Bab 3

2002 Words
Pagi hari mereka sudah bersiap untuk menuju pemakaman, Puspa dan Eto berada di dalam mobil ambulance menemani kakek untuk terakhir kalinya sedangkan Diandra dan Bagus kini berada di dalam satu mobil bersama dengan Abelano, walaupun suasana sangat hening tetapi Abelano tau jika kini suasana hati Diandra sama sekali belum membaik saat ini. "Udah, jangan sedih sayang" ucap Abelano. "Sedih aja Mas," ucap Diandra. "Jangan nangis kalau di sana, biar jalan kakek di sana di permudah" jelas Abelano. Memang benar apa yang Abelano katakan, lebih baik jika Diandra menahan semuanya agar pemakaman kakeknya berjalan lancar dan dia dipermudah menuju surganya. Bagus melihat begitu perhatiannya Abelano pada kakaknya, Bagus merasa jika memang Abelano sangat menyayangi kakaknya terlihat dari segala perhatian dan tulusnya Abelano dalam menjaga Diandra. Bagus tau jika dirinya tidak lama mengenal Abelano tapi beberapa hari ini dia selalu melihat Abelano sangat tulus dalam melakukan segala hal khususnya untuk kakaknya, setidaknya Bagus merasa tenang jika kakaknya di jaga oleh Abelano di Jakarta sana. Bagus hanya bisa mendoakan segala hal yang terbaik untuk kakaknya, dia tidak bisa melakukan apapun juga karena masalah pasangan dan cinta berada di tangan kakaknya, kedua orang tua mereka juga menerima Abelano dengan sangat baik dan mungkin ini suatu pertanda diterimanya Abelano di keluarga Diandra. "Udah Mbak Dian, kasihan kakek kalau Mbak nangis terus" ujar Bagus ketika Diandra terus menahan tangisnya. "Iya Mbak Dian tahan kok" ucap Diandra. Walaupun memang tidak semudah itu tapi setidaknya Diandra sudah mencoba, dia juga tidak mau menambah kesedihan kedua orang tuanya terlebih ibunya yang pasti akan sedih melihat Diandra menangis seperti itu. *** pemakaman berjalan sangat lancar, mereka bersyukur segalanya di permudah oleh Tuhan. Mereka sudah berada di dalam rumah dan ada keluarga besar yang masih berada di sini mungkin mereka juga akan membantu masak untuk acara Bancakan (adat Jawa). "Mbak Dian, kamu kuliah nya masuk kapan?" tanya Puspa pada anaknya. "Senin Bu" jawab Diandra. "Berarti balik Jakarta hari Minggu?" tanya Puspa dan langsung diangguki oleh Diandra. Puspa ingin membawakan oleh-oleh untuk keluarga Abelano, dirinya hanya ingin berterimakasih karena Abelano sudah jauh-jauh mengantarkan Diandra sampai Jogja dan bahkan dirinya membantu acara disini. Puspa merasa beruntung anaknya mendapatkan Abelano, orang yang bahkan terlihat sangat tulus menyayangi anaknya, Puspa setidaknya merasa tenang karena Diandra ada yang menjaga di Jakarta. "Ibu buatkan gudeg ya? bawa ke Jakarta" ucap Puspa. "nggak usah Bu, malahan repot-repot Diandra kan bisa makan di sini" ujar Diandra, dirinya hanya tidak ingin membuat Puspa semakin repot. "Kalau kamu Ndak mau kan bisa buat nak Abelano, ibu hanya ingin mengucapkan terima kasih karena dia udah mau mengantarkan kamu sampai sini bahkan dia juga menjaga kamu dengan baik di Jakarta" jelas Puspa. Berbicara mengenai Abelano sejak tadi Diandra tidak melihat kekasihnya sama sekali, entah apa yang dia lakukan sejak tadi bahkan dia tidak terlihat. "Loh Mas Ano mana Bu? aku dari tadi juga nggak Lihat" tanya Diandra. "Setelah pemakaman tadi, Ayah dapat kabar dari pekerja jika ada pipa bocor yang digunakan untuk pengairan, ya udah ayah langsung kesana diantar oleh Ano" jelas Puspa. "Pantesan, malahan Ndak bilang Dian dulu" ujar Diandra. "Udah jangan marah, nak Ano mungkin juga buru buru, apalagi tadi ayahmu juga panik karena memang dia takut jika masalahnya besar kamu tau sendiri air sangat penting untuk pertanian ayahmu itu" jelas Puspa. Diandra mengangguk, dari pada dia kesal lebih baik dirinya bantu memasak walaupun enggak begitu bisa tapi setidaknya dia bisa bantu potong sayuran yang dia bisa. "Ya udah ayo ikutan masak ke dapur" ujar Puspa dan langsung di iyakan oleh anaknya. Diandra selalu merasa senang berada di kampung, disini ramai dan bahkan kekeluargaan selalu terjaga jiwa gotong royong masih bisa terlihat sangat jelas disini bahkan banyak tetangga yang membantu acara memasak untuk acara kematian kali ini. *** Abelano melihat pertanian keluarga Diandra dan bahkan lebih dari yang dia pikirkan sebelumnya, Ayah kekasihnya benar-benar pintar dalam mengurus pertanian. Jika kalian melihat pertanian modern di Jepang itu pula seperti yang dilihat Abelano saat ini. Hasil pertanian yang sangat bagus dan bahkan dia pula memiliki tanah yang sangat luas disini, segalanya memang tidak terjadi dengan mudah pasti perjuangan Ayah Diandra juga sangat keras untuk sampai di tahap yang seperti ini. "Nak Ano, bisa bantu pegangin ini?" ucap Eto. "Baik om, sebentar Ano kesana" ujar Abelano menghampiri Eto. Mesin pompa air sudah di matikan karena ada masalah dengan salah satu pipa hingga membuat air tidak berjalan dengan semestinya, Masalah seperti ini terkadang Eto sendiri yang menangani dia tidak ingin merepotkan orang lain tetapi dia juga tidak pelit ilmu dengan mereka, pertanian di desanya lebih maju karena Eto sering mengadakan pertemuan untuk membahas bagaimana pertanian bisa lebih berhasil dengan hasil yang lebih baik. sasaran pertanian Eto adalah untuk di ekspor, dirinya memiliki kerjasama dengan banyak orang karena itulah dirinya juga sampai memperkerjakan banyak orang untuk mengurus pertanian ini karena memang kebutuhan ekspor saat ini masih kurang banyak di bidang pertanian ini. Eto memastikan jika hasil pertanian nya bagus karena memang untuk ekspor, dirinya sudah banyak paham mengenai hal itu karena sebelum dirinya berani terjun dalam bidang ini dia sudah banyak belajar dengan orang lain yang memang sudah pengalaman di bidang saat ini. "Tumben sepi Om, hanya ada dua orang yang jaga aja?" tanya Abelano. "Saya memang sengaja meminta mereka libur dua hari karena memang mertua saya meninggal, tapi kalau ada masalah seperti ini jika saya bisa mengatasi lebih baik tidak merepotkan mereka begitu, yang terpenting masih ada yang mengawasi jadi jika terjadi sesuatu maka nantinya bisa tau lebih cepat" jelas Eto. Disini Abelano melihat jiwa kepemimpinan yang baik pada diri Eto, dirinya bahkan orang yang bijaksana dan mampu membawa perubahan besar pada desa ini, dirinya tidak pelit dalam mengajarkan bagaimana pengelolaan pertanian agar mereka bisa sama-sama lebih memajukan pertanian di desa ini. "Ano, kamu serius dengan Dian kan?" tanya Eto yang kini berubah menjadi serius ketika perjalanan pulang. "Serius om, saya sangat menyayangi Dian" jelas Abelano. "Dian anak pertama Om dan Tante, mendapatkan Dian adalah suatu hal yang tidak mudah begitu pula mendapatkan restu dari ayah mertua ketika om ingin menikahi Puspa" jelas Eto. Memang Eto bukan orang Indonesia, dirinya bahkan pertama kali jatuh cinta pada Puspa ketika tidak sengaja bertemu di Malioboro, saat itu dirinya yang senang untuk jalan-jalan memutuskan pergi ke Jogja setelah trip di Balinya selesai. Eto sama sekali tidak bisa melupakan pesona Puspa yang sangat luar biasa dirinya bahkan seperti orang gila yang mengikuti Puspa pulang sampai ke rumahnya, Eto selalu terbayang bayang bahkan ketika sampai di Jepang dia masih memikirkan Puspa dan pada akhirnya dia meminta ijin kepada kedua orang tuanya untuk kembali ke Indonesia demi mengejar cintanya. Perjalanan kisah mereka tidak mudah, Eto banyak berkorban begitu pula dengan Puspa segalanya terlewati hingga pada akhirnya karena kesungguhan Eto dalam memperjuangkan Puspa restu itu pun di dapatkan dari orang tua Puspa dengan syarat Eto harus mau tinggal di Indonesia karena jujur saja kedua orang tua Puspa tidak mau jika anaknya jauh di luar negeri sana. Eto menerima syarat itu karena kedua orang tua Eto sama sekali tidak masalah dengan pilihan Eto, tetapi ketika saat itu Eto meminta waktu jika dirinya harus di sini setidaknya dia punya ilmu dan keahlian bagaimana nantinya dia akan menghidupi keluarganya. Eto bahkan bekerja keras dirinya banyak belajar dan bertanya pada kenalannya untuk membangun bisnis dan setidaknya saat itu yang ada di pikiran Eto adalah pertanian modern karena memang lahan milik keluarga Dian sangat luas bisa dimanfaatkan dirinya untuk memulai pekerjaan itu. "Puspa hampir kehilangan nyawa ketika melahirkan Dian, tetapi Tuhan masih sangat menyayanginya dirinya kini masih hidup bahkan sampai saat ini. Dian dulu anak yang memang gampang sakit tapi kini dirinya sangat bahagia dan cantik karena kami kedua orang tuanya yang selalu mengusahakan hal itu, om hanya ingin bilang jika kamu jangan berani menyakiti Dian karena kami orang tuanya bahkan memberikan banyak hal dan melakukan segala cara agar Dian bisa hidup dengan baik dan sehat sampai saat ini" ucap Eto. Ini percakapan antara ayah dan calon menantunya, Eto tau jika Dian sangat menyayangi Ano karena hal itulah sebelum semuanya terlambat Eto harus memberikan peringatan pada Abelano agar dirinya bisa lebih baik lagi dalam memperlakukan Dian karena pada dasarnya tidak ada orang tua yang ingin anaknya di sakiti oleh orang lain. "Ano tidak ingin berjanji tapi Ano akan berusaha melakukan yang terbaik untuk terus menjaga dan membahagiakan Diandra om" ucap Abelano. "Benar, setidaknya kita jangan berjanji karena kita tidak tau kedepannya bagaimana tapi Om harap kamu menepati apa yang kamu katakan pada Om" ujar Eto. Abelano merasa senang setidaknya Tuhan mempermudah jalannya kini dirinya sudah mendapatkan Restu dari ayah Diandra dia juga berniat untuk segera melamar dan menikahi Diandra, menurut Abelano lebih baik memiliki hubungan yang sah karena jika suatu saat terjadi hal yang tidak diinginkan mereka tidak akan bingung karena mereka sudah menikah, namanya nafsu siapa yang tau? Abelano sudah berusaha menahannya tapi ketika dia sudah lepas kendali apapun bisa terjadi nantinya. "Sebenarnya aku berniat melamar Dian om, aku ingin meminta ijin Om terlebih dahulu sebelum membawa kedua orang tua ku kesini, memang situasinya tidak mendukung tapi aku hanya ingin hubungan kami bisa lebih pasti, menikah dan kuliah bukan menjadi penghalang