdiam diri, pada akhirnya menyerah dan memilih mempercayai Juan untuk pertamakalinya. . Waktu menunjukkan jam 1 pagi, namun Jesi belum juga tertidur. Tubuhnya hanya bolak-balik ke kanan dan ke kiri. Juan yang memang sejak tadi belum juga tidur tapi enggan bicara itu, akhirnya bangun dan membuka suaranya. “Kamu kenapa sih? Bukankah sudah ku suruh tidur dengan tenang? Aku juga sudah bilang tidak akan menyentuhmu, bukan?” ucap Juan sedikit meninggi. Jesi yang juga menatap, akhirnya ikut bangun dan duduk dengan tegap “Bukan karenamu aku tidak bisa tidur,” sungut Jesi dengan ekspresi manyun Juan yang awalnya ingin marah, tapi melihat Jesi seimut itu seketika saja marahnya langsung hilang. “Lalu?” tanya Juan pelan “Aku memiliki gangguan tidur,” Kalimat singkat Jesi mampu merubah ekspresi Juan seketika “Kenapa kamu tidak bilang dari tadi?” sungut Juan pada Jesi “Lah kamu kan tidak bertanya,” ucap Jesi dengan polosnya. Juan mencoba menahan emosinya. “Jadi apa yang harus aku bantu agar kamu bisa tidur?” “Tidak ada,” singkat Jesi “Jangan memancingku,” “Aku tidak memancingmu. Memang sungguh tidak ada,” potong Jesi dengan cepat “Kalau tidak ada. Jadi selama ini kamu gimana untuk bisa tidur? Tidak mungkinkan setiap malam kamu begadang,” cerca Juan tidak percaya “Sebenarnya aku bisa tidur jika telingaku mendengarkan musik dengan headset. Namun headsetku sudah rusak tadi karena ulah seseorang,” terang Jesi seolah mencibir. Jesi melirik sekilas ke arah Juan sebelum akhirnya kembali menunduk. “Jadi dia nerima hadiah itu karena untuk mengobati gangguan tidurnya?” batin Juan menyesal Juan langsung mengambil ponselnya dan menghubungi Haris “Haris. Belikan headset bluetooth sekarang juga!” perintah Juan saat panggilan telepon itu terhubung. “Tapi ini jam 1 pagi, Pak. Mana ada....” “Bukankah kamu tahu aku ini siapa? Apa perlu aku menghubungi sendiri direktur perusahaan hape itu?” potong Juan dengan arogan “Baik, Pak. Saya laksanakan,” ucap Haris dengan sigap “Ku beri kamu waktu 20 menit,” titah Juan dan langsung menutup saluran teleponnya. Jesi yang mendengar percakapan itu, hanya menganga tidak percaya. Kini akhirnya Jesi mengerti seberapa berpengaruh dan arogannya calon tunangannya itu. . 20 menit pas, Bel berbunyi, Jesi ingin turun dan mengambil sendiri headset itu. Dia berniat meminta maaf dan berterimakasih kepada Haris karena telah merepotkannya di pagi buta ini. “Jangan turun. Biar aku saja,” cegah Juan cepat “Tapi aku tidak enak sudah membuatnya repot - repot membelikan aku headset di jam segini. Aku ingin berterimakasih langsung padanya,” tutur Jesi yang tidak enakan itu. “Dengan baju setipis itu?” ucap Juan beralih pandang ke baju Jesi yang menurutnya itu tipis. Dia tidak ingin pria lain melihat Jesi seperti ini. Mereka bisa saja tergoda. Mereka yang tergoda, apa Juan yang tergoda. “Perasaan baju tidurku biasa saja tidak tipis,” ucap Jesi melihat kembali bajunya “Itu menurutmu. Tapi menurut oranglain? Sudah jangan membantah. Diam disini, gak usah turun. Awas kalau turun,” tutur Juan dan langsung pergi ke depan untuk membuka pintu “Lagi – lagi awas. Lagi – lagi awas. Heiss. Dia sudah seperti satpam saja,” dengus Jesi tidak terima. Sesaat kemudian Juan kembali dengan headset di tangannya. “Ini pakailah,” ucap Juan dan memberikan headset itu kepada Jesi “Terimakasih,” Jesi menerima headset itu dengan sumringah. Jesi yang tanpa sadar tersenyum membuat hati Juan kembali berdegup kencang. “Tidurlah yang nyenyak. Aku di sofa depan,” “Katanya kamu tidak bisa tidur di sofa?” tanya Jesi mengernyitkan alisnya. Memang benar, tapi melihat Jesi yang sedari tadi sulit tidur mana tega Juan mengganggunya. “Ada kerjaan yang harus aku kerjakan,” bohong Juan kepada Jesi “Hem, baiklah. Aku tidur dulu,” pamit Jesi kemudian. Jika dilihat dari jauh orang mungkin mengira mereka adalah sepasang kekasih yang tinggal bersama. Sebab percakapan mereka yang mulai melunak satu sama lain. Jesi mulai tertidur, sedang Juan duduk di sofa panjangnya. Sumpah baru kali ini Juan mengalah dan berkorban demi seorang wanita. Padahal selama ini dirinya terkenal angkuh dan tak berperasaan. Juan membuka ponselnya lagi dan kembali memanggil Haris “Haris, tolong carikan aku dokter spesialis saraf terbaik yang ada di Jakarta,” titah Juan saat sambungan telepon itu terhubung “Untuk apa Pak?” tanya Haris heran karena tiba – tiba saja atasannya memerintah seperti itu “Tidak usah banyak tanya. Kerjakan saja! Kebiasaan,” “Baik Pak. Saya laksanakan,” ucap Haris tegas dan sambungan telepon langsung dimatikan oleh Juan. . Saat ini Juan sedang memandangi Jesi yang sudah terlelap tidur. Begitu cantik hingga membuat Juan tak tahan untuk mendekat ke arahnya. Cupp.... Juan mencium bibir tipis Jesi yang nampak menggoda itu. Awalnya dia ingin menyentuh saja. Tapi siapa sangka saat bibir mereka menyatu pandangan Juan mulai mengabur Dia terus melumat bibir Jesi, hingga Jesi yang tak sadar itu mengeram dalam tidurnya. Emphh.... Mendengar Jesi bersuara, Juan reflek berhenti karena takut membuat dia terbangun. Saat Jesi akhirnya kembali tertidur pulas, barulah Juan bisa bernafas lega. Tanpa sadar dirinya tersenyum dengan tampannya. “Mimpi indah anak nakal. Maaf aku tidak tepat janji. Melihatmu aku tidak bisa mengontrol diri,” lirih Juan sambil mengelus sedikit bibir Jesi dengan tangannya. Selang beberapa saat, Juan kembali ke sofa untuk merebahkan dirinya sebentar. Matanya yang tajam menatap langit – langit atap yang tinggi. Entah apa yang dipikirkannya, hingga bibirnya kembali terangkat begitu sempurna. “Jesi Mikhayla Manaf. Kau membuatku seperti orang gila,” batin Juan tersenyum. TBC.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD