When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Dampak itu selalu berakhir dengan sesal layaknya keresahan yang melanda. Mendalami kesalahan saat senyum itu terngiang didepan mata, menghibur bahkan tak lekang tergantikan oleh menawannya waktu. Gerald membuka tutup korek api zippo nya, percikan api itu didapatkan ketika sentakan keras besi yang saling melawan. Ketika ide menjerit-jerit di kepala, Gerald meraih ponsel didalam saku celana. Beberapa fitur canggih itu terlihat ketika jari-jari tangan mengutak-atik, dan kini ia tersenyum melihat wajah itu lagi. Cantik dengan balutan gaun pengantin, menyindir pikiran akan malam pertamanya, 'Sebenarnya aku ingin kau lebih sengsara dengan semua perlakuanku, menangis setiap saat oleh kata-kata dan ketika bercinta. Memang benar aku berhasil. Tapi kenapa kau membuat aku selalu menyesal, Honey?