When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Halo Kana …” Panggilan itu membuat Kana membalikkan badannya saat akan memasuki salah satu bilik toilet. Dia melihat wanita cantik yang sedikit lebih tinggi darinya, menatapnya dengan tatapan menilai dari atas sampai bawah, mendekatinya seperti predator yang akan menghabisi mangsanya. “Kamu mengenalku?” Tanya Kana masih dengan tatapan bingungnya. Namun langkah wanita itu terus mendekat padanya, membuat Kana reflek ikut mundur hingga tubuhnya terantuk dinding yang akhirnya membuat dia tidak bisa pergi ke mana pun. Kana melihat ke kanan dan kiri, kenapa toilet juga begitu sepi. Selain itu rasanya dia tidak pernah memiliki musuh, lalu kenapa wanita di depannya ini menatapnya seolah ingin membunuhnya? Melihat tatapan itu membuat Kana bergidig ngeri. “Sudah menerima surat ceraimu, Kana?