Pretty Dilarikan ke Rumah Sakit

888 Words
Pretty menangis dengan air mata yang deras, "Kau adalah pria brengs*k! Aku bukan pel4cur!" teriaknya dengan suara yang bergetar. Jack, pria tampan yang baru saja merenggut kesucian Pretty, menatapnya dengan mata yang berapi. "Tidak perlu berpura-pura! Kau hanya ingin uang, kan? Nanti aku akan membayarnya!" bentaknya sambil menekan pinggang Pretty. Pretty berusaha meronta, namun pinggangnya ditahan erat oleh Jack. "Sakit!" jeritnya. "Hentikan! Cepat hentikan!" pinta Pretty, menahan sakit yang tak tertahankan. Jack, terpengaruh obat per4ngs4ng, mengabaikan teriakan dan tangisan Pretty. Ia mengira Pretty adalah wanita panggilan. Setelah dua jam, Jack menghentikan aksinya setelah puas. dan meninggalkan Pretty yang dalam keadaan hancur. Sesaat kemudian Pretty yang masih terluka memaksakan dirinya untuk bangkit, ia ingin meninggalkan tempat yang membuatnya seperti di neraka, rasa perih karena baru di kuasai pria asing itu selama dua jam membuatnya harus menahan sakit, Pretty mengambil pakaiannya yang ada di lantai samping tempat tidurnya, dan setelah siap memakai pakaian ia pun melangkah keluar dari kamar gelap itu. --- Keluar dari kamar, Pretty memandangi sekeliling rumah yang begitu mewah dan luas. Ornamen-ornamen mahal serta furnitur elegan mengisyaratkan kekayaan pemiliknya yang bernilai miliaran dolar. Namun, semua kemewahan itu tidak berarti apa-apa baginya. Ia hanya ingin segera meninggalkan tempat ini—tempat yang telah menghancurkan hidupnya dan merampas segalanya. Air mata terus mengalir di pipinya, tubuhnya gemetar hebat. Rasa sakit yang mendera tubuhnya terasa seolah mengoyak hingga ke jiwanya. Sambil menahan rasa sakit di bagian tubuhnya yang paling perih, Pretty melangkah menuju pintu. Langkahnya terhuyung, tapi ia memaksa untuk terus bergerak. “Kenapa kau keluar?” suara dingin seorang pria menyapanya. Itu Luiz, salah satu penjaga yang berdiri di depan pintu. Wajahnya menyiratkan kebengisan yang sama seperti sebelumnya, pria yang membawanya ke ranjang bos mereka malam itu. “Biarkan saja dia pergi,” Sandro, penjaga lainnya, menyahut sambil melirik tubuh Pretty yang terlihat lemah. “Lihat saja dirinya. Bos pasti sudah melakukannya. Dia sudah tidak ada gunanya lagi.” Pretty menghentikan langkahnya. Dengan sisa keberanian yang tersisa, ia menatap mereka penuh kemarahan. “Kalian semua baj*ngan!” serunya, suaranya serak oleh tangis. “Kau cuma wanita panggilan. Untuk apa merasa bersedih?” cemooh Luiz tanpa belas kasihan. “Bos kami pasti sudah membayarmu, kan? Jadi berhenti bersikap seperti korban,” tambah Sandro dengan sinis, lalu mendorong Pretty dengan kasar. BRUGH! Pretty jatuh tersungkur ke lantai keras. Rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya, terutama pada tangannya yang terluka karena benturan. “Aargh...” ia meringis, tapi tidak ada yang peduli. Di sisi lain, Jack keluar dari kamar mandi. Ia menyalakan lampu, membuat seluruh ruangannya terang benderang. Ketika pandangannya tertuju ke tempat tidur, ia mendapati kasurnya kosong. Wanita itu telah pergi. “Aku belum membayarnya, tapi dia sudah pergi?” gumam Jack sambil berjalan mendekati kasur. Matanya terpaku pada bercak darah yang terlihat jelas di sprei putih. Wajahnya berubah tegang. “Sial! Dia masih perawan?” pikirnya, heran. “Apa mereka salah orang?” Segera, Jack melangkah keluar dari kamarnya, menuju lantai bawah. Di depan pintu, Pretty yang masih tergeletak di lantai berusaha bangkit. Pandangannya buram oleh air mata, tapi semangatnya untuk keluar dari tempat itu tetap membara. “Kalian semua akan mendapat karmanya,” katanya dengan suara bergetar. “Pergi dari sini! Dasar murahan!” bentak Luiz tanpa belas kasihan. Pretty berjalan tertatih-tatih, mencoba menjauh. Namun, langkahnya terhenti ketika suara Jack menggema dari lantai atas. “Hentikan dia!” Luiz dan Sandro langsung bereaksi. Mereka mengejar Pretty, meneriakinya untuk berhenti. Namun, sebelum mereka berhasil menyusul, Pretty terjatuh. Tubuhnya lemah dan akhirnya pingsan. “Bos, dia pingsan!” teriak Luiz. “Cepat siapkan mobil!” perintah Jack dengan nada tegas. Ia berlari mendekati Pretty, mengangkat tubuhnya dengan hati-hati, lalu membawanya ke mobil. Setelah dua puluh menit... Jack tiba di rumah sakit. Dengan tergesa-gesa, ia turun dari mobil sambil menggendong Pretty. Perasaan bersalah menghantui dirinya. Ia tahu, gadis ini tidak bersalah. Dialah yang telah menghancurkan hidupnya. Para perawat segera menghampiri, membawa Pretty ke ruang darurat. Jack hanya bisa berdiri di depan pintu ruang itu, menunggu dengan gelisah. “Bos, biarkan kami yang menunggu di sini. Bagaimana kalau Anda kembali ke rumah dulu?” saran Luiz dengan nada hati-hati. Jack berbalik, menatap Luiz tajam. “Dari mana kau menemukan dia?” tanyanya dengan nada penuh emosi. Luiz menunduk, tak berani menatap Jack. “Maaf, Bos. Tadi malam hujan deras, dan karena kondisi Anda terlihat sangat membutuhkan seseorang, kami membawa gadis ini secara paksa. Saat itu dia sedang berdiri di depan sebuah toko di tepi jalan.” Jack mengepalkan tangannya. Wajahnya mengeras oleh penyesalan dan amarah yang bercampur. Plak! Tangan Jack melayang keras ke wajah Luiz. Tamparan itu bergema di lorong rumah sakit, membuat Luiz terhuyung mundur. Wajah Jack dipenuhi amarah yang membara, matanya menatap tajam seperti ingin menusuk. “Kau benar-benar tidak berguna! Beraninya kau membawa anak gadis orang ke hadapanku tanpa tahu siapa dia sebenarnya!” bentak Jack, suaranya rendah tapi penuh ancaman. Luiz memegangi pipinya yang panas akibat tamparan itu, menunduk dengan takut. “Maaf, Bos... Saya tidak tahu... Kami hanya berpikir—” “Diam!” potong Jack dengan nada tajam. “Kalian seharusnya lebih teliti! Kau tahu siapa aku? Aku tidak butuh masalah seperti ini!” Luiz menggigit bibirnya, tidak berani membalas. Jack menoleh, menarik napas berat, mencoba mengendalikan kemarahannya. Pandangannya kembali ke arah pintu ruang darurat, tempat Pretty sedang dirawat. Rasa bersalah bercampur dengan frustrasi semakin membakar hatinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD