Part 3: Legendaris

2000 Words
"Kakak gak makan?" tanya Vanka sambil mengunyah porsi ke-2 nasi gorengnya. "Ah, gak usahlah. Liat lo makannya lahap gitu aja gue udah seneng kok" balasku sambil tersenyum. "Ah, bilang aja kalo uang kakak gak cukup buat bayarnya. Ya, kan" kata Vanka sambil menunjukku menggunakan sendok yang di pegangnya. Eits, tiba-tiba udah scene makan aja. Awalnya gimana? Ada di bawah sini . . . . . . . "Kakak kalo mikirin aku mikirnya jorok sih" Yah, ketahuan , batinku "Tapi gue gak pengen ngoshiin lo, gimana dong?" kataku dengan wajah meledek. Mendengar hal itu Vanka langsung memasang wajah cemberut. "Yee malah ngambek" "Biarin" kata Vanka. "Cil" aku mencoba memanggilnya. "..." "Thacil" "Vanka" "Thalia" "Thalia Ivanka Elizabeth" "Thalia Ivanka Elizabeth Frederick" "Dede Thacil" "..." Vanka masih diam. "Yuhuu!!" "Diem mulu, laper ya? Makan yuk" aku berusaha merayunya. Tapi dia masih diam tak mau menanggapiku. "Gue yang traktir deh" "Yaudah ayuk buruan!" ajak Vanka sambil menarik tanganku. Apaan, ditraktir makan langsung cepet responnya. . . . . . . . Sekitar 1 jam perjalanan kami akhirnya sampai di sebuah cafe di bilangan Jakarta Selatan. "Kakak mau pesen apa?" tanya Vanka. "Lah yang laper siapa? Udah lo aja yang pesen, terserah pesen apa aja. Puas-puasin deh makannya" kataku. "Beneran, kak? Ok deh". Beruntung aku tidak pesan makan juga. Dia pesan 3 porsi nasi goreng hanya untuk dirinya sendiri!! Perut apa karung tuh? . . . . . . . "Tapi beneran, kakak gak makan?" tanya Vanka lagi. "Ngeliat lo makan aja gue udah seneng kok, Cil" kataku sambil tersenyum menatapnya. "Kok aku jadi curiga ya. Kakak lagi ada maunya ya?" kata Vanka sambil menatapku sinis. Aku suka saja melihat dia makan banyak, karena tak peduli seberapapun banyaknya dia makan, dia tetap akan mungil. Karna aku yakin semua protein dari makanannya tidak membuat badannya besar, tapi membuat dadanya besar, pikirku sambil melirik dadanya. "Iihhhh, m***m!!!" kata Vanka cukup keras hingga membuat para pelanggan dan beberapa pegawai cafe melihat ke arah kami. Bahkan ada beberapa dari mereka yang menahan tawa melihat aku diteriaki 'm***m' seperti itu. "Cil, ya gak gitu juga kali. Neriakin orang di tempat umum gini" kataku setelah meminta maaf pada pelanggan yg merasa terganggu. "Biarin, biar semua orang tau kalo kakak itu m***m" jawabnya sambil memeletkan lidahnya. "Tapi lo seneng kan dimesumin" kataku pelan sambil nyengir. "Tapi gak hari ini ya, kak. Libur dulu, aku lagi dapet" balasnya sambil ikutan nyengir. Seketika cengiran ku hilang begitu mendengarnya. "Lho, kok gitu. Trus update adegan ena2 nya ini gimana? Gue udah janji lho ada adegan ena2 nya. Udah berapa paragraf lho ini, belum ada adegan ena2 nya" kataku. "Ya, itu masalah kakak bukan masalah aku" katanya dengan wajah tanpa dosa sambil mulai melahap porsi ke-3 nasi gorengnya. "Lah lho lah lho kok lah lho kok lho lah kok lah" kataku kebingungan. "Yaudahlah, cerita yang lain aja lah. Yang udah kejadian aja yang diceritain. Masa setiap mau nulis adegan ena2 harus gituan dulu" balasnya. "Yang mana dong?" tanyaku. "Yang di toilet aja" "Kan udah. Gimana sih" "Yang di toilet f7 kak" "Oohhhh. Waahh, Thacil ternyata ya, yang diinget yang-" kataku sedikit menggodanya. "Ihh, apa'an sih! Emang gara-gara siapa coba" balasnya dengan wajah memerah. "Tapi buat next update aja lah, capek ngetiknya nih" "Eh, jangan kak, nanti pada marah lho. Nanti kakak di bully, dibully via onlen" katanya. "Yang penyanyi dangdut itu?" balasku bercanda. "Itu Via Vallen. Hahaha, kakak bisa aja. Aduduh perutku". katanya sambil tertawa terbahak sampai perutnya sakit. Sungguh selera humor yang rendah, batinku. Tapi aku juga senang karena dengan selera humornya yang rendah, aku jadi mudah membuatnya tertawa. ~~~~~~~ Yup, cukup sekian. (Bukan tulisannya yang sekian). Sekarang kita masuk adegan ena2 Ya gak langsung tiba-tiba ena2 sih. Udahlah, nikmatin aja. Tinggal baca ini juga kok. ~~~~~~~ Seminggu setelah kejadian di toilet itu, aku kembali mengunjungi fx sudirman. Tidak, aku tidak berniat bertemu Vanka, aku hanya ingin melihat oshi baruku di team K3 (masih calon sih). Eh, kenapa K3? Karena 2 oshi ku sebelumnya ada di team J, jadi ingin cari suasana baru aja. Kenapa bukan team T? Aku tidak mau dituduh p*****l seperti kalian . Hehe, peace. Meskipun aku belum memutuskan siapa oshi baruku sih. (Tapi tadi Gracia perform nya bagus deh). Katanya mau pensi? Ya gak sepenuhnya pensi sih, ngurangin aja lah. Jadi, ngidol kalo lagi gak sibuk kuliah aja. Karena hidup tanpa hobi itu gak enak. Kenapa gak cari hobi lain? Lah, gak jalan dong ceritanya . . . . . . . . Selesai menonton theater aku bingung mau ngapain karena hari masih sore. Tiba-tiba aku kepikiran Vanka karena selesai show 1 team K3 akan berlanjut ke show 2 team J yang merupakan team yang dihuni Vanka. Yah, meskipun pada awalnya tidak berniat menemui Vanka, akhirnya aku malah ingin menemuinya. Dan, seperti yang dituduhkannya 'kalau memikirkannya, aku akan berfikiran jorok', hehe. Maklumlah namanya juga cowok normal. Segera lah aku chat dia. "Cil, lagi dimana? Udah berangkat ke fx" tanyaku didalam chat. Tak lama berselang terdapat notifikasi balasan darinya. "Ini lagi di lobby, kenapa kak?" isi balasannya darinya. "Ketemuan dulu yuk, gue lagi pengen nih. Gue tunggu di f7 yah, di toilet cowok". "Gak janji lho, kak". "Udah, pokoknya gue tunggu" balasku yang langsung bergegas ke f7 . . . . . . . Beberapa menit aku menunggu nya di depan toilet cowok hingga akhirnya. "Kak Ian.. kak Ian..." panggilnya lalu berlari ke arahku. Sebelumnya aku sudah memeriksa kedalam toilet sudah kupastikan kalau sepi. Jadi, begitu dia sudah berada di dekatku langsung kutarik tangannya masuk kedalam toilet dan menuju ke salah satu bilik toilet dan menguncinya dari dalam, seketika itu aku langsung mencium dan melumat bibirnya yang imut dan sedikit tebal itu. Warnanya merah di baluti sedikit lip gloss membuat aku semakin bernafsu, terus kucium dan tanganku meremas bokongnya dengan ke dua tanganku. "Iihhh, kakak. Nanti aja deh ya kak, aku bentar lagi mau GR" katanya berbisik sambil mendorongku. Tak kujawab dan aku meneruskan rangsangan ku terhadapnya. "Oouuuuh, kak" hanya itu yg keluar dari mulutnya. Ku buka kancing kemejanya dan Bra-Nya kusingkap tanpa melepaskannya, lalu dengan penuh nafsu aku meremas kedua payudaranyanya serta ku mainkan lidahku di putingnya yang menantang. "Oouhh.. Oughh.." desahnya semakin menjadi-jadi. Nafasnya semakin memburu sambil mengacak-acak rambutku. Ku suruh dia duduk jongkok dan kubuka celana dan CD-ku namun hanya kuturunkan sebatas paha, dia mengerti apa yang harus dilakukannya. Tanpa babibu, bibirnya mulai menyentuh penisku dan melumatnya. Woghh.. nikmat sekali. Sepertinya dia banyak belajar selama ini atau memang sudah bakatnya? Sesekali lidahnya menjilati ujung batangku hingga ke pangkalnya. Tanganku memegang kepalanya sambil sedikit menjambak rambutnya agar aku bisa menikmati fantasiku. Gilaa!! Merem melek aku dibuatnya. Kuangkat badannya untuk berdiri dan menyuruhnya untuk membelakangiku sedikit menungging ke belakang sambil memegang dinding toilet di depannya. Kuangkat rok pendek nya dan ku turunkan CD-nya yang berwarna putih bercorak pink itu, lalu ku arahkan penisku kearah vaginanya yang sudah cukup basah akibat rangsangan tadi. BLeesttz.. "Awww.." rintihnya saat penisku memasuki liang senggamanya. Secara perlahan ku masukan karena masih terasa sempit seperti di pijit-pijit penisku. "Ooohh! Cil, enak banget.." Benar-benar terasa sangat sempit jepitan vaginanya. "Oough.. Aahhhh.." desahannya membuat ku semakin bernafsu. Untung f7 adalah lantai yang cukup sepi jadi tidak kedengeran kalau dia mendesah. Kuangkat badannya sambil kuremas kedua bukit kembarnya serta ciuman lembutku di bagian belakang lehernya membuat dia semakin meracau tidak karuan. "Oohhh kak.. aku mauu, Oooooohhhh" desahaan panjang serta nafasnya yang tidak beraturan "OoOuh,.. Oouuh" Kemudian badannya gemetar hampir jatuh, kutahan badannya agar tidak jatuh dan kurasakan penisku benar-benar di jepit, vaginanya berdenyut-denyut. Aah, enak sekali pijatan vaginanya. Sengaja ku diamkan penisku sebentar untuk menikmati sensasinya. "Kalo emang mau cepet selesai, lo bisa gak bikin gue keluar cepet?" kataku menantangnya. "Boleh, siapa takut. Aku bakal bikin kakak keluar sampe gak bisa berdiri" balasnya dengan tatapan liar yang menggoda. Segera kami berganti posisi. Aku sekarang duduk di kloset dan Vanka bersiap menancapkan penisku ke dalam vaginanya. Tanpa menunggu lama dia bergoyang dengan liar, sangat liar begitu penisku sudah masuk dalam vaginanya. Aku yang tak mau kalah pun membalas goyangannya dengan menaik turunkan pinggul ku berlawanan arah goyangannya. Vanka sempat kaget dengan gerakan ku, tapi dia kemudian tersenyum dan menciumku. Ku balas ciumannya sambil kami tetap menaik turunkan pinggul kami. "Pokoknya Shanju itu top deh" Tiba-tiba terdengar suara dari luar. Suara laki-laki, tiga? Tidak! Kurasa ada empat orang. Dan dari pembicaraan mereka sepertinya mereka VVOTA garis keras. "Halah, apa'an! Lo palingan oshiin Shanju cuma buat bacol doang. Gue dong, oshi nya michelle yang unyu-unyu" "Tukang patil kok di oshiin" "Lo berdua sama aja, oshi nya gak ada yang bener. Yang satu tante-tante, satunya tukang patil. Kayak gue dong, Thacil gak kayak tante-tante bukan tukang patil" "Halah, lo juga oshiin Thacil karna nafsu sama toketnya kan" "Udah, kalian gak usah munafik. Kalian oshiin mereka buat bacol semua kan. Kayak aku dong gak munafik, oshiin Saktia karna apa? Ya karna nafsu" "Hahaha!" "Parah lo!" "Gini, nih kalo otaknya diselangkangan" "Fli, kok lo diem aja" Ternyata dugaanku salah, ada lima orang. Vanka yang mendengarnya langsung terdiam dan terlihat panik dilihat dari raut wajahnya seperti dia sedang memikirkan sesuatu. Ya, mau bagaimana lagi. Salah satu dari orang di luar itu adalah fans-nya. Tetapi, melihat ekspresinya itu membuatku gemas ingin mengerjainya. Kembali ku naik turunkan pinggul ku secara perlahan. Vanka langsung melotot ke arah ku saat aku melakukan hal tersebut sedangkan di luar masih ada fans-nya yang bisa saja memergoki kami. Aku lalu membisikkan sesuatu ke telinga Vanka, "Cil, kalo mereka liat lo kayak gini gimana? Kalo mereka pengen ginian juga sama lo gimana?" bisikku menggodanya. Kurasakan v****a Vanka berkedut makin lama makin kencang, sepertinya dia terbawa imajinasi oleh kata-kataku. "Lo, tambah sange ya. Lo bayangin lagi di gangbang ya" bisikku lagi. "Mmhh.." Vanka hampir mengeluarkan desahannya tapi langsung kubungkam mulutnya dengan menciumnya. Aku tidak mau kalau sampai mereka benar-benar memergoki kami dan akhirnya Vanka di gangbang oleh mereka. Ketika suara di luar sudah tak terdengar lagi, aku pun mempercepat gerakanku. Tak lama kemudian, serasa ada yang membanjur penisku. Tubuh Vanka pun langsung lemas. "Katanya mau bikin gue keluar sampe gak bisa berdiri" kataku menyindirnya. Mendengar perkataanku, wajah Vanka langsung memerah. • Kamu cukup, menemani saja Di sampingku menjadi orang terdekat Sama seperti, dahulu tanpa berubah~ • Tiba-tiba Hp-nya berbunyi menandakan ada panggilan masuk, mungkin dari salah satu member team J yang mencarinya. Beruntung Hp-nya berbunyi saat toilet sudah sepi "Cukup ya, kak. Aku kayaknya udah dicariin itu.." kata Vanka. "Kok enak, gue belum keluar. Lo udah keluar dua kali, bentar lagi ya, tanggung!" kataku sambil meremasi payudaranya. Segera kuposisikan badannya untuk duduk di kloset sambil ku buka lebar-lebar pahanya yang mulus itu. Sleeep~,Blesssst~ Penisku pun masuk diiringi desahannya, "Aawwh.. kak.." Walaupun vaginanya basah oleh cairan orgasmenya tadi, tapi tetap saja masih terasa sempit. Tanpa peringatan, aku langsung menggerakkan penisku dengan kecepatan tinggi. SLEP..SLEP..SLEP.. suara kecipak cairan birahi v****a Vanka beradu dengan lenguhannya yang nafsu naik lagi. "Tadi aja ngomongnya cukup-cukup. Tapi kalo gue goyang, tetep aja lo suka, kan" ejekku. "Aahh.. ahh... egghh.. Kak.. jangan kenceng-kenceng... Aku.. aku.. jadi mau keluar lagiiii..." rengek Vanka sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Benar saja, tak lama aku merasakan vaginanya semakin menyempit. "Ahhh.. iya, kak!! Iya,... aku sayang kakak..." lenguhnya saat kembali mencapai orgasmenya. Aku tetap menggoyang pinggulku agar bisa menyusulnya. Tak lama kemudian, ku rasakan ada sesuatu yang akan meledak dari batang kemaluanku membuatku semakin mempercepat genjotan ku. Saat aku sudah hampir sampai di ujung klimaks, ku tarik Vanka turun dari kloset untuk posisi jongkok. Maksudku ingin memuntahkan cairan s****a ku ke dalam mulutnya akan tetapi, CroooOttzzz~CrooooOtzz~ Crooootzz.. Spermaku Muncrat sangat banyak di wajah cantiknya. Ouuhh, nikmat sekali kurasakan saat itu. "Kakakkkk, apa'an sih muncratin ke muka aku, kan kotor nih" dengan nada sedikit kesal, dia mengambil tisu yang berada di sakunya. Ketika dia selesai merapikan kembali bajunya, Vanka segera mencuci mukanya di wastafel. Saat dia keluar toilet aku berteriak kepadanya "Makasih, ya!!!" dia tidak menoleh dan lalu berlari bergegas menuju theater. Kasian dia pasti telat.., Hufffhttt~ dengan lega aku menarik nafas sambil membayangkan banyaknya cairan spermaku di wajahnya, benar-benar cantik dia kala itu di tambah ekspresi yang lucu.. Pulang ah~~.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD