bc

Ravenge Marriage : You And Mafia

book_age18+
188
FOLLOW
1K
READ
billionaire
revenge
dark
love-triangle
love after marriage
arrogant
CEO
tragedy
city
cruel
like
intro-logo
Blurb

⚠️Harap bijaklah dalam membaca. Area 21+. Banyak Adegan kekerasan, umpatan. ⚠️⚠️

Dor... Dor.. Dor...

Suara tembakan bertubi-tubi terdengar di tengah kota. Semua orang berlari ketakutan. Gedung-gedung tertutup rapat. Bahkan para penjual pinggir jalan berhamburan meninggalkan barang dagangannya. Ya, seperti biasa ini adalah pertempuran antara geng mafia. Mereka selalu membuat rusuh di kota. 

Ada salah satu pasangan terjebak di antara kerumunan. Dion seorang laki-laki anak ketua mafia. Dia berusaha melawan mereka dan hanya untuk melindungi kekasihnya. 

"Della, kamu sembunyi. Aku akan melindungimu," ucap Dion, mencoba menarik tangan Adela, menyuruhnya bersembunyi di punggungnya. 

"Dion, sepertinya suasana semakin mencengkam. Kita harus pergi,"

"Iya, aku akan bawa kamu pergi dari sini." jelas Dion, tangan kirinya memegang Adela dengan tangan kanannya terus menembak membabi buta pada para musuh ayahnya. 

Pertikaian itu tak di ketahui olehnya. Sepertinya ayahnya kemang sengaja untuk membuat rencana sendiri tanpa persetujuan darinya. Dengan penuh rasa amarah, dia menembak beberapa orang yang menghalangi jalannya. Tanpa perdulikan lagi dari pihak musuh atau pihaknya. 

chap-preview
Free preview
Bab 1
Dor... Dor.. Dor... Suara tembakan bertubi-tubi terdengar di tengah kota. Semua orang berlari ketakutan. Gedung-gedung tertutup rapat. Bahkan para penjual pinggir jalan berhamburan meninggalkan barang dagangannya. Ya, seperti biasa ini adalah pertempuran antara geng mafia. Mereka selalu membuat rusuh di kota. Ada salah satu pasangan terjebak di antara kerumunan. Dion seorang laki-laki anak ketua mafia. Dia berusaha melawan mereka dan hanya untuk melindungi kekasihnya. "Della, kamu sembunyi. Aku akan melindungimu," ucap Dion, mencoba menarik tangan Adela, menyuruhnya bersembunyi di punggungnya. "Dion, sepertinya suasana semakin mencengkam. Kita harus pergi," "Iya, aku akan bawa kamu pergi dari sini." jelas Dion, tangan kirinya memegang Adela dengan tangan kanannya terus menembak membabi buta pada para musuh ayahnya. Pertikaian itu tak di ketahui olehnya. Sepertinya ayahnya kemang sengaja untuk membuat rencana sendiri tanpa persetujuan darinya. Dengan penuh rasa amarah, dia menembak beberapa orang yang menghalangi jalannya. Tanpa perdulikan lagi dari pihak musuh atau pihaknya. Dor.. Tembakan satu kali tepat mengenai seorang pengawal di depannya, yang mencoba menghalangi jalannya. "Minggir!" bentak Dion. Tembakan itu terus menggema. Tak ada habisnya. Hingga salah muncul beberapa agen intelijen yang bersembunyi di balik gedung bertingkat. Tepat di lantai paling atas. Agar tak begitu jelas tembakan yang dia berikan. "Bella, mana pelurunya." ucap Amera, dia sudah bersiap mengincar musuhnya di balik gedung tinggi. "Ini," sebuah senapan akan segera di luncurkan oleh seorang sniper wanita. "Amera, bentar!!" Bella tepeleset hingga tembakan itu terjadi di luar kendalinya. Dorr.... "Shhiitt.. Bella, ini semua gara-gara kamu. Kau salah menembak orang " decak kesal Amera, ia bangkit dari duduknya. Seketika tubuhnya gemetar ketakutan. Jemari tangannya tak berhenti terus gemetar. Amera mengigit jemari-jemarinya. Menghilangkan rasa khawatir dalam dirinya. Dia memang pembunuh tetapi yang dua bunuh adalah kelompotan yang meresahkan. Tetapi kali ini penyesalan menghantui kepalanya. "Amera, gimana kita. Semua ornag menatap ke arah k8ta. Kita harus cepat pergi." ucap Bella panik. Menarik tangan Amera yang dari tadi tubuhnya hanya diam. Tubuhnya tak berhenti genetar ketakutan. Ia membunuh orang tak berdosa menjadi penyesalan sendiri baginya. "Bella, aku gak bisa seperti ini. Bella aku takut.." ucap Amera menarik tanganya dari cengkeraman Bella. "Amera, dengarkan aku. Ini bukan saatnya untuk takut. Kita harus pergi dari sini." Bella memegang ke dua lengan Amera, kencova membuat wanita itu tenang. "Tapi dia tidak berdosa, Bella." pekik Amera. "Aku tahu, tapi sekarang kita yidka punya waktu lagi. Smeua sudha menuju kesini. Lebuh baik kita pergi dan pikirkan cara lain nanti." "Tapi..." "Amera, dengarkan aku. Kakak kamu butuh kamu untuk mengungkap kasus pembunuhnya. Jadi jangan sia-siakan hidup kamu di sini." tegas Bella meninggikan suaranya. Dia sengaja berbicara dengan nada keras agar Amera sadar. Jika itu tak sepenuhnya salah dia. Dan ada yang lebih membutuhkan dirinya dari pada merenungkan kesalahannya. Merasa Amera sudah tenang. Bella menarik tangan Amera untuk segera pergi. Mereka melompat dari gedung satu ke gedung lainya yang hanya berjarak satu langkah. Dan mereka memutuskan untuk berpencar dan mulai menyamar sebagai karyawan di salah satu gedung yang berbeda sampai semuanya terkendalai. *** Sementara di sisi lain, Dion masih meratapi kesalahannya. Ia mengira jika itu juga salah dia yang tak bisa melindungi kekasihnya. "Adela... Adela! Sabar aku akan bawa kamu ke rumah sakit." saat Dion begitu paniknya. Adela hanya tersenyum menatap wajah Dion. Darah semakin keluar begitu derasnya dari perut Adela. Dion mengangkat tanganya. Seketika air matanya keluar begitu derasnya. "Dion! Aku mohon, setelah aku tiada nanti. Jangan ikut campur dalam dunia ayah kamu. Aku tidak mau, kamu terluka, sekarang aku jadi korban, jangan sampai kamu jadi korban lagi." Adela mengangkat tangannya yang sudah di penuhi dengan darah segar, ia mencoba memegang pipi Dion. Dengan cepat Dion menggapai tangannya. Menyentuhkan ke dalam pipinya. "Enggak! Aku mohon kamu harus bertahan. Aku akan bawa kamu ke rumah sakit sekarang." Dion mencoba mengangkat tubuh Adelia. "Dion... Percuma... Ak..aku gak.. bisa bertahan lama.." suara Adelia sudah di ujung tanduk. Ia sudah berat untuk berkata lebih banyak lagi. "Di--Dion.. Aku pergi!!" Adela tersenyum. Perlahan ia memejamkan matanya, tanganya yang semula memegang pipi Dion perlahan sudah mulai lemas. Dan tergeletak lemas. "ADELA...." teriak Dion, menggema keseluruh penjuru. Semua orang menghentikan perkelahiran mereka. Dan menatap ke arah Dion. Para musuh seketika berlari berhamburan. Hanya tersisa para pengawal ayahnya, yang hanya diam menatapnya sembari menundukkan kepalanya. Dion meletakkan tubuh Adela di bawah. Seketika dia beranjak berdiri. Menatap tajam tepat ke arah gedung di mana tembakan itu meluncur sempurna ke arah kekasihnya. Seakan sengaja mengincar tubuh kekasihnya. Dion mengepalkan tangannya. Aku akan mencari tahu siapa kamu.. Jangan harap kamu bisa lari dariku. Entah kamu wanita atau laki-laki aku akan membunuh kamu dengan cara yang sama. "Siapa yang berani menembak Adela. Aku tidak akan tinggal diam." Dion berterima sangat keras. Sedangkan seseorang di dalam gedung itu hanya bersembunyi. Ia takut jika dirinya akan terlibat dalam kematian teman Dion. Dan pastinya akan berakibat fatal. "Jika kalian tahu siapa uang menembak Adela. Aku akan berikan kalian uang. Berapapun kalian minta." lanjut Dion penuh ambisi. Aura balas dendam mulai meracuni otaknya. "Tuan, apa anda tidak apa-apa?" suara seorang pelayan membuat dia terkejut. Ia menoleh cepat. Menajamkan pandangan matanya. "Apa kamu buta, lihatlah. Apa.yang terjadi dengan kekasihku. Ini semua juga gara-gara kalian. Jika kalian tidak membuat kehebohan di kota semua tidak akan seperti ini." bentak Dion, membuat semua pengawalnya menciut. Mereka tertunduk dengan senjata yang masih di tangan mereka masing-masing. "Aku tahu, kalian suruhan ayahku. Tetapi kalian apa tidak lihat. Ini pusat keramaian kota.." Dion tidak berhenti memberikan bentakan penuh dengan kemarahan pada para pengawalnya. "Bukanya melindungi aku, tetapi kalian sibuk dengan musuh kalian masing-masing." lanjutnya kecewa. Meraih kerah salah satu pengawalnya. "Jika kekasih kalian mati dengan cara yang sama. Apa.kalian bisa tinggal diam? Apa kalian rela?" tanya Dion, melepaskan kerah pengawalnya, sedikit mendorongnya ke belakang. "Maafkan, kami, tuan!" ucap salah satu pengawal itu. "Kalian bisa minta maaf! Tapi tidak bisa untuk mengembalikan nyawa Adela." pekik Dion. Suara kerasnya semakin membuat semua orang yang mendengarnya bergidik takut. "Sekarang cepat cari tahu siapa dalang dari ini semua. Jika dalam dua minggu kalian tidak menemukannsiapa dalangnya. Maka aku akan membunuh kalian semuanya." tegas Dion. Dengan sigap dia penuh dengan air mata. Mengangkat tubuh Adela yang sudah tak bernyawa. Dia benar-benar merasa sangat terluka dengan apa yang terjadi. "Adela.. Aku janji. Aku akan memberikan siapa yang membunuh kamu." ucap Dion, memeluk tubuh Adela. Ia menangis tersedu-sedu dalam pelukan tubuh lemas tanpa nyawa itu. "Aku.. Janji Adela.. Aku janji.."

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Call Girl Contract

read
330.4K
bc

Crazy Maid ( INDONESIA )

read
208.1K
bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M
bc

T E A R S

read
314.6K
bc

CUTE PUMPKIN & THE BADBOY ( INDONESIA )

read
113.9K
bc

LEO'S EX-SECRETARY

read
122.1K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
122.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook