• PENGAKUAN
“Apa aku tidak salah dengar dia bilang namanya Su Mingzhi?!”
“Su Mingzhi itu bukannya.....”
Orang-orang bingung dengan pernyataan yang baru mereka dengar. Jelas saja mereka bingung, melihat orang yang menganggap dirinya Su Mingzhi ini seratus delapan puluh derajat berbeda dengan Su Mingzhi yang mereka tau. Bagaimana batu kerikil diasah jadi berlian dalam waktu seminggu.
“Kau...” Saoqi berdiri dari tempat duduknya.
Mingzhi berbalik menatap ke arah saoqi dan teman temannya di kursi penonton.
“Yo!! Para tukang bully! Kuharap kalian ingat denganku. Jangan hanya diam mematung seperti kalian melihat hantu.” kata Mingzhi dengan senyum sebelah terangkat.
“apa yang orang itu katakan? mengatakan kita sebagai tukang bully, seolah-olah dia tau apa yang terjadi.” kata Zhiqing sambil mengepalkan tangan.
“Dia?! Mingzhi?! Sampah kerdil pengecut itu?! Yang bahkan tidak berani mengangkat wajahnya untuk menatap orang lain, kini dia mampu bersikap arogan?! Kau pikir aku akan percaya?! Apa orang ini tau tentang si kerdil itu? Apa hubungannya dengan bocah itu?” dalam hati Saoqi.
“Yo! Teman sekelas Su! Setelah seminggu tidak masuk kesekolah kau bisa bicara sekasar itu pada teman sekelasmu.” kata Saoqi.
“Jadi dia memang murid akademi Sanming?!!” pikir Ketua Tim Guangdong.
Sementara itu orang-orang di bangku penonton semakin bingung dengan pernyataan yang dinyatakan oleh Li Saoqi.
“Saoqi barusan memanggilnya Mingzhi?!”
“Kau dengar itu? Apa itu Mingzhi yang kita kenal?”
“Apa b******n b******k ini mengenaliku? Dengan penampilanku yang seperti ini? Apa yang b******n ini pikirkan?” pikir Mingzhi.
“Bre! Kau bilang apa? Kau memanggilnya Mingzhi, mau dilihat seperti apapun mereka orang yang berbeda, bukan?!” kata Zhiqing.
Saoqi berjalan memasuki lapangan mendekati Mingzhi.
“Teman sekelas Su, kau tidak masuk sekolah selama seminggu tanpa kabar. Bukankah sebaiknya kau melapor ke wali kelas tentang ketidak hadiranmu. Masalah disini sudah selesai, biar ku urus sisanya.” dengan tersenyum Saoqi mengatakannya.
“Woi b******k! Kau memanggilku teman sekelas?! Bukannya kau selalu memanggilku sampah kerdil tidak berguna. Jangan pikir aku akan melepaskanmu untuk kejadian malam itu.” Mingzhi dengan geram mengucapkannya.
“Siapa orang ini? Meskipun dia lebih tinggi dariku jangan pikir bisa merendahkan Li Saoqi ini. Setelah urusan disini selesai maka berikutnya kau....” sambil mengepalkan tangannya dan bicara dalam hati.
“Jadi teman sekelas su! Tunggu apa lagi, kau bisa meninggalkan lapangan ini.” sambil tersenyum.
Mingzhi pergi dari lapangan.
“untuk Tim Guandong yang terhormat, kalian tidak lupa dengan taruhannya bukan? Apa kalian bisa menyebut diri kalian laki-laki dengan lari dari tanggung jawab... Pertandingan kali ini dimenangkan akademi Sanming!” dengan senyum licik.
“Apa Li Saoqi menyuruh orang luar mengaku sebagai Mingzhi dari sekolah kita untuk mengalahkan Guandong?”
“Jadi begitu! Jadi dia orang yang dipersiapkan Saoqi untuk melawan Guangdong.”
“Bos Saoqi sudah mempersiapkan rencana B kalau-kalau kita kalah tanding.”
“Sudah selayaknya dari calon penerus kepala Gangster terkuat di prefektur ini untuk memiliki rencana cadangan, bukan?!” dengan menyombongkan Saoqi, Zhiqing mengatakannya.
“kau benar! Kita tidak salah mengikuti orang! Dia tetap orang yang mampu membersihkan dan mengembalikan kehormatan Sanming.”
Mingzhi berhenti melangkahkan kakinya dan melihat ke arah Saoqi.
“b******n busuk! Jadi ini yang kau incar, ya! Mengembalikan nama baikmu menggunakanku secara tidak langsung. Ini tidak akan berakhir sebaik yang kau inginkan, b******k!” dengan emosi membara di hati Mingzhi.
Nandong melihat ke arah Mingzhi.
“Jadi bocah ini dipersiapkan Li Saoqi untuk mengembalikan kehormatannya, Ketua Li Yifei benar-benar memiliki putra yang kompeten untuk mewarisi tahta.” pikir Nandong.
Pertandingan solo versus squad ditutup dengan pulangnya tim Guangdong dengan merangkak dan menggonggong seperti anjing sampai gerbang dan suara dari para siswa Sanming yang menyoraki mereka. Tak hanya itu semua orang menyanjung Saoqi atas usahanya.
Dari atas bangku penonton sebuah tatapan tajam diperlihatkan pada Saoqi.
“Ya! Seperti itu! Angkat dia tinggi-tinggi, lebih tinggi lebih bagus. Karna aku Su Mingzhi adalah orang yang akan membuatnya jatuh tersungkur kedalam lumpur.”
****
Mingzhi kembali ke kelas lebih dahulu, suasana kelas masih sepi karena kebanyakan orang masih berada didalam gedung olahraga.
“b******n b******k itu... Aku tidak menyangka dia selicik ini sebelumnya. Dia mengambil semua perhatian itu sementara aku berusaha untuk mendapatkannya. Tapi sudahlah, aku masih bisa membuat perhitungan padanya nanti. Yang terpenting adalah point yang berhasil kudapatkan dari pertandingan ini luar biasa, haha... Ibarat memancing dengan umpan terbaik aku mendapatkan ikan yang besar. Sama sekali tidak ada ruginya, hehe....” kata Mingzhi.
“Skill ace of the field tidak kalah hebat dari skill imaginer yang kumiliki... Keduanya benar-benar luar biasa. Oh ya! Aku juga mendapat gift pack kali ini... Kira-kira skill apa yang kudapatkan kali ini, ya?” pikir Mingzhi.
“System! Bisa kau tunjukkan gift pack yang kudapatkan dengan gelar pembuat keajaiban.”
“Jawab! Permintaan host terkonfirmasi!”
Sebuah kotak kado melayang di depan Mingzhi, tanpa ragu lagi Mingzhi menyentuhnya dan seperti biasa kotak tersebut bersinar.
“Kali inipun kelihatannya aku akan dapat skill yang bagus.” dengan tidak sabaran.
“MEMORY PHOTOGRAPHY!” kata Mingzhi.
Saking fokusnya Mingzhi tidak mendengar suara langkah kaki orang yang baru saja kembali dari gedung olahraga.
“Hei lihat! Cowok ganteng yang ada dilapangan, sang dewa basket ada di kelas 1 - 3!”
“Kalian dengar itu?! Sang dewa basket ada disini... Yuk yuk liat dia lebih dekat!”
“Kyaaa! Dia beneran ada disini?!”
Suara langkah kaki yang terdengar seperti kumpulan zebra dikejar singa itu terdengar mendekat menuju Mingzhi. Dalam sekejap banyak kaum hawa memenuhi kelas mengelilingi bangku Mingzhi.
“Cowok ganteng! Permainanmu keren banget!”
“Aku lihat kau Boom! Lalu syuttt dan swish dan Bam! Bolanya seperti mengikuti perintahmu. Apa kau itu beneran dewa basket!”
“kakak manis! Apa kau punya pacar?! (dengan tingkah genit).”
“Dasar tidak sopan, kau bertanya seperti itu langsung padanya? Kakak ganteng, jangan dengarkan dia... Emmmm... Itu, jika kau tidak ada rencana apapun malam ini.... Kita bisa pergi makan malam atau pergi ke bioskop mungkin “
“Dasar latjur! Kau pun sama saja rupanya.”
“cewek-cewek ini dulu adalah orang yang sering memaki-makiku, mereka menjauhiku dan sekarang mengerumuniku seperti layaknya sekumpulan semut mengerubungi gula pasir. Dasar orang-orang yang tak tau malu. Kalian pikir aku senang dengan sanjungan kalian... Mendengarnya dari orang-orang yang selalu menghinaku membuatku ingin muntah di depan kalian.” kata Mingzhi dalam hati.
Tiba tiba masuk seorang pria paruh baya menyela diantara para siswa.
“ada apa ini? Kenapa kalian ramai-ramai berkumpul dikelas ini, bagi yang tidak berkepentingan disini silahkan kalian pergi ke kelas kalian.” Ujar Mr. Ah Song.
“Yah... Kami kan belum tau nama kakak ini pak, masak sudah disuruh keluar.”
“Kakak, kakak! Siapa kakakmu?!” dengan tegas sambil melihat Mingzhi dan membenarkan kacamatanya.
“Siapa kamu?! Dan apa kepentinganmu di kelas ini?!” tanya Mr. Ah Song dengan tegas.
“Selamat siang Mr. Song! Saya Mingzhi, Mister. Saya salah satu siswa kelas 1 - 3.” Mingzhi mengatakannya sambil memberi hormat.
“Eh? Apa Li Saoqi menyuruhnya berpura-pura sampai sejauh ini?”
“Pura-pura? Bisa kau jelaskan apa maksudnya itu bocah?!” dengan nada mengintrogasi.
“Tidak Mister, saya tidak berpura-pura. Saya memang Su Mingzhi! Saya punya kartu pelajar untuk membuktikannya!”
Mr. Ah Song menyetop Mingzhi dengan isyarat tangan.
“Cukup! Cukup!”
Mr. Ah Song melepaskan kacamatanya lalu memasangkannya pada Mingzhi.
“Bahkan jika aku rabun sekalipun aku tau kalau orang yang bernama Su Mingzhi itu tidak setinggi ini, Kau pikir aku bodoh, aku orang dengan gelar doktor kau tau!”
“Bukan maksud saya membodohi Mister. Tapi saya mengatakan yang sejujurnya Mister! Saya Su Mingzhi!”
“Berhenti bicara atau ini akan semakin runyam, nak! Aku tidak akan mengungkit masalah ini lagi, jadi kembalikan kartu pelajar milik siswaku itu. Asal kau tau saja, orang yang masuk akademi ini tanpa izin bisa dipidanakan... Ku anggap kejadian ini tidak pernah terjadi, jangan berpikir aku tidak memberikanmu kesempatan, nak. Jadi kembalikan kartu itu dan segera angkat kaki dari sini.”
Diluar kelas yang ramai itu terlihat Mrs. Ann yang penasaran ingin mengetahui ada hal apa sehingga membuat banyak orang berkerumun di kelas 1-3.
“Permisi! Anak-anak biarkan Bu guru lewat, Bu guru ingin tau apa yang terjadi.”
“Kenapa ramai sekali disini? Apa terjadi sesuatu yang buruk di kelasku?!” pikir Mrs. Ann sambil membuat jalan karna harus berdesakan.
Mrs. Ann masuk dan berpapasan dengan Mingzhi dan hampir menabrak satu sama lain.
“Mrs. Ann! Saya pamit! Sepertinya saya harus pulang lebih awal!” Mingzhi tersenyum pada Mrs. Ann lalu memberi hormat padanya dan pergi keluar dari kelas.
“Ehh?? Iya, hati-hati saat kau pulang!” kebingungan dengan spontan menjawabnya.
“Suara itu?! Terdengar familiar.” pikir Mrs. Ann.
“Mr. Ah song! Disini ramai sekali, apa terjadi sesuatu pada murid-muridku? Selaku wali kelas aku harus mengetahui apa yang terjadi dikelasku.” dengan wajah cemas.
“Aiiya! Ini Wali kelas Ann... Sepertinya ada seseorang yang mencoba masuk sekolah kita dengan merebut kartu pelajar salah satu murid akademi Sanming. Saya baru saja mengusirnya keluar.”
“Kartu pelajar siapa yang dia ambil?”
“Ini milik salah satu siswa anda Wali kelas Ann, ini milik siswa Su.”
“Su Mingzhi? Apa ini ada hubungannya dengan dia tidak hadir ke kelas selama seminggu ini? Mister Ah Song... Bisa anda berikan kartu pelajar itu pada saya. Ssya tau dimana dia tinggal, selaku wali kelasnya saya juga berkewajiban tau apa yang siswa saya alami.”
“Oh tentu saja Wali kelas Ann. Ini kartunya.”
Mrs. Ann mengambil kartunya... Menggenggamnya sembari berpikir.
“Apa sesuatu yang buruk terjadi lagi padamu?”