10. Mutan Ke 8

1194 Words
Juli 2046 Markas Bawah Tanah Titanium di Antartic Logan menggendong tubuh Mara masuk ke ruangan pemeriksaan yang tersedia di markas. Seorang dokter yang berjaga terlihat kaget dengan kedatangannya Logan yang membawa seorang wanita asing. “Apa  yang terjadi?” tanya Ben, satu-satunya dokter yang bertugas di markas. Pria muda berumur 30 an tahun itu menaikkan kacamatanya yang setengah melorot sambil mengamati wanita yang di tidurkan Logan diatas meja periksanya. “Aku berharap kau bisa menemukan apa yang salah dengan nya,” jawab Logan. “Kami menemukannya sudah tidak sadarkan diri seperti ini.” “Tapi berhati-hati lah, ia mungkin adalah mutan level 5,” celetuk Leo dari balik punggung Logan. “Apa?!” seru Ben melangkah mundur. “Dan kalian membawanya ke markas tanpa borgol?” Leo memasang muka sama kesalnya dengan Ben. “Karena Logan memiliki sejarah dengan wanita ini. Ia… adalah cinta pertama Logan,” celetuk Leo. “APA!?!” Bryce, Jordan, Patt dan Grant berseru hampir bersamaan mendengar jawaban dari Leo. “Jika wanita ini adalah benar Mara, maka ia adalah teman lama kami yang menghilang ketika kami masih duduk di sekolah menengah,” lanjut Leo. “Menghilang bagaimana?” tanya Bryce. “Lenyap begitu saja,” jawab Leo sambil melirik ke arah Logan yang hanya terdiam sambil menatap wajah Mara. “Tanpa adanya bukti kekerasan atau penculikan, kepolisian menutup perkara dengan menganggapnya sebagai salah satu kasus anak yang melarikan diri.” “Dan bagaimana ia mendadak muncul di rumah kalian?” lanjut Bryce. “Bisakah kita bicarakan hal itu nanti?” hardik Leo kepada seisi ruangan. “Ben! Apa yang kau tunggu? Lekas lakukan tugasmu!” bentak nya ke arah pria berjas putih itu. Walau ragu-ragu, Ben mendekati wanita itu. Ia menekan beberapa tombol di sisi ranjang tempat Mara berbaring. Lampu putih langsung menyala dari tatakan meja periksa yang ditiduri Mara. Sebuah tangan robot mekanik yang tersambung di sisi ranjang muncul dengan suara mendesing. Ben mengetikkan sesuatu ke tablet yang dipegangnya yang langsung memerintahkan ujung tangan robot itu mengeluarkan alat scaner di ujung lengannya. Beberapa perintah, dan tangan itu mulai bergerak memindai tubuh Mara. Mulai dari atas kepalanya hingga ke ujung kakinya dan mengirimkan hasil pemeriksaan ke tablet yang ada di tangan Ben. “Baiklah…,” ucapnya sambil menunduk. Membaca hasil tes di dalam tabletnya. “Dari pemeriksaan ku tidak ada yang aneh dengan wanita ini. Semuanya terlihat normal, kecuali… hm… ada yang aneh dari susunan DNA nya.” “DNA?” tanya Logan kepada Ben. “Ahmm…. Entahlah aku akan mengambil sampel darahnya dan mengirimkannya kepada Doktor Iyako di laboratorium. Ia pasti lebih memahami hal tentang DNA daripadaku. Tapi dari scan awal, tidak ada yang salah darinya. Tidak ada patah tulang, atau memar. Bahkan lecetpun tidak terlihat. Ia hanya… tertidur…” Tarikan nafas keras dari Mara mengejutkan semua orang di dalam ruangan. Bryce langsung menarik Canon Plasma dari tas punggungnya, menyalakannya dan mengarahkan ujungnya ke Mara. Sesaat tidak ada seorangpun yang bergerak. Semuanya menatap kearah Mara yang memiringkan tubuhnya dan perlahan bangkit dari tidurnya. Logan yang berada paling dekat dengan wanita itu menjulurkan tangannya, bersiap untuk menangkap tubuh Mara jika ia terguling ke jatuh dari atas ranjang. Tapi Mara hanya mengejapkan matanya sambil memandang kesekeliling ruangan. Pandangannya kemudian terarah pada Logan yang berdiri di depannya. “Dimana aku?” tanya nya dengan wajah kebingungan. “Siapa kalian?” “Mara?” panggil Logan. “Mara?” jawab Mara balik bertanya. Wanita itu kemudian meraih kepalanya sendiri sambil mengernyitkan dahinya seakan menahan rasa pening yang muncul. “Ah… Siapa aku? Ah… Kepalaku…sakit sekali…” Mara bisa merasakan dirinya mulai kehilangan kesadaran yang membuatnya menjulurkan tangannya kedepan sebelum jatuh terhuyung. “Mara!” seru Logan. Pria itu menangkap tubuh Mara tepat sebelum wanita itu terjungkir dari tempat tidurnya. Dengan lembut, Logan membaringkan tubuh Mara yang tidak sadarkan diri ke ranjang dan menepuk-nepuk sisi wajah wanita itu beberapa kali. “Mara! Mara!” panggil Logan beberapa kali. Ketika masih tidak ada respons dari wanita itu, Logan menoleh ke arah Ben. “Lakukan tes yang kau perlukan dan pastikan kau mendapatkan jawabannya dari Doktor Iyako. Tapi, pastikan kau tidak menyakitinya. Paham Ben?” Ben mengangguk sekali lagi mendengar perintah dari Logan. “Panggil aku jika kau sudah selesai atau ia bangun.” “Okay,” jawab Ben. Logan bangkit berdiri dan menoleh ke arah Bryce yang masih mengacungkan senapan plasmanya ke arah Mara. “Buat jadwal untuk mengawasi Mara diantara kalian berempat. Jika ia bertingkah seperti mutan yang lain, kuberi ijin untuk membunuhnya,” ucap Logan dengan suara dingin sebelum kemudian berlalu keluar dari ruangan periksa. Leo terkejut akan perintah Logan tentang Mara. Ia mengejar kakaknya yang kini sudah berjalan di sepanjang lorong markas. “Lo… Kukira kau akan mati-matian membelanya,” ucap Leo sambil berusaha menyamai langkah kaki kakak nya yang lebar. “Tentu saja tidak. Kita tidak tahu darimana saja ia selama ini. Lagipula seperti katamu. Tidak ada satupun hal di dunia ini yang kebetulan.” “Benar sekali.” “Kalau begitu, bisakah kau melakukan sesuatu untukku?” Logan tiba-tiba menghentikan langkah kakinya membuat Leo yang berjalan di belakangnya menabrak punggung pria itu. Logan membalikkan badannya menatap ke wajah beku berbalut topeng titanium milik Leo. Pandangannya terarah lurus ke manik mata gelap milik adiknya. “Kau adalah orang paling pandai yang kukenal, Leo. Jadi…bisakah kau melakukan sesuatu untukku?” tanya Logan mengulangi pertanyaannya. “Tentu saja. Apa?” “Jika kau tidak percaya dengan kebetulan, bisakah kau jelaskan padaku mengapa ia muncul setelah menghilang selama ini. Kemana kah Mara selama ini? Dan apa yang terjadi padanya?” Leo terdiam mendengar pertanyaan kakak nya beberapa saat, sebelum ia kemudian menggeleng. “Maaf, Lo. Aku tidak memiliki jawabannya saat ini.” Logan menarik nafas dalam-dalam. “Tentu saja. Kurasa kita perlu menunggu untuk mendapatkan jawabannya…. Tidurlah Leo. Besok akan menjadi hari yang panjang bagi kita berdua. Istirahatlah selagi bisa,” ucap Logan sambil menepuk pundak Leo sebelum kemudian membalikkan badan dan berlalu pergi. Ucapan Logan membuat Leo mulai berpikir tentang gadis yang pernah dikenalnya ketika mereka masih kecil. Apa sebenarnya  yang terjadi pada Mara? Mengapa S.O.U.L menangkap signal Mara sebagai seorang mutan? Leo meneruskan langkahnya sepanjang lorong markas yang berlampu neon terang. Ia berjalan hingga berdiri di sebuah pintu dengan sebuah scaner retina terpasang di sampingnya. “Selamat datang Leo Dalton. Selamat malam,” sapa suara robot wanita milik S.O.U.L ketika Leo mendekatkan wajahnya ke arah mesin. Leo melangkah masuk kedalam ruangan yang gelap. “S.O.U.L, lampu!” perintahnya. Lampu neon berwarna putih langsung berkedip menyala sepanjang ruangan yang berisikan kotak-kotak sebesar lemari pakaian yang berjajar rapi yang tidak lain adalah tempat disimpannya otak dari S.O.U.L. Leo berjalan menuju tengah ruangan dan duduk diatas kursi. Tangannya langsung bergerak diatas meja kaca transparan yang juga berfungsi sebagai keyboard. Sebuah layar tembus pandang muncul di depan Leo menampakkan apa yang diketikkannya. Perintah untuk  S.O.U.L melakukan scan mundur, menlacak keberadaan Mara mulai dari tahun wanita itu menghilang Desember 2030 hingga siang ini 2046. “Jika kau berjalan diatas bumi, aku akan mencari tahu dimana kau sudah berada selama ini, Mara,” gumam Leo kepada dirinya sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD