9. Cewek bikin ribet?

2206 Words
Jakarta mendung sore ini, sama persis seperti suasana hati Eza. Bukannya membuat Kayla luluh dan cinta, dia malah membuat Kayla benci. Dengan kasar Eza mengacak rambutnya lalu mengusap wajahnya kesal. Dia berjalan gontai memasuki rumah, namun begitu pintu terbuka Eza berhasil dikejutkan dengan seseorang yang sudah berdiri tegap menatapnya dengan tatapan penuh kebencian. Lantas Eza tersenyum miring. "Mau apa?" tanyanya. Bugh! Bogeman telak sukses mendarat tepat mengenai tulang pipi Eza membuat cowok yang tak siap akan pukulan itu oleng. Eza berusaha kembali menagakkan tubuhnya namun baru saja dia menyeka darah yang keluar dari hidungnya, tarikan kasar di kerah baju Eza kembali membuat cowok itu hampir terjatuh. Bruk! Orang itu membenturkan tubuh Eza di dinding. Menatap tajam mata Eza. "Gue duemin lo bukan berarti lo bisa berulah!" Satu bibir Eza terangkat, perlahan dia membalas tatapan orang itu. "Kenapa? Nggak terima lo?" tanya Eza. "Cowok b***t lo Bar!" Orang yang ternyata Digeo itu hendak kembali memukul Eza namun tangannya berhasil ditagan oleh Eza. Keduanya kini saling beradu tatapan tajamnya. "Kayla milik gue, jadi fine dong kalau gue mau berbuat apa aja sama dia," ujar Eza dingin. Diego meringis, merasakan tangannya yang terasa panas akibat pelintiran dari Bara alias Eza. "Nggak gitu caranya perlakuin cewek njing!" "Terus kayak gimana hm?" Digeo terdiam. Setelah itu Eza melepaskan cekalan tangannya. "Apa dengan cara selingkuhin dia?" Pandangan Diego kembali menajam. Jujur Diego terkejut mendengar penuturan itu. "Apa maksud lo?" tanya Diego. "Selina waktu itu datang ke sini, dia nyari lo yang katanya mau ajak jalan. Tapi nyatanya lo malah jalan sama Kayla ke pantai. Siapa yang b***t sekarang?" "Lo juga nggak serius kan sama Kayla? Sejak kapan lo mikirin cewek?" balas Diego. Senyum sinis tercetak di wajah Eza. "Sejak gue tau kalau orang yang gue sayang mau disakitin seseorang." "Jangan sok tau!" bentak Diego tak terima. "Gue cuma ngomongin fakta! Dan mulai sekarang jauhin Kayla!" ujar Eza memperingati sambil berjalan mengambil tasnya yang tadi sempat terjatuh. Kedua tangan Diego mengepal. Rahanganya mengeras menahan marah. "Gue nggak bakal biarin Kayla bareng sama cowok kayak lo!" tutur Digeo membuat Eza kembali mengenok ke arahnya. "Terserah, kalau gitu mulai sekarang kita bersaing." Brak! Eza menutup pintu rumah dengan kencang. Masih di tempatnya Diego mengerang kesal. Cowok itu refleks menendang pot yang ada di dekatnya hingga benda itu hancur. "ARGGHHH!!" teriak Diego. "Selina, kenapa dia harus datang lagi sih!" ****** Kantin SMA Pelita selalu ramai saat jam istirahat sekolah. Kayla menopang dagu menatap Vanessa yang berjalan ke arahnya sambil membawa nampan berisikan macam-macam makanan. "Cocok tuh jadi pelayan kantin," celetuk Kayla ketika Vanessa sampai di mejanya. "Sembarangan!" protes Vanessa. Gadis itu memindahkan semua makanan mereka di atas meja. Mulai dari makanan ringan hingga berat ada di sana. Dua gelas jus jeruk segar adalah yang pertama mereka ambil. "Huh! Gila panas banget ngantri di sana tadi!" keluh Vanessa sambil mengipasi wajahnya dengan tangan. "Halah masih sepi itu, apa kabar gue yang biasanya ngatri ke tempat lebih rame dari pada tempat lo barusan?" balas Kayla. Vanessa lalu tersenyum tipis. "Itung-itungan nih ceritanya?" "Nggaklah, gue cuma ngomong." "Iye dah! Eh btw gimana lo sama Eza? Kayaknya dia suka beneran deh sama lo Kay," ujar Vanessa membuka topik yang sama sekali tak mau Kayla dengar sebenarnya. Kayla mengambil semangkuk baksonya, makanan itu lebih menarik dari pada pembahasan Vanessa. Melihat tak ada respon dari lawan bicara, Vanessa lalu dengan sengaja menggoyang meja sedikit kencang bingga kuah bakso Kayla sedikit bergetar. "Lo mau bakso gue loncat ha?" kesal Kayla menatap Vanessa datar. "Ya habisnya diajak ngomong malah dikacangin." Terdengar helaan nafas kasar dari Kayla. "Gue males ngomongin dia," katanya. "Putusin aja kalau gitu." "Males, dia keras kepala. Kalau ngomong bawaannya ngajak berantem!" Sebelah alis Vanessa terangkat bingung. "Jadi lo iya-iya aja Eza ngakuin lo jadi pacarnya?" tanya Vanesaa. Srup! Kuah bakso mengalir di tenggorokan Kayla. Setelah tertelan dia mengangguk. "Gue nggak pernah akuin Eza jadi pacar gue. Kalau dia anggap gitu ya terserah dia, pokonya gue nggak kayak gitu juga." "Eh, Febi udah tau belum ya kalau kalian pacaran?" Kayla mengangkat kedua bahunya bersamaan. "Entah, kayaknya tau deh. Ah bodo amat, dilabrak, biar dilabrak lah sama dia." "Idih! Siap lo emang dibuat malu satu sekolahan?" "Kalau gue nggak salah nggak ada alasan untuk takut. Udah ah males gue bahas gituan." Vanessa mengangguk anggukan saja kepalanya. Mereka memilih makan dengan hikmat. Menikmati sedapnya makanan satu itu saat menyentuh lidah. "Oh ya Kay," panggil Vanessa lagi. Kayla memutar kedua bola matanya jengah, mengangkat wajahnya menatap Vanessa malas. "Apa lagi?" tanya Kayla. "Gebetan lo si Diego apa kabar? Dia tau lo lagi sama Eza?" Lagi Kayla menghela nafasnya kasar. Dia meletakkan sendok dan garpunya begitu saja. "Tau deh, dari kemarin dia nggak chat gue, biasanya kalau gue pulang sekolah dia langsung ngabarin ini enggak." "Apa gara-gara yang waktu itu lo ketahuan pulang bareng Eza mangkannya dia nggak chat lo lagi?" tanya Vanessa semakin ingin tau. "Entahlah Nes males gue kalau udah gini." Melihat perubahan raut wajah Kayla, tangan Vanessa lalu terulur mengelus punggun tangan Kayla. "Sabar ya? Gimana emm ... kalau lo ke rumah dia?" Sontak kedua mata Kayla membulat kaget. "Enggak ah! Ya kali cewek nyamperin cowok. Malu lah!" tolak Kayla. "Lah? Sekali doang kan? Dari pada hubungan lo sama Diego kandas cuma gara-gara si Eza gila?" ujar Vanessa ada benarnya. Tapi tetap saja, apa kata orang bila Kayla bertamu ke rumah cowok, ditambah lagi cowok itu lebih tua darinya dan sudah menjadi orang penting di suatu perusahaan. Bisa-bisa Kayla dikira cewek apaan. "Nggak deh Nes resikonya gede. Iya kalau Diego beneran suka sama gue, kalau dia kemarin cuma main-main?" Vanessa menghela nafas berat. "Kay, kalau Diego nggak beneran suka sama lo, terus ngapain dia ajak lo ke pantai? Jemput lo kemarin? Gue yakin cowok kayak Diego nggak bakal segabut itu." "Iya juga sih," gumam Kayla. "Nah, yaudah tunggu apa lagi? Samperin lah Diegonya, jelasin semuanya baik-baik. Kalau dia sayang gue yakin dia bakalan ngerti." Kayla menipiskan bibirnya lalu mengangguk. "Iya deh." "Kapan lo mau ke rumahnya?" tanya Vanessa. "Entah, gue alamatnya aja nggak tau." Mendengar jawaban Kayla membuat Vanessa hampir saja menyemburkan minuman yang ada di mulutnya. "Lah anjrit, jadi selama ini lo nggak tau rumah gebetan sendiri?" tanya Vanessa sekalian ngeledek. "Selama ini apaan? Gue deket dan ketemu Diego cuma tiga hari," jawab Kayla. "Wajar kan kalau gue nggak tau, orangnya juga nggak pernah kasih tunjuk alamat rumahnya." "Terus sekarang gimana? Coba ajak ketemuan," ujar Vanessa memberi saran. "Gue yang chat duluan gitu?" "Ya iyalah sayang!" jawab Vanessa lelah. "Malulah Nes, gue nggak pernah chat cowok duluan selama ini. Mana ini chat ngajak ketemuan, ih nggak mau gue." Vanessa sampai memijit keningnya, tak mengerti lagi dengan sahabatnya satu itu. "Kay, lo chat cowok duluan nggak bakal buat harga diri lo ilang!" tutur Vanessa setengah geram. "Sama aja Vanessayang ... muka gue mau taruh di mana ha? Kagak ada sejarahnya cewek chat cowok duluan!" "Kalau lo dua sama-sama keras kepala nggak ada yang mau ngalah kayak gini ya sampai gajah bertelur juga nggak bakal selesai masalahnya! Udah biar gue aja yang chat, mana nomornya," kata Vanessa. "Lah jangan dong!" tolak Kayla saat Vanessa akan meraih ponselnya. "Kenapa lagi hm?" "Nanti lo mau chat dia kayak gimana?" tanya Kayla panik. "Ya gue bilang kalau lo mau ngajak ketemuan, tapi lo malu buat chat duluan. Kelar. Ada masalah?" "Masalah dong Nes!" sentak Kayla. "Apa lagi masalahnya Kay, kan gue yang chat, lo cuma terima jadi ribet amat sih. Ah dasar cewek!" kesal Vanessa. Refleks Kayla menoyor jidat Vanessa. "Lo juga cewek!" "Tapi nggak ribet kayak lo," balasnya jutek. "Yaudah sih, biar aja nunggu Diego chat gue duluan baru nanti gue ajak dia ketemuan." "Serah lu dah Marpuah! Tunggu aja sono sampai semut punah! Dah cabut gue." ***** Kelas XII IPA 2 kini sedang tak ada pelajaran yang berlangsung. Kelas mereka free, guru yang seharusnya datang mengajar jatuh sakit. Bukannya sedih gurunya sakit, para murid-murid kurang hujatan ini justru malah bersorak kegirangan. Memang kebahagiaan apalagi yang bisa di dapat anak sekolahan kalau bukan saatnya jamkos? Kegembiraan itu dapat terlihat di kelas Eza sekarang, di mana semua murid khususnya para cowok tengah menggelar konser dadakan. Galon kosong, meja, kursi, dan sapu pun jadi untuk alat musiknya. Sementara kelas sibuk dengan konser dadakan, di bangku paling pojok ada satu cowok yang masih sibuk dengan bukunya. Try out simulasi minggu depan membuat hari-hari Eza harus ditenuhi dengan belajar. Kasihan Eza tak bisa menikmati masa mudanya. Melihat temannya yang tak kunjung beranjak dari hadapan buku, lantas Leo berjalan menghampiri. "Eh, gue cabut sana dulu ya?" pamit Leo kepada Fahrian si cowok yang tengah memukul-mukul galon kosong. "Nyamperin Eja ya?" Leo mengangguk. "Mau gue ajak gabung ke sini, kasihan masih muda tapi nggak pernah tau rasanya gelar konser di jam kosong." "Aish! Sa aja lo. Udah sana samperin." "Yoi!" Setelahnya Leo langsung berjalan menghampiri Eza. Dia langsung duduk di bangku kosong sebelah cowok itu. Leo mengejutkan Eza dengan menepuk bahunya. "Belajar terus nggak capek?" tanya Leo. Eza menghembuskan nafasnya kasar. Langsung saja Eza menutup bukunya lalu memilih menatap temannya itu. "Lo sendiri nggak capek ngerecokin gue terus?" tanya Eza balik. "Ya enggak dong! Mana ada kata capek kalau gangguin orang apalagi kalau mau ajak orang itu seneng-seneng. Za, ayolah gabung sama yang lain, sekali-kali nikmati jamkos ini." Eza lalu terkekeh. "Lo aja sini sekali-kali belajar pas jamkos gini. Mau nggak?" Leo langsung mengalihkan pandangannya sambil menipiskan bibir. "Ya enggak gitu juga!" katanya. "Lo nggak mau kan? Semua orang punya caranya sendiri buat seneng. Lo nggak bisa atur-atur itu. Apa yang buat lo seneng bukan berarti bisa buat orang lain seneng juga," ujar Eza. "Enteng banget ya kalau ngomong? Suka nggak sadar diri gitu loh! Eh Za, lo sama Kayla juga cuma nyenengin sepihak kan? Udahlah jangan sok oke jadi orang." Eza hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia lalu mendorong tubuh Leo agar pergi daru kursinya. "Udah sono lo! Lanjutin aja konser sampai sekolah ini runtuh. Udah sana hus hus!" "Eh busyet lo pikir suara gue sejelek itu?" protes Leo tak terima. "Kan, suka nggak sadar diri sih!" "Asem ye! Dahlah bye!" Setelah Leo pergi, Eza kembali ke aktivitasnya semula. Mempelajari materi, memahami, menghafal, dan menerapkan. Ya begitulah sosok seorang Ezzalian Bara Gelviore. Kalau sudah berhadapan dengan buku-buku rasanya Eza punya dunianya sendiri. "Gimana Le? Mau nggak orangnya?" tanya Rendi ketika Leo berjalan kembali ke arahnya. Leo lalu duduk di sebelah Rendi, mengambil sapu untuk dimainkan. "Nggak mau, udahlah bairin dia berumah tangga sama buku." "Tuh temen lo udah pinter ngapain mesti belajar terus coba, nggak mau banget disaingi yang lain," sahut Fahrian. "Ya elu Yan, gue yang b**o gini juga nggak mau kali punya saingan. Kalau bisa mah b**o biar b**o semua. Pinter biar pinter semua," balas Rendi. "Eh, kalau semua orang b**o mau jadi apa nih dunia ha?" tanya Leo. "Ya--yaudah biar pinter semua!" "Sama aja lah, kalau dunia full orang pinter apa nggak hancur? Hancurlah, semua pada lomba adu kepinteran, nyiptain alat-alat aneh, uji coba di mana-mana apa nggak baku hantam entar?" "Ah udahlah Le jangan hidup aja sekalian!" kedal Rendi. "Sepi dong?" "Au ah gelap!" ***** Entah sudah berapa kali Kayla dan Vanessa mencocokkan alamat yang ada di ponsel dengan alamat rumah yang ada di depan mereka saat ini. "Lo yakin ini rumahnya Kay?" tanya Vanessa sangat ragu. Kayla kembali melihat layar ponselnya dan benar ini alamat yang harusnya mereka datangi. "Bener kok Nes, tuh lihat deh," balas Kayla. "Kira-kira mereka nyesatin kita nggak?" "Nyesatin gimana?" bingung Kayla. "Ya lo lihat aja ini rumah gede banget Kay, udah kayak istana, insecure gue mau nginjak lantainya. Tapi nggak heran sih kan kata lo dia punya perusahaan," ujar Kayla. "Yaudah sih masuk yuk," ajak Kayla. "Kok takut ya?" lirih Vanessa. "Lo pikir gue enggak?" Lantas keduanya berjalan beriringan, sesekali saling menyenggol satu sama lain hingga mereka berhasil dikejutkan oleh seorang pria yang muncul dari balik pagar. Pria itu mengenakan baju satpam dan membawa tongkat. "Maaf dengan siapa dan mau cari siapa ya?" tanya satpam tersebut. Baik Kayla maupun Vanessa saling tatap gugup. "Eee ... kita mau cari Diego," ujar Vanessa lalu tanpa Kayla sangka temannya itu mendorong dirinya. "Ini gebetannya Diego Pak, kalau saya cuma temannya," lanjut Vanessa. Kayla melotot tajam kepada Vanessa dan langsung memukul lengan gadis itu. "Gila lo ya!" umpatnya. "Udah diem!" balas Vanessa. "Jadi gimana Pak, Diegonya ada nggak?" tanya Vanessa kepada pria di depannya. "Ada di dalam, mari silahkan masuk." Setelahnya mereka di persilahkan masuk ke dalam rumah super megah itu. Pagar terbuka lebar untuk Kayla dan Vanessa. Satpam itu memimpin jalan mereka hingga sampai di depan pintu utama. "Kay, chat Diego gih suruh keluar," ujar Vanessa berbisik. "Bentar." Saat Kayla menyalakan ponselnya, tiba-tiba satpam rumah itu berujar, "Biar saya yang panggilkan den Diegonya." Sontak hal itu membuat kedua gadis itu merasa malu. Kayla pun cepat-cepat kembali mengantongkan ponselnya. "Eh iya Pak, ini kita masuk atau bagaimana?" tanya Vanessa. "Masuk dong, masa saya biarin gebetannya den Diego berdiri depan pintu. Ayo masuk-masuk." Kayla dan Vanessa tersenyum canggung. Mereka akhirnya masuk ke dalam rumah megah Digeo. Rumah itu sangat luas dan besar, ruang tamunya saja sebesar dua kamar di rumah Kayla. Perabotan di sana seperti didominasi oleh barang import. "Jiwa miskin gue meronta Kay lihat semua ini," ujar Vanessa pelan. "Apalagi gue, insecure parah kalau nanti Diego bakal jadi suami gue," balas Vanessa "Hei, ngarep ya Anda."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD