Bab 4

821 Words
Tari membuka matanya dan menggeliat pelan, ia kemudian merasa asing dengan tempatnya berada sekarang. Tenggorokannya tercekat saat mendapati dirinya dengan kondisi full naked dan berada di satu selimut yang sama dengan seorang pria yang tak lain adalah Bintang tunangan sahabatnya sendiri. Bayangan malam itu pun menggenang di pelupuk matanya. "Ya Tuhan... Bintang, Bin bangun... Tari membangunkan Bintang dengan paksa. Bintang membuka matanya, ia masih belum sepenuhnya sadar. Namun sedetik kemudian segera bangun saat menyadari apa yang sudah terjadi di antara mereka. "Apa yang kita lakukan?" ucap Bintang. "Harusnya gue yang tanya lo, apa yang lo lakukan pada gue? tega lo sama gue Bin?" teriak Tari seraya menatap tajam Bintang. "Gue gak tau Tar" ucap Bintang. "Gak tau? lalu siapa yang membawa gue kemari kalau bukan lo?" teriak Tari. "Gue benar-benar gak tau" teriak Bintang . Tari memunguti pakaiannya, kemudian dengan selimut ia berlari ke kamar mandi. Ia menatap pantulan tubuhnya dari cermin washtafel, banyak tanda merah di sana hasil perbuatan Bintang. Air mata Tari jatuh dengan sendirinya ketika mengingat apa yang sudah terjadi antara dirinya dan Bintang, ia menyesali apa yang sudah terjadi, kehilangan keperawanan di tangan seorang pria yang bukan suaminya, terlebih pria itu adalah calon suami sahabatnya sendiri. Tari kemudian mengenakan pakaiannya di sana dan keluar dari kamar mandi. "Lo jahat Bin, gue gak menyangka lo akan berbuat seperti ini sama gue. Gue kira lo pria baik-baik tapi ternyata? lo bahkan lebih menjijikkan dari seorang b******n" tuding Tari. "Gue gak tau apa-apa Tari, bukan gue yang membawa lo kemari. Gue pun bingung kenapa bisa berada di sini" ucap Bintang marah. "Gak usah pura-pura merasa gak bersalah deh Bin. Harusnya sebelum berbuat lo ingat-ingat Luna, bagaimana perasaan dia saat dia tau lo meniduri gue" teriak Tari. "Jangan katakan apa pun padanya, gue gak mau dia tau, gue mohon Tar? anggap gak pernah terjadi apa pun" pinta Bintang. "Gampang banget lo bicara, lo pikir semua bisa kembali seperti semula?" geram Tari. "Kamu pasti masih ingat, kita melakukannya suka sama suka, anggap saja kita sama-sama saling melampiaskan. Jadi mari sama-sama lupakan dan anggap gak pernah terjadi apa pun" ucap Bintang. "b******k lo" geram Tari yang kemudian berlalu dari kamar itu. Bintang menundukkan wajahnya menyesali apa yang sudah terjadi antara ia dan Tari. Ia merasa menjadi seorang peselingkuh sekarang. --- Tari tiba di kediamannya dengan menaiki taksi, ia dihadang sang papa tepat di depan pintu. "Dari mana dan menginap dimana kamu Tari?" Kenant menatap tajam putrinya. "Maaf pah" Tari tertunduk. "Papa menunggu jawabanmu Tari, dari mana?" tanya Kenant sekali lagi. "Tari... Tari menginap di rumah teman" bohong Tari. "Kenapa tidak memberi kabar? kamu tau gak sih kami mengkhawatirkanmu. Dan kenapa handphonemu tidak bisa dihubungi?" ucap Kenant kesal pada putrinya. "Maaf pah, Tari baru ngecek baterainya mati" lagi-lagi Tari berbohong. "Ya sudah sana" omel Kenant. Tari masuk kamarnya dan langsung menuju kamar mandi, ia mengguyur tubuhnya di bawah shower dan menumpahkan tangisnya sekarang. Tari terisak-isak menyesali apa yang sudah terjadi. "Tar..." Rani memasuki kamar putrinya. "Eh mama, ada apa?" tanya Tari seraya menyisir rambutnya. "Mama tau kamu bohong sama papa, kemana kamu semalam? pak Ruslan bilang kamu bersama Bintang kemana kalian?" tanya Rani. "Oh iya mah memang sama Bintang kok nemenin dia ke ulang tahun temannya, tapi kemudian Tari minta antar ke rumah Caca" bohong Tari lagi. "Kamu gak lagi bohongkan sayang?" entah mengapa Rani merasa ada telah terjadi sesuatu pada putri sulungnya tersebut. "Ngapain sih Tari bohong mah, gak ada untungnya" ucap Tari. "Baiklah mama percaya, ya sudah kamu sarapan dulu sana" ucap Rani seraya mengusap puncak kepala putrinya. Tari menarik nafas lega setelah sang mama keluar dari kamarnya. "Sudah berapa kebohongan hari ini Tar?" ucap batinnya. --- Tari di paksa menemani sang mama ke arisan yang kini berada di rumah orang tua Bintang. Ia sebenarnya begitu malas untuk ikut khawatir akan bertemu Bintang, namun mamanya memaksa dan alhasil ia sekarang berada di rumah itu. Ibu-ibu itu kini berada di taman samping sementara Tari lebih memilih berada di dapur membantu Kania dan menemani Gabby yang tengah berada di sana. Dan benar saja sekarang pria tampan itu tengah berjalan ke arahnya. "Hai Tar apa kabar?" tanya Bintang canggung. "Baik" sahut Tari tak kalah canggungnya. "Kalian ini kenapa sih? kaku gitu ngobrolnya" ucap Kania kakaknya Bintang. "Ah enggak, biasa aja" sahut Tari. Terdengar suara seorang perempuan masuk dia Luna tunangan Bintang yang juga sahabat Tari. "Hai semua... hai sayang, kak Kania, hei Tar lo disini juga?" sapa Luna. "Eh iya nganter nyokap tuh lagi ngumpul arisan" tunjuk Tari pada ibu-ibu yang tengah berkumpul di taman. "Oh... gue kira lo mau gebet Bintang dari gue" canda Luna. "Sembarangan, ya enggaklah" ucap Tari seraya melirik ke arah Bintang. "Ya gak mungkinlah sayang, aku itu bukan tipenya Tari. Iyakan Tar" ucap Bintang canggung. "Tapi Tari tipenya lo kan Bin?" celetuk Kania kakaknya Bintang. "Enggaklah, tipenya gue ya ini kak si cantik ini" tanpa canggung Bintang memeluk Luna dari belakang dihadapan Tari dan sang kakak. Tari menundukkan wajahnya entah mengapa sekarang ia merasa tak nyaman melihat Bintang memeluk Luna. Setelah malam itu Bintang menidurinya sekarang bisa-bisanya pria itu menunjukkan kemesraannya bersama Luna. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD