Priska menelan ludah. Saat ia tahu, bahwa si Dosen pembimbing pengganti adalah Damar. Suasana di ruang kelas itu riuh. Sorak-sorai kegembiraan para mahasiswi terlihat dengan sangat jelas. Mereka memainkan mata, mengerling, dan memamerkan senyum terbaik mereka. Sementara Priska beringsut di pojok ruangan. Berharap hari itu cepat selesai. Bagaimana bisa seorang Dosen yang sering dia goda menjadi Dosen pengganti Pak Bambang. Ia terus merendahkan posisinya. Bersembunyi di balik tubuh-tubuh temannya yang lain. Rara memandangnya dengan kening yang berkerut. Merasa curiga dan aneh dengan sikap Priska yang tidak biasanya. Ia biasanya akan ikut riuh. Terlebih Dosen penggantinya sangat tampan. Disti saja sudah semakin kecentilan. Memilih duduk paling depan agar bisa menatap wajah tampan itu lebih