SOLO VS SQUAD

1309 Words
• SOLO VS SQUAD “solo versus squad kau bilang?! Aku bisa melihatmu merangkak seperti anjing jika kau kalah, tapi jika sampai nama baik sekolahku ini tercoreng lagi, bagaimana aku melihatnya?! Dasar sinting!” Saoqi mengatakannya dengan emosi sambil mengangkat kerah jaket Mingzhi. “Eh... Aku tidak pernah melihat Saoqi ini lebih pendek dariku sebelumnya, jadi beginilah caramu melihatku ya, bajingan.” dalam hati Mingzhi. Mingzhi menepis tangan Saoqi dengan keras, PLASS!! tangannya pun terlepas dari kerah. “Aku tidak mau mendengarkan omong kosong orang yang bahkan tidak bisa melindungi nama baik sekolahnya sendiri.” kata Mingzhi sambil menatap Saoqi dengan arogan. “Cihhh!” Saoqi melangkah menjauh dari Mingzhi. “Jadi benar dia orangnya kak Nandong.” dalam hati saoqi. “Guys... Kita keluar dari lapangan!” ujar Saoqi pada timnya. “Bre! Kau percaya dia bisa melakukannya?!” tanya Zhiqing dengan nada tinggi. “Sebaiknya kita lihat bagaimana dia akan melakukannya. SOLO VERSUS SQUAD!” Melihat ke arah Mingzhi, dengan kesal Saoqi bilang begitu. **** Semua orang yang tidak berkepentingan dalam taruhan itu pergi menjauhi lapangan. Sekarang hanya ada enam orang yang berdiri disana. Satu dari tim Sanming dan sisanya adalah Tim Guangdong. “Maaf Kak Nandong! Kami tidak mampu mengalahkan mereka.” dengan wajah tegang mengatakannya pada Nandong. “Hmmm.... Sebaiknya kau berterima kasih pada orang itu, karna hukuman yang akan kuberikan pada kalian ditunda sementara. Lihat hasilnya, jika dia gagal! Hukuman kalian akan dilanjutkan.” sambil melihat ke arah lapangan dengan memangku tangan dan menempelkan jari jarinya di jari tangan lainnya. “Baik kak!” Saoqi pergi menghampiri rekan se Timnya yang sudah duduk di bangku penonton. “Dia percaya pada kemampuan yang di miliki anak buahnya. Tapi bagaimanapun juga, tim Guangdong bukanlah sekedar omong kosong saja, kalau tidak bagaimana kami akan kalah.” dalam hati Saoqi. Dap Dap Dap! Suara bola yang jatuh berulang-ulang. SYUTT... bola itu di lemparkan tepat pada Mingzhi yang kala itu berdiri sejauh 3/4 dari ring base lawan. “Kami bukannya orang jahat yang tidak memberikan seseorang kesempatan. Bermain sendiri? Biar kakak-kakak ini memberimu sedikit kemudahan.” dengan nada yang meremehkan Ketua tim Guangdong mengatakannya. Dap dap dap! Suara bola yang dijatuhkan terdengar bersama suara tawa kecil. Ada yang tersenyum menyombongkan diri, tertawa kecil dan juga kapten tim Guangdong yang tertawa besar, suara paling ramai di tengah lapangan. Lalu suara itu mendadak senyap ketika sebuah bola dilempar melewati kepala tim Guangdong dan jatuh tepat di ring mereka. Tak ada suara apapun terdengar selain bunyi bola basket yang jatuh dari atas ring. Bahkan suara penonton pun juga ikut lenyap. Kalkulasi point emosi meningkat dengan cepat melayang di hadapan Mingzhi. “Berhentilah menyombong! Dan mainlah dengan serius! Kecuali jika kalian mau jadi anjingku!” Mingzhi mengangkat sebelah bibirnya meskipun tak ada yang bisa melihatnya karna tertutup masker. “b******k!” dengan nada kesal oleh Ketua tim Guangdong. Sementara itu di bangku penonton suara sorakan kembali terdengar riuh. “Woooooo.... Masuk! Apa kau liat itu barusan?!! Masuk!! Masuk!” “Di lempar dengan jarak sejauh itu dan masuk tepat ke dalam ring?! Siapa orang itu? Dia bahkan lebih baik daripada tim inti sekolah kita.” “Kakak! Kau tampan sekali!” “Dia pakai masker dan menutupi kepalanya dengan tudung jaketnya, bagaimana kau tau dia tampan woy!” “Sepertinya aku jatuh cinta! Lemparannya tepat masuk kedalam hatiku!” “Dia keren sekali! Emang orang seperti itu ada di sekolah ini kah? Kok aku gak tau ya?!” “Orang sinting itu....” kata Nandong sambil tersenyum lebar. “kak nandong memanggilnya orang itu? Apa mereka tidak saling mengenal? Yah... Bodo lah, sekali kak nandong tertarik dengan seseorang maka orang itu pasti akan ada dibawahnya.” dalam hati saoqi. “Aku tak tau apa yang terjadi, tapi rasanya.... Seperti aku telah mengalami hal ini berkali-kali, seperti sudah terbiasa berdiri dilapangan basket bertahun-tahun, dan menghafal seiap inci, setiap sudut, setiap posisi yang ada dilapangan ini. Tenaga seperti apa yang harus kugunakan saat melempar, semuanya seperti aku sudah tau bolanya pasti masuk seratus persen. Jadi.... Inikah ACE OF THE FIELD?!!!” Ketika Mingzhi termenung mengagumi skill barunya, tim Guangdong dengan cepat melaju kedepan dan saling mengoper bola melewati Mingzhi. Ketua tim melompat untuk melakukan slam dan memasukkan bolanya. Lalu ketika bolanya sudah sangat dekat dari mulut Ring sebuah telapak tangan menepis bolanya. Spontan Ketua Tim Guangdong melihat orang yang melakukannya, dia mendongak dan melihat sepasang mata yang menatapnya dari atas. Bola yang tertepis hanya terlempar sedikit dan jatuh tepat di tangan Mingzhi yang satunya. Mingzhi dan Ketua tim Guangdong kembali menyentuh tanah dengan ritme yang kalah sedikit waktu dari Mingzhi. Bak diterpa angin semua orang yang berada di tim Guangdong baru menyadari bahwa mereka baru saja dilewati, Mingzhi melompat dari jarak seperempat lapangan dan melakukan Slam pada Ring lawan, melemparnya dari atas dengan jarak satu meter dengan keras dan BOOM! Bola itu masuk hingga ringnya bergetar. Sekali lagi penonton terdiam, bahkan semua orang dilapanganpun ikut terpaku. “Tau tau dia sudah ada dibelakangku.” “Ya! Aku bahkan tidak pernah melihat orang mendrible bola bisa lari secepat itu.” “Lalu apa-apaan dengan lompatan dan tenaga monsternya itu?! Apa dia masih manusia?!” “Sial kita terlalu meremehkannya.” kata ketua Tim guangdong sambil melihat orang yang menatapnya dengan punggung yang membelakanginya. Bagian penonton kembali riuh. “Kau liat yang barusan itu?! Tembakannya keras sekali, Ringnya sampai bergetar.” “Benar-benar membuatku merinding! Aku deg-degan gak henti-henti.” “Kakak tampan! Jadian yuk!!!” “Woy kau mau nyolong start ya!” “Hahahah... Bagus! Bagus! Aku suka dia! Orang itu akan jadi salah satu dari gengku.” kata Nandong dengan mood yang bagus. “Duh para gadis itu berisik sekali dari tadi, dulu kalian menghinaku, sekarang mau jadi betinaku. Bodo lah! Tanpa kusadari pointku terus bertambah dan bertambah... Udah sampek lima ribu point gak, yah?” “Pencapaian terkonfirmasi! Host berhasil mendapatkan point sebanyak lima belas ribu dalam kurun waktu kurang dari satu jam, gelar baru telah di dapat, ‘Sang Pembuat Keajaiban’. Host telah berhasil menyelesaikan misi, hadiah berupa point sebanyak lima ratus telah ditambahkan. Host juga mendapatkan Gift pack dari pencapaian gelar baru.” “Yes!! Skill baru lagi, hore!!!!” Mingzhi kegirangan di bawah ring musuh sambil mengatakannya dalam hati. “Cihhh! b******n itu....” dengan geram sambil mengepalkan tangan Ketua Tim Guangdong mengatakannya. Mingzhi kembali ke sisi lapangan, sekarang bola berada di tangan tim Guangdong. “Teee!! Lagian aku dapat point lebih dari lima belas ribu , udahan gak yah?!! Misinya kan udah selesai.” dalam hati Mingzhi. “Jangan senang dulu kau b******n!!!” ketua Tim Guangdong berteriak sambil berlari menuju ring, diikuti oleh rekan setimnya di belakangnya. Mingzhi dengan sigap berlari menuju ringnya sendiri. “Mau mencoba menghentikanku lagi kali ini?! Jangan kau pikir akan semudah yang tadi, b******k!!!” ujar Ketua Tim nandong. Sambil melihat Mingzhi yang berada dibawahnya. “Eh?!! Dia tidak melompat?!!” Dalam hati Ketua Tim Guangdong. Lalu dia melemparkan bolanya dan memantul karena terlempar ke bibir ring. “Sial!! Tidak masuk! Dia memprediksinya? Padahal kemungkinan bola itu tidak masuk dari jarak sedekat itu hampir nol persen. Apa aku ketakutan?!!” ujarnya dalam hati. Bola yang memantul jatuh tepat ke tangan Mingzhi. “Ambil bolanya!!!” Ketua tim Nandong berteriak. Seluruh tim Guangdong bergerak mendekati Mingzhi, Mingzhi menjauhi mereka, pergi menuju pojok garis pertahanannya, jarak terjauh antara ring musuh dan dirinya. Sebelum tangan yang mencoba merebut bola itu sampai, Mingzhi melemparkan bolanya tinggi-tinggi. “Sial! Dari jarak sejauh itu kah?!” “Tidak! Bolanya terlalu tinggi! Tidak mungkin itu akan....” CLANG!!! suara ring terhantam bola. Bolanya masuk tepat di tengah-tengah ring. Suara riuh menjadi-jadi. “Woooooooo!! Dia keren banget!” “Kakak ganteng! Aku padamu!” “Gila! Kupikir lemparan pertamanya itu tadi kebetulan, setelah melihat lemparan keduanya dari jarak sejauh itu aku jadi mengerti. Seorang yang terlahir sebagai raja dilapangan basket!” “Dewa basket!” Dari arah lapangan Mingzhi melihat orang-orang yang menyorakinya. “Dasar otaku sinting! Julukan apa yang kau berikan padaku.” “Bukankah kalian penasaran siapa dia?!” “Benar! Dia siapa? Dari kelas berapa dia?!” “Apa bahkan dia murid sekolah Sanming?!” “Memangnya orang luar bisa masuk sekolah Sanming tanpa izin ketat?!” “Aku belum bertemu orang yang bisa bermain basket sebaik itu di sekolah kita, bahkan kemampuannya... Meski aku benci mengakuinya, tapi dia lebih baik dari kita.” kata Saoqi. “Benar! Kalau begini... Taruhannya sudah pasti dia menangkan.” Suara orang yang penasaran akan identitas Mingzhi menggema kemana-mana. Hal itu membuat ketua Tim guangdong menyadari satu hal. “Pertandingan ini tidak sah!” dengan keras Ketua Tim Guangdong meneriakkannya. “Ini tidak adil, kalian orang Sanming menyuruh orang luar untuk masuk ke pertandingan ini. Itu curang!” “Curang katamu? Biar kuperjelas saja (Mingzhi membuka tudung jaketnya). Sepertinya seorang pecundang tidak mau mengakui kekalahannya dan turun pangkat menjadi seekor anjing (lalu Mingzhi membuka maskernya). Aku murid akademi elit Sanming!” “Bohong!!!” kata ketua tim Guangdong. “Kyaaaa!!! Dia tampan sekali! Emang ada cowok kece kek gitu disini?!” “Benar-benar gak bisa dibandingin dengan cowok-cowok yang pernah kita lihat disini. Memang dia sekolah disini? Kok aku baru liat sih?!” “Sudah ganteng! Mendominasi pula, aduh aku harus putus sama pacarku nih!” “Kau dengar itu?!! Bahkan kebanyakan murid disini tidak mengenalimu, kau mau mengelak apalagi?!!” “Cihh! (Mingzhi mengeluakan kartu pelajarnya di sakunya) aku sekolah disini! Kau masih tidak mau mengakui kekalahanmu?” Dengan keringat yang mengucur ketua tim Guangdong mulai kebingungan. “K, ka, kau terlihat seperti sudah berumur tujuh belas tahun! Pertandingan ini hanya untuk anak kelas satu, jadi pertandingan ini tidak sah!” “Benar ini tidak sah!” “Para b******n yang tidak mau mengakui kekalahannya hingga akhir, dan kalian masih menganggap diri kalian seorang pria gentle?! Asal kau tau saja aku memang berusia tujuh belas tahun!” kata Mingzhi. “Tuh kan!” sambil menunjuk Ketua Tim Guangdong tersenyum. “Tapi aku masih kelas satu! Aku murid tertua di kelas satu, pernah tidak naik kelas dua tahun berturut-turut ketika SMP. Namaku Su Mingzhi, kelas 1 - 3! Ingat itu baik-baik b******n yang mengaku dirinya pria!.” Penonton kembali terdiam dengan wajah yang kebingungan menatap satu sama lain. “Dia baru bilang namanya Su Mingzhi?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD