Hariz membawa Melati kerumah sakit. Restoran di handle dulu oleh Mario. Dokter mengatakan jika Melati hanya kelelahan. Sebentar lagi Melati akan siuman.
Melati membuka matanya perlahan. Ia melihat Hariz yang duduk menungguinya di samping brangkar.
"Sudah sadar kamu, besok tidak usah datang lagi. Kau dipecat" ucap Hariz tanpa perasaan. Baru saja Melati sadar tapi pria itu malah memecatnya.
"Please chef jangan pecat saya" Melati malah menangis dengan kencang hingga membuat Hariz kelabakan. Ia menutup mulut Melati agar tidak berisik dan membuatnya malu. Apalagi saat melihat tatapan pasien-pasien dari bangsal lain ke arah mereka.
"Oke kamu gak jadi dipecat, besok kamu harus mempersiapkan diri untuk pernikahan kita. Hanya ada saksi dan penghulu, kita akan menikah secara siri. Ibu juga sudah saya kasih tau"ujar Hariz
"Baik chef" sahut Melati.
"Tapi saya tak ingin pernikahan ini selamanya jadi kita hanya menikah selama 1 tahun sampai kamu melahirkan anak saya" sambung Hariz.
"Ehm iya chef" Melati tak berharap banyak dari pernikahan ini. Yang penting Hariz sudah mau bertanggung jawab karena sudah memperkosa dirinya. Ia takut akan hamil diluar nikah dan anaknya akan lahir tanpa ayah meski belum tentu juga ia hamil.
"Saya akan memberi perjanjian tertulisnya nanti.Istirahatlah saya mau keluar sebentar" Hariz keluar dari ruang rawat untuk menelpon seseorang.
****
Tibalah saat hari pernikahan mereka yang dihadiri oleh beberapa saksi, penghulu, dan ibunya Hariz. Ibunya Hariz sempat protes karena pernikahan mereka hanya pernikahan siri dan tak digelar dengan mewah. Tapi Hariz berkilah ini demi kebaikan Melati agar ia tak canggung saat bekerja dengan Hariz di restoran. Ia tak ingin orang restoran tau tentang pernikahan mereka. Nanti banyak yang menghujat Melati mengingat banyak yang menyukai Hariz.
"Yasudah kalau begitu nak, ibu harap pernikahan kalian langgeng dan bahagia sakinah,mawadah,dan warahmah" harap ibu Hariz. Ia bahagia melihat putra semata wayangnya sudah menikah kembali dengan Melati, gadis baik hati dan polos. Sekarang ia sudah tenang jika Tuhan akan memanggilnya sekalipun.
"Aminn" jawab Hariz. Melati hanya terdiam karena pernikahan ini tak akan lama karena Hariz tak ingin selamanya menikah dengan Melati.
Malam harinya Hariz duduk di ranjang sambil memainkan tablet miliknya. Melati keluar dari kamar mandi sambil memakai piyama daster doraemon. Hariz seperti menikahi anak-anak meski usia Melati cukup dewasa sekarang tapi tetap saja jarak usia mereka cukup jauh sekitar 12 tahun.
Melati duduk di sofa. Ia tak mau tidur berdua dengan Hariz. Hariz menutup tabletnya dan mendekat ke arah Melati. Ia menarik tangan Melati agar ikut tidur dengan dirinya di ranjang.
"Kenapa chef?" tanya Melati bingung.
"Ini kan malam pertama kita" jawab Hariz sambil melihat tubuh Melati yang kurus tapi menonjol di beberapa bagian. Cukup pas menurut Hariz.
"Maksud chef apa?"
"Kamu kira saya akan tidur dan melewatkan malam ini dengan sia-sia? no Melati. Meski kita menikah kontrak tapi kamu tetap harus melayani saya sebagai seorang istri pada umumnya."
Hariz membuka bajunya hingga terlihatlah otot sixpack di dadanya. Melati langsung menutup mukanya sambil berteriak histeris.
Sementara diluar kamar mereka, ibu Hariz geleng-geleng kepala. Ia tersenyum senang sebentar lagi ia akan menimang seorang cucu.
"Chef!!! pakai lagi bajunya!!" seru Melati.
Hariz mendekati Melati hingga Melati mundur sampai di ujung ranjang. Hariz membuka tangan Melati agar melihat tubuhnya. Perlahan Hariz mulai mencium Melati dan membuka piyama dasternya. Hariz meremas dua gundukan kenyal namun padat dan pas di tangannya seperti sedang mengulen adonan. Melati belingsatan saat ia dicumbu oleh Hariz. Hariz juga mempermainkan area bawahnya dengan memasukkan jarinya dengan tempo cepat sampai akhirnya Melati mendapatkan pelepasannya. Hariz juga menenggelamkan kepalanya di inti Melati lalu menyesap dan menjilatinya hingga Melati mendapatkan lagi pelepasannya.
"Ahh chef disitu chef ouhh" lidah Hariz menari-nari disana dan menghisap cairannya hingga habis tak tersisa. Giliran Hariz yang membuka celana dalamnya hingga terpampanglah pisang ambon Hariz yang jumbo dan berurat. Melati bergidik ngeri dan berteriak karena melihat pisang ambon Hariz yang sangat besar.
'Pantas sakit banget itu aku' Melati memejamkan matanya karena tak ingin melakukan hal itu dengan Hariz.
"Chef jangan chef, saya gak mau" tolak Melati.
Hariz malah menarik kedua kaki Melati lalu mengangkanginya hingga pisang ambon Hariz menerobos masuk ke dalam inti Melati dalam beberapa kali dorongan karena inti Melati sangat sempit dan menjepit.
"Ahhh"desah mereka bersamaan. Hariz yang sudah lama tidak melakukan hubungan badan sangat kecanduan dengan rasa Melati. Bahkan punya Dea mendiang istrinya tak seenak dan selegit punya Melati. Hariz menghentak-hentakkan tubuh Melati hingga Melati mendesah antara sakit dan nikmat dalam waktu bersamaan.
"Ahh Dea.. Dea..enak sekali punya kamu sayang ouhh stt" desah Hariz di telinga Melati.
Nyess.. hati melati seperti tertusuk belati saat Hariz menggumamkan nama wanita lain saat bercinta dengannya. Air matanya mengalir begitu saja. Sedangkan Hariz tak peduli dan memilih menjemput kenikmatan yang telah lama hilang dalam hidupnya. Sedangkan Melati sudah tak menikmati lagi percintaan ini.
"Ahh aku mau keluar sttt" Hariz menembakkan benih-benih premiumnya ke dalam rahim Melati. Melati merasakan hangat di dalam sana. Hariz melepaskan pisang jumbonya dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sementara Melati menangis karena perlakuan Hariz. Dia tau jika Hariz tidak mencintai dirinya dan terpaksa menikahinya. Tapi bisakah Hariz menghargai dirinya sebagai seorang istri. Tanpa dosa Hariz menyebutkan nama wanita lain saat mereka bercinta. Kemarin juga seperti itu saat Hariz menodainya, dia menyebutkan nama Dea.
Pandangan mata Melati tertuju pada foto pernikahan Hariz dengan seorang wanita yang ia duga adalah Dea. Wajah mereka di foto sangat bahagia. Bahkan disini juga di beberapa tempat dirumah ini ia melihat foto mereka yang masih terpasang rapi. Melati bahkan tidak mengambil foto saat pernikahannya. Tidak ada bentuk dokumentasi apapun. Mendadak hatinya sakit melihat hal ini.
Hariz keluar sambil melilitkan handuk di pinggangnya. Ia masuk ke walk in closet dan mengganti pakaiannya. Lalu tanpa mengucapkan apapun pada Melati, Hariz malah tertidur pulas. Melati mengambil pakaiannya lalu memakainya kembali. Ia kembali menuju sofa. Ia tak ingin berbaring di ranjang yang sama dengan Hariz.
Sebenarnya Melati menyukai Hariz jauh sebelum mereka bertemu. Ia mengagumi Hariz yang tampan dan berkarisma saat menjadi juri kontes memasak di acara televisi. Ia pikir Hariz hanya berakting saat marah-marah di televisi, ternyata Hariz tidak berpura-pura dan begitulah sifat aslinya. Ia berharap semoga Hariz bisa membuka hatinya untuk Melati. Walau bagaimanapun ia ingin memiliki keluarga yang utuh dan seiring berjalannya waktu ia yakin Hariz akan mencintai dirinya.