Bab 1

862 Words
Bintang mengecup kening perempuan yang baru saja ia sematkan cincin di jari manisnya, resmi sudah mereka bertunangan setelah empat tahun menjalani masa pacaran. Keduanya tersenyum kemudian bibir mereka saling mengecup, tepuk tangan tamu undangan pun menambah semarak acara pertunangan mereka. "Selamat ya" "Terima kasih sudah datang" "Selamat ya, kapan nih disahkan?" "Secepatnya bu" "Jangan lama-lama untuk dihalalkan" "Iya pak" Satu persatu tamu undangan menghampiri mereka dan mengucapkan selamat atas pertunangannya. Setelah acara selesai tinggallah keluarga inti Bintang dan Luna yang tengah membicarakan kelanjutan hubungan mereka, membicarakan rencana pernikahannya yang akan dilaksanakan tahun depan. "Tahun depan apa tidak terlalu lama?" tanya Naomi mamanya Bintang. "Luna harus menyelesaikan pendidikannya dulu mba, agar nanti saat menikah dia bisa fokus menjadi istri yang baik untuk Bintang" ucap Laura mamanya Luna. "Iya benar Luna harus menyelesaikan pendidikannya dahulu kami gak ingin kuliahnya terbengkalai karena statusnya barunya nanti sebagai istri" ucap Leo papanya Luna. "Baiklah kalau itu yang kalian inginkan, kami setuju saja" ucap Herman papanya Bintang. "Hanya menunggu setahun Bin, bersabarlah" canda Leo papanya Luna. "Iya pah, Bintang sabar kok" tawa Bintang. Keluarga itu kemudian membubarkan diri, orang tua Bintang dan Luna segera meninggalkan restauran tempat acara pertunangan berlangsung, tinggallah Bintang dan Luna yang masih berada di sana. Luna duduk dalam dekapan hangat Bintang, ia menyandarkan tubuhnya pada pria yang baru saja menjadi tunangannya itu. "Kamu bahagia sayang?" tanya Bintang seraya memeluk Luna dari belakang. "Tentu saja, aku begitu bahagia. Hhh... setelah sekian lama akhirnya hubungan kita naik satu tingkat" ucap Luna, ia memutar tubuhnya menghadap Bintang dan mengalungkan kedua tangannya di leher tunangannya tersebut. "Akhirnya ya" Bintang tersenyum dan mengecup kening Luna. Luna mendongak menatap Bintang. "Terima kasih ya, karena selama ini kamu sudah setia sama aku, terima kasih karena kamu menunjukkan keseriusanmu padaku" ucap Luna. "Aku gak pernah bermain-main dalam suatu hubungan sayang, dulu saat mendekatimu aku sudah meyakinkan diri untuk serius" ucap Bintang. "Artinya dengan pacar-pacarmu yang terdahulu kamu juga serius?" tanya Luna. "Tentu saja, tapi banyak ketidakcocokan yang membuatku menyudahi hubungan dengan mereka. Namun bersamamu aku bukan hanya menemukan kecocokan tapi banyak kenyamanan juga" ucap Bintang. Luna tersenyum manis mendengar ucapan sang tunangan. "Kalau kita menikah nanti kamu mau punya anak berapa?" tanya Luna. "Masih lama sayang ngapain sih kamu membahas itu" ucap Bintang. "Gapapalah kita merencanakannya dari sekarang" ucap Luna. "Atau kamu mau membuatnya sekarang bersamaku?" goda Bintang. "Dasar m***m" omel Luna seraya memukul pelan d**a Bintang. "Bercanda sayang" Bintang tertawa lalu menarik Luna kepelukannya. --- Tari gadis dua puluh satu tahun itu turun dari kamarnya ia bersiap ke kampus. "Ke mana Tar? pagi banget sudah siap?" tanya sang mama. "Ke kampus mah ketemu dosen pembimbing sekalian ketemu teman-teman" sahut Tari. "Sarapan dulu" ucap Rani mamanya Tari. "Iya mah" angguk Tari seraya menuju ruang makan. Tari sarapan bersama kedua orang tuanya. "Kapan skripsimu selesai?" tanya Kenant papanya Tari. "Ini mau ketemu dosen pembimbing Tari pah, doakan ya pah semoga kali ini semuanya beres biar Tari cepet sidang" ucap Tari. "Papa selalu mendoakanmu nak" ucap papanya Tari. "Nanti pulang dari kampus mampirlah ke rumah Kania, itu putrinya si Gabby selalu menanyakanmu" ucap mamanya Tari. "Iya mah kalau sempat" sahut Tari. Tari turun dari mobil setelah memarkirkan mobilnya dengan rapi, ia segera menuju ruangan dosen pembimbingnya dengan sebuah proposal yang cukup tebal di tangannya. Cukup lama Tari berbincang dengan dosennya membahas beberapa hal.mengoreksi proposal skripsi miliknya. Tari keluar dengan senyum menyembang di bibirnya, ia kemudian menyambangi beberapa teman-temannya yang kini berada di taman kampus tempat biasa mereka berkumpul. "Hai..." sapa Tari seraya mendaratkan pantatnya di kursi yang terbuat dari batu. "Habis ketemu pak Husein?" tanya Aris salah satu teman sekelasnya. "Ya" angguk Tari dengan senyumannya. "Bagaimana hasilnya? ditolak lagi pasti" tebak Caca. "Enggak dong" Tari tersenyum lebar, ia menceritakan skripsinya yang telah mendapat persetujuan dari dosen pembimbingnya. "Yang bener Tar?" tanya Anita. "Iya dong" angguk Tari. "Wah selamat ya, makan-makan di mana nih kita?" canda Ario. "Boleh, maunya makan dimana?" tanya Tari. "Serius Tar?" tanya Ario lagi. "Iyalah, nanti siang ya gue tunggu di resto depan kampus" ucap Tari. "Oke Tar" angguk semua temannya. "Ya sudah gue cabut dulu, mau ke rumah kakak gue" ucap Tari. Tari menuju mobilnya dan saat tiba di parkiran ia berpapasan dengan teman semasa SMU-nya. "Hai Tar" sapa Luna. "Hei Lun" sahut Tari. "Mau ke mana?" tanya Luna. "Pulang, eh sorry ya kemaren gue gak datang ke acara pertunangan lo" ucap Tari tak enak hati. "Iya nih, jahat banget sih lo, temen apa bukan sih" canda Luna. "Maaf banget kemaren malam ada acara keluarga gue, kumpul sama keluarga besar. Nanti pernikahan lo pasti gue datang" ucap Tari. "Janji loh ya" ucap Luna. "iya" angguk Tari. "Ya sudah gue mau ketemu pak Surya dulu" ucap Luna. "Ya gue juga mau pulang, eh nanti siang ikut yuk Lun makan-makan sama anak-anak di kelas gue di resto depan" ucap Tari. "Dalam rangka?" tanya Luna. "Skripsi gue sudah di approve" ucap Tari tersenyum senang. "Wahh selamat ya Tar, semoga punya gue juga bisa cepat nih. Iya gue ikut deh" angguk Luna. "Kalau begitu sampai ketemu nanti siang" ucap Tari. Keduanya kemudian berpisah, Tari masuk kembali ke mobilnya sementara Luna menuju ruangan dosen pembimbingnya. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD