“Bu, Mahesa sedang makan, Ibu bisa bicaranya nanti saja ya.” Athalia merasa tidak enak, sejak tadi makan Mahesa harus terjeda.
“Tidak apa, Athalia. Justru makan akan lebih santai jika diselingi mengobrol. Aku tidak masalah.” selarik senyum terukir di bibir manis itu untuk Athalia. Agar Athalia tak usah khawatir padanya.
“Ini penting, Athalia. Ibu masih ingin mengatakan sesuatu pada Mahesa,” ucap Narsih, setelah menarik napasnya pelan.
Mahesa mendongkak, lurus menatap Narsih, seakan sudah siap jika harus menerima pesan-pesan dari wanita tua itu.
“Mahesa, setiap anak perempuan yang lahir ke dunia ini, adalah berlian bagi orang tuanya. Begitu pun dengan Athalia. Meski dia lahir di tengah-tengah perumahan kumuh, namun dia tetap berlian di mata Ibu. Ibu minta, sebelum kalian menikah, jaga b