karena aku yakin bisa menjaga Dian dengan sangat baik kedepannya" jelas Abelano. "Om pikir juga lebih baik seperti itu, jika kamu sudah menikah maka kamu akan lebih mudah menjaga Diandra. Terkadang Om kepikiran kamu tau sendiri bagaimana pergaulan di Jakarta sangat bebas seperti itu? Om was was takut Diandra ikut dalam pergaulan seperti itu" ucap Eto. "Tolong pertimbangkan lagi ya Om, jika Om setuju maka Aku akan membawa kedua orang tua ku kesini untuk acara lamaran secara resmi" jelas Abelano. "Nanti akan Om bicarakan dengan Puspa dan Dian mereka juga harus tau dengan maksud baik kamu kesini" jelas Eto. Eto sama sekali tidak ingin mempersulit Abelano dalam meminta restu, dirinya sudah tau jika Abelano orang baik dan anaknya juga sangat menyayangi Abelano setidaknya dia yang sudah pernah merasakan perjuangan restu tidak ingin lagi merasakan bagaimana sedih anaknya memperjuangkan Restu, Eto hanya ingin anaknya bahagia dengan orang yang dia sukai. "Ayo pulang" ucap Eto dan diangguki oleh Abelano. Mereka pulang dengan wajah yang sumringah, Abelano yang bahagia dengan restu dari ayah Dian dan begitu pula Eto yang kini bahagia karena anaknya mendapatkan laki-laki baik yang bisa menjaga Dian dengan baik. *** Dian kini merasa lapar, hari sudah hampir sore dan bahkan Abelano serta ayahnya belum pulang dari sawah, Diandra bahkan tidak bisa menghubungi Abelano karena ponsel Abelano yang ternyata ketinggalan di kamar. Laki-laki itu memang juara sekali membuatnya kesal seperti saat ini, coba jika Diandra yang ketinggalan ponsel bisa capek mendengar nasehat panjang dari Abelano dirinya itu. suara mesin mobil terdengar di telinga Diandra, dirinya langsung menuju ke luar rumah dan melihat Abelano serta ayahnya yang terlihat akur satu sama lain. "Ayah, di panggil Ibu" ujar Diandra bahkan dia sama sekali tidak di minta Puspa memanggil ayahnya itu, tetapi dia hanya ingin segera berbicara pada Abelano yang siang ini pergi tanpa pamit padanya. "Iya Mbak, Ayah ke sana paling juga ibu nyuruh ayah makan" jelas Eto. setelah Eto masuk kedalam rumah kini terlihat sekali muka Diandra yang kesal pada Abelano, laki-laki ini hanya tersenyum senang melihat wajah kesal kekasihnya yang bahkan terlihat sangat menggemaskan. "Kenapa sayang? cemberut gitu jadi makin gemes" ucap Abelano. "Nggak usah gombal ! aku lagi kesel" ujar Diandra. "Ya Tuhan, kamu kesel nggak ketemu aku ya?" ucap Abelano semakin membuat kekasihnya kesal. "Kenapa ponselnya ga di bawa?" tanya Diandra Jutek. "Aku lupa sayang, Ayah soalnya buru buru ke sawah ya udah aku langsung antar aja sampai lupa bawa ponsel" jelas Abelano. "Ya udah ayo makan, Dian udah lapar " ucap Diandra yang kini bahkan rasa kesalnya seolah olah hilang menguap entah kemana. Abelano hanya menggelengkan kepalanya, semakin lama Kekasihnya terlihat semakin menggemaskan membuat Abelano semakin jatuh cinta pada Dian dan ingin segera memiliki Dian seutuhnya. Abelano sudah mendapatkan Restu dan jalannya kini dipermudah untuk mendapatkan Diandra dan mengikatnya menjadi istrinya untuk selamanya, Abelano tidak ingin Diandra pergi meninggalkan dirinya jalan satu-satunya adalah dengan menjadikan Diandra sebagai istrinya. Diandra adalah takdir Abelano dan tidak ada satu orang pun yang mampu mengambilnya dari tangan Ano. bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD