Bab 8 | Tamu Lain Yang Tak Diundang

1359 Words
“Oke. Kau boleh berteduh di sini dan segera pulang begitu hujan mereda. Jangan melakukan apapun! Duduk saja di sana dan jangan membuat ulah! Jika kau berulah, aku akan langsung mengusirmu.” Ucap Mahesa tegas dan serius, membuat Kana mengangguk kaku dan berjalan menuju ke sofa. Walau dia memang takut dengan petir, namun dia cukup bersyukur kali ini setidaknya dia bisa bertahan lebih lama di sini, dan dia juga meyadari, Mahesa tidak kejam dan dingin sepenuhnya. Masih ada sisi kepedulian dan memikirkan orang lain dalam diri pria itu. Tidak seperti gosip-gosip yang dia dengar di rumah sakit tentang betapa tidak berhati dan tidak pedulinya dia kepada perasaan orang lain, bahkan pada wanita-wanita yang mengejarnya. Kana banyak mendengar dari Maya tentang banyak wanita yang akhirnya patah hati dan merasa direndahkan setelah berusaha mengejar Mahesa, seperti yang dia rasakan beberapa waktu lalu. Namun Kana tidak akan berakhir menyedihkan seperti wanita-wanita sebelumnya, dia harus membuat Mahesa menjadi miliknya. Kana mengusap perutnya yang terasa lapar, bertepatan dengan itu dia melihat Mahesa yang keluar dari salah satu ruangan dengan membawa laptopnya. Membuat Kana membatin betapa membosankannya hidup pria itu yang tidak pernah lepas dari pekerjaan. Seolah perutnya bisa diajak bekerja sama, dia berbunyi di saat yang tepat. Walau sedikit memalukan dia bisa menggunakan alasan itu untuk melanjutkan aksinya. “Dokter Mahesa, bolehkah aku membuat sesuatu untuk makan malam? Aku sangat kelaparan.” Ucap Kana dengan nada memelas, Mahesa mendelik dan menatapnya jengah, tepat saat itu perut Kana kembali berbunyi. “Aku tau kau bukan orang yang kejam yang membiarkan tamumu kelaparan. Jika kau tidak mengijinkanku membuat sesuatu. Apa kau memiliki sesuatu yang bisa kumakan. Aku cukup baik dalam hal memasak dan aku juga tidak pemilih dalam hal makanan. Kau bisa memberiku makanan apapun atau mengijinkanku menggunakan dapurku.” “Kau bisa memakan apapun? Yang aku miliki hanya makanan kucing, mau?” Tanya Mahesa dengan nada sarkatik, mendengar itu membuat Kana mendecak dengan tatapan kesal. “Makanan apapun yang layak dikonsumsi manusia!” Kana menandaskan. “Tidak ada makanan! Buatlah sesuatu untuk dirimu, jangan mengacau dapurku!” Ucap Mahesa dengan tegas, sedang Kana sudah tersenyum lebar dan begitu sumringah. Petir di luar masih terdengar menggelegar dengan hujan yang sepertinya tidak akan berhenti dalam waktu dekat. Di malam yang begitu dingin tentu saja yang terpikirkan oleh Kana adalah mie kuah yang panas dan akan menghangatkan perutnya. Dia membuka kulkas Mahesa dan cukup takjub dengan isinya yang penuh dengan sayur, buah dan protein lainnya. Tentu saja dokter harus makan makanan yang sehat karena dia yang paling tau dari mana sumber penyakit itu datang. Dia lalu membuka kabinet dan mencari tepung juga bahan yang lain. Sejak beberapa tahun yang lalu, dia terbiasa membuat mie sendiri, tidak lagi membeli mie instant. Dia telah menemukan resep terbaik untuk mie favoritnya, tetap sehat namun rasanya lebih nikmat dari pada yang instant. Mahesa mendekat ke arah dapur dan duduk di meja bar, masih dengan membawa laptopnya walau sesekali matanya awas sambil mengawasi setiap gerak-gerik Kana. Dia takut wanita itu akan menghancurkan dapurnya. Sekali lagi Mahesa merasa dibuat tak berdaya karena wanita itu, dia tidak menjadi dirinya dan tidak mengenali dirinya. Bagaimana dia bisa begitu mudah membiarkan seorang wanita asing yang baru dia temui beberapa kali masuk ke rumahnya bahkan mengacak-acak dapurnya? Sungguh tidak masuk akal! Sejak dirinya memutuskan tinggal sendiri, dia tidak pernah menerima tamu siapa pun kecuali keluarganya, mama dan neneknya lebih tepatnya yang paling sering mengunjunginya, walau tidak bisa dibilang sering juga, mereka mengunjungi antara dua minggu sampai satu bulan sekali. Kana terlihat cekatan di dapur, wanita itu terlihat mengambil beberapa bahan dengan gizi seimbang. Membuat Mahesa mendecak, berpikir jika Kana tengah menunjukkan kemampuannya sebagai Nutritionist yang selalu mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang dalam hidupnya. “Kupikir gosip tentang kita kau sudah mendengarnya? Aku mendengar sesuatu yang aneh. Tidakkah kau merasa begitu?” Tanya Kana memulai pembicaraan. Mahesa mendecak keras. “Kau pikir aku akan mengurus gosip murahan seperti itu? Tidak ada pengaruhnya untukku.” Balas Mahesa malas, dan dia kembali fokus pada laptopnya. “Ini pertama kali Dokter Mahesa melakukan skinship dengan seorang wanita yang sengaja menggodanya. Ini pertama kali Dokter Mahesa terlibat obrolan di luar pekerjaan dengan seorang wanita. Ini pertama kalinya Dokter Mahesa memiliki intention untuk menolong seorang yang sengaja menggodanya, bahkan memeluknya.” Kana seolah memberi tahu gosip-gosip yang kini beredar. “Jadi aku wanita pertama yang berhasil membuatmu melirik wanita, huh?” Tanya Kana dengan nada congkaknya, membuat Mahesa memutar bola matanya dengan kesal dengan tingkat kepercayaan diri Kana. “Kau terlalu berhalusinasi, Kana. Semua itu tidak ada artinya bagiku.” Desis Mahesa dengan penuh penekanan. “Lalu hari ini, aku bahkan bisa masuk ke rumahmu dan menggunakan dapurmu. What a news! Mereka pasti akan sangat-sangat terkejut dengan gosip tentang kita selanjutnya.” Kana datang dengan dua mangkuk mie yang wanginya begitu membuat perut keroncongan. “Karena kau terlihat mengenaskan, Kana dan kau mudah terbaca.” Ucap Mahesa tepat menatap pada mata Kana, membuat Kana terdiam untuk sesaat. “Sejauh apa kau mengenalku, Dokter Mahesa? Kita bahkan belum bertemu lebih dari lima kali.” Ucap Kana yang mulai menyeruput kuah mie yang dibuatnya. “Tidak membutuhkan lebih dari lima kali pertemuan untuk bisa membaca niatmu mendekatiku, Kana Denandra.” Bisik Mahesa lagi dengan smirk-nya, membuat Kana mendongak dan menatap mata pria itu untuk mencari kebohongan di sana, namun Kana tidak menemukannya. “Tunjukkan padaku jika kau tidak membual dengan ucapanmu. Sejauh apa kau membacaku?” Tantang Kana membuat Mahesa kembali tersenyum yakin dan mendekatkan wajahnya. “Gadis menyedihkan yang mencoba tegar, diselingkuhi oleh kekasihnya yang telah bersamanya selama tujuh tahun, selingkuhannya adalah adik tirimu dan kini kau mengejarku untuk membalaskan sakit hatimu pada mantanmu dan adik tirimu. Bukankah tebakanku 100% akurat, Kana Lian?” Tanya Mahesa dengan smirk-nya melihat Kana yang terdiam dengan wajah pucat. ‘Bagaimana bisa? Bagaimana bisa Mahesa mengetahui semua itu?’ Kana membatin dan berusaha berpikir bagaimana untuk keluar dari situasi ini. Saat sudah menguasai situasi, Kana tersenyum dan tetap menikmati mie-nya. “Wah, ternyata gosip itu memang benar ya, kau tertarik padaku bahkan sampai mencari banyak hal tentangku. Aku sangat terkesan, Dokter.” Kana mendongak dan tersenyum manis, membuat Mahesa mendengus tak habis pikir, Kana seolah tidak pernah kehabisan akal untuk membalasnya. “Halusinasimu terlalu tinggi, Kana. Sayang sekali semua itu tidak sesuai dengan ekspektasimu. Aku mengetahuinya bukan karena sengaja mencari tau tentangmu. Namun aku melihatnya sendiri, di kantor mantan kekasihmu, aku menyaksikan live action drama perselingkuhan yang cukup dramatis.” Mahesa kembali menyunggingkan senyumnya dengan congkak, Kana terlihat memikirkan sesuatu. ‘Jadi, pria yang dia lewati hari itu, saat dia melangkah kelua dari ruangan Wira setelah memergoki Wira selingkuh adalah Mahesa? Yang wangi parfurmnya begitu memabukkan dan membuatnya selalu terngiang-ngiang dengan wanginya. Yang membuatnya juga memiliki pikiran untuk memasukkan pria dengan wangi yang tak terlupakan itu ke dalam list pria incarannya untuk membalaskan dendam. What a destiny!’ Kana tersenyum dengan pikirannya, sejak awal mungkin memang dirinya dan Mahesa sudah terikat! Atau itu hanya pikirannya saja yang mencoba mencocokkan segala sesuatu yang terjadi? “Itu artinya memang kita ditakdirkan.” Ucap Kana dengan congkaknya, membuat Mahesa mendecak dengan tingkat percaya diri pria itu. Harum mie buatan Kana sebenarnya sangat membuat Mahesa kelaparan, namun pria itu gengsi walau Kana sudah menghidangkan semangkuk untuknya tepat di depannya. Bagaimana cara Kana menikmati mie nya yang terlihat sangat nikmat itu membuat Mahesa diam-diam menelan ludahnya, apalagi udara begitu dingin saat ini. Sebuah bel pintu yang berbunyi membuat Mahesa membelalakkan matanya dan segera berlari menuju ke depan untuk melirik dari celah pintu siapa yang datang. Tepat sekali! Mamanya yang datang. Dia langsung menarik Kana yang masih makan dan membuat wanita itu hampir tersedak. Memasukkan Kana ke salah satu ruangan dan menatap tajam wanita itu. “Jangan coba-coba keluar dari sini atau aku akan membuat perhitungan denganmu! Camkan baik-baik, Kana! Sembunyi!” Mahesa menuding tepat di depan wajah Kana dengan raut yang garang dan siap meledak, membuat Kana menelan ludahnya susah payah dan mengangguk kaku. Tepat selanjutnya pintu di tutup dengan kencang dan membuat Kana penasaran setengah mati dengan siapa tamu Mahesa hingga membuat pria itu gelisah setengah mati. Apakah kekasih rahasia Mahesa? Yang selama ini disembunyikan? Oh Tidak! Kana tidak ingin patah hati sebelum memulai!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD