Keputusan Nixie

799 Words
Sebastian memandangi interaksi Nixie dan Xaquille dan tak suka dengan hal itu. Dia tak menyangka bahwa Nixie akan berpaling darinya pada Xaquille secepat itu. Apalagi secara status sosial, Xaquille tak ada apa-apanya dibanding dirinya. "Nixie, aku ingin kita bicara berdua tanpa pria ini. Dia mengintimidasimu dan aku bisa melihat hal itu," kata Sebastian, berusaha untuk tidak memperlihatkan rasa marahnya. Nixie tersenyum, tapi senyum itu tidak bisa menyembunyikan kegelisahan di matanya. "Sebastian, maaf, aku tak bisa. Sejak awal kau tak pernah memperjuangkanku dan aku hanya berjalan sendirian saja. Kini, aku memiliki Xac yang selalu ada di sisiku dan dia sama sekali tak mengintimidasiku," jawabnya pelan. "Jadi sebaiknya kau pergi dari sini, Tuan Terhormat," sela Xaquille, dan merangkul Nixie seolah ingin menunjukkan bahwa ia adalah pemilik sah dari kasih sayang gadis itu sekarang. Sebastian menatap Xaquille dengan sorot mata penuh pertanyaan. Dia heran bagaimana pria itu mengubah cinta Nixie padanya secepat itu padahal tak ada yang istimewa dari Xaquille kecuali ketampanannya saja. "Apa yang ingin kau bicarakan pada Nixie? Aku juga ingin mendengarnya karena aku dan Nixie selalu terbuka dan tak pernah menyembunyikan apa pun," kata Xaquille, mencoba tetap tenang. "Itu bukan urusanmu karena kau hanya orang asing yang kebetulan tiba di antara kami. Aku yakin ini hanya keinginan sesaan Nixie dan keluarganya tak akan membiarkan hubungan kalian berlangsung lama." "Oh ya? Kita lihat saja nanti," sahut Xaquille dengan percaya diri. "Jadi sekarang aku ingin kau meninggalkan rumah ini dan jangan pernah kembali. Nixie sekarang adalah kekasihku, dan aku tidak ingin kau terus mengganggunya." Ucapan Xaquille itu seperti pukulan keras bagi Sebastian. Ia begitu geram dengan apa yang didengarnya. "Dan sekarang aku yang bersamanya," tegas Xaquille. "Dia telah memilihku, dan aku akan memastikan dia bahagia. Kehadiranmu hanya akan membuat semuanya menjadi rumit." Sebastian menoleh ke arah Nixie, berharap melihat penolakan atau setidaknya keraguan di wajahnya atas ucapan Xaquille. Namun, yang ia lihat hanyalah kepasrahan. Mata Nixie seolah berkata bahwa apa yang dikatakan Xaquille memang benar. Ia telah membuat pilihan, dan pilihannya bukanlah Sebastian, tapi Xaquille "Apakah ini benar, Nixie?" tanya Sebastian dengan suara parau. "Apakah kau benar-benar ingin aku pergi dan lebih memilih bersama pria tak jelas ini?" Nixie mengangguk perlahan. "Sebastian, aku… aku minta maaf. Tapi aku sudah memutuskan untuk bersama Xaq. Tolong mengertilah, aku lebih nyaman bersamanya karena hanya dia yang menganggapku ada. Dan kau? Kau tak pernah melihatku hanya karena keputusan keluargamu." "Aku selalu melihatmu, Nixie! Aku menganggapmu ada dan aku selalu mengawasimu dari jauh. Aku hanya ingin kau menunggu sampai semuanya beralih ke tanganku. Aku tak bisa menentang keputusan ayahku. Kita saling mencintai dan aku tak percaya bahwa kau sudah berubah secepat itu!" Sebastian masih tak terima dengan keputusan Nixie. Xaquille tampak tertawa. "Kau pikir kau sangat istimewa hingga Nixie tak bisa melupakanmu? Aku lebih istimewa darimu, Tuan." "Sebastian, pergilah, aku tak ingin kembali pada keluargaku dan aku lebih nyaman dan tenang berada di sini bersama Xac," ucap Nixie dan menarik tangan Xaquille untuk masuk ke dalam rumahnya meninggalkan Sebastian yang masih terpaku di tempatnya. Sebastian merasa dunianya runtuh. Ia tidak tahu harus berkata apa lagi. Dengan langkah berat, ia membalikkan badan dan meninggalkan rumah itu. "Tidak, kau tak akan bisa bersama pria itu, Nixie. Aku akan mengatur cara agar orang tuamu bisa membawamu kembali ke kota. Mengawasimu dari dekat lebih baik daripada kau berada di sini. Aku akan memisahkanmu dari pria itu," gumam Sebastian geram. * * Xaquille menatap Nixie yang melihat ke arah jendela. Wanita itu melihat kepergian Sebastian, pria yang telah dicintainya bertahun-tahun dan dengan entengnya dia telah menolak cinta pria itu tadi. "Kau menyesal?" tanya Xaquille sambil melipat tangannya di depan d**a. Nixie menunduk dan melihat jari jemarinya. Nixie masih bingung dengan perasaannya. Tapi dia merasa yakin bahwa dia ingin melepas semua kenangan masa lalunya dan menikmati hidupnya di peternakan bersama Xaquille, pria yang selalu mengisi hari-harinya dengan kehangatan. Xaquille menghampirinya dan memegang bahu Nixie. "Aku mengerti, semua perlu waktu dan begitu juga dengan dirimu. Tak mudah melupakan cinta yang sudah tertanam bertahun-tahun di dalam hatimu." Nixie kemudian berbalik lalu tiba-tiba mengecup bibi Xaquille. "Aku menyukaimu. Aku benar-benar menyukaimu dan tadi bukanlah sandiwara bagiku, Xac." Xaquille terdiam sejenak lalu tersenyum. "Aku bukan pria kaya seperti dia, kau tak masalah dengan hal itu?" Nixie menggeleng. "Aku percaya bahwa kau akan selalu membahagiakanku apa pun keadaan kita nanti, hanya itu yang kuyakini saat ini." Xaquille kemudian memegang tengkuk leher Nixie dan memajukan wajahnya pada wajah cantik wanita itu. "Kau yakin?" bibir Xaquille menyentuh bibir Nixie dengan sangat perlahan hingga membuat darah Nixie berdesir cepat dan jantungnya berdetak kencang. "Hmm, aku yakin," bisik Nixie. Lalu dengan lembut, Xaquille memagut bibir Nixie hingga membuat Nixie terbuai. Bagi Nixie, ciuman Xaquille sangat lihai dan membuat debaran jantungnya semakin tak karuan. Nixie melingkarkan tangannya di leher Xaquille dan tubuh mereka saling mendekat, hingga hanya pakaian saja yang menjadi jaraknya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD