Tanpa sadar merasa cemburu

1523 Words
Setelah masuk. Arkana dan Rico pun memulai rapat dan memperkenalkan dirinya sebagai pimpinan baru di perusahaan itu dan Revan hanya duduk dengan santai bahkan tidak mendengarkan apapun yang sedang dikatakan, karena dia sibuk dengan pikirannya sendiri. "Huuumm! Kenapa aku baru sadar kalau kamu ternyata sangat cantik Alena. Mata kamu yang indah, hidung kamu dan senyuman kamu yang sangat manis, juga ... Aroma tubuh kamu yang sulit sekali dilupakan. Membuat aku merasa sangat menyesal karena sempat mengabaikan kehadiran kamu," gumam Revan sambil tersenyum sendiri dan dia menatap tangannya sendiri dan senyumannya semakin lebar. "Genggaman tangan kamu masih sangat terasa dan aku tidak akan pernah melupakan ini semua, apalagi ... Saat memeluk tubuh kamu. Aku ... Ahhh! Aku merasa ingin lagi memeluk kamu, hehehehehe ...." Seringai Revan yang terus sibuk dengan pikirannya sendiri dengan terus terbayang-bayang wajah Alena yang tersenyum dan semua kejadian sebelumnya, membuat Revan semakin yakin jika hatinya yang sebelumnya terasa kacau, mulai tenang dan dia mulai yakin, jika dia menyukai Alena dan bisa dikatakan jika dia jatuh cinta pada pandangan pertama padanya. Sehingga, semakin Revan membayangkan, semakin hatinya terasa senang seolah ada sinar matahari yang hangat yang sedang menyinari hatinya yang selama dingin itu. "Alena! Aku tidak keberatan sama sekali jika kita terus menjadi kekasih pura-pura bahkan bila perlu ... Kalau itu menjadi kenyataan, aku pun tidak keberatan sama sekali!" Gumam Revan yang terus tersenyum sendiri dan tanpa sadar, jika dari jauh ada seseorang yang memerhatikan gerak geriknya dengan tatapan kesal di dalam hatinya. "Sial! Apakah dia sedang tersenyum membayangkannya?" Gumam Arkana sambil mengepalkan tangannya di bawah meja tempat dia duduk saat itu. Sedangkan Rico. Dia yang baru saja selesai bicara. Melihat ekspresi wajah bos nya yang terlihat sangat kesal dengan tatapan ke arah Revan, lalu Rico pun mengerti dan segera berbisik ke dekat telinga Arkana. "Bos! Sepertinya dia tidak sedang tidak fokus dan seperti nya dia sedang membayangkan nyonya muda," bisik Rico. Yang membuat hati Arkana semakin kesal dan dia memutar kepalanya menatap Rico dengan tatapan mematikan. "Biarkan saja dia! Terserah dia mau membayangkan siapa pun orangnya! Itu bukan urusan saya! Juga ... Cepat kumpulkan semua karyawan di lantai bawah. Saya ingin melihat mereka semua!" Perintah Arkana, yang sengaja mengalihkan pembicaraan nya dengan Rico, agar dia tidak banyak bicara lagi. Rico menganggukkan kepalanya. "Baik bos! Kalau begitu ... Saya akan menyiapkan semuanya. Anda silahkan berbincang dengan yang lainnya dulu. Juga ... Orang itu ... Apakah anda mau bicara juga dengannya?" Tanya Rico dengan tatapan kesal ke arah Revan. Arkana melambaikan tangannya. "Lihat saja nanti! Kamu cepatlah pergi! Jangan banyak bicara lagi!" Perintah Arkana. Rico menganggukkan kepalanya dan setelah itu, dia pergi meninggalkan ruangan rapat untuk menanyakan tentang perintah dia sebelumnya, untuk mengumpulkan semua karyawan yang bekerja di perusahaan itu di lantai satu gedung perusahaan itu. Sedangkan Arkana, dia yang melanjutkan rapat itu dan meminta semua laporan dari semua divisi bagian serta menanyakan posisi Revan di dalam perusahaan itu untuk meyakinkan dirinya, jika Revan adalah satu-satunya pemegang saham di perusahaan itu setelah dirinya dan Revan masih bertahan dengan posisi sebelumnya. Sebagai wakil presiden direktur dan posisinya tidak berubah sama sekali. Sehingga, dia masih terlihat santai dan hanya memberikan berkas laporan kerjanya kepada Arkana tanpa mencurigai apapun dan tak memiliki pikiran lain seperti saat menatap Rico, yang dia pikir jika Rico lah yang memiliki hubungan dengan Alena. Sehingga, ruang rapat itu berjalan dengan sangat lancar walaupun hati Arkana terasa tidak nyaman dan tanpa sadar, dia sedang merasa cemburu terhadap Revan, mengingat cerita dari Rico semakin membuat dia kesal terhadapnya. *** Sementara itu. Di tempat lain. Alena akhirnya menemukan Asep yang baru saja selesai makan siang tapi dia memakan bekal yang dia bawa di tempat biasa dia makan bersama Alena. Melihat itu, Alena tersenyum cerah dan langsung menghampirinya. "Asep! Ternyata benar! Kamu memang ada di sini!" Ucap Alena yang segera datang menghampiri Asep. Asep pun menoleh dan dia tersenyum melihat kehadiran Alena di depannya. "Lena! Kamu ... Kamu datang juga? Bukankah kamu sedang cuti? Lalu bagaimana dengan Lisa? Apakah dia marah karena kamu tidak jadi mengajaknya jalan-jalan?" Tanya Asep. Alena pun duduk di dekat Asep, lalu menjawabnya. "Tidak! Dia anak yang sangat pintar! Dia mengerti jika ibunya harus bekerja dan situasi saat ini juga cukup mengkhawatirkan. Jadi setelah aku menjelaskan padanya, dia langsung mengerti dan tidak marah padaku," jawab Alena. Asep mengelus dadanya dan dia merasa sangat lega. "Syukurlah! Dia memang anak yang sangat baik, pintar dan pemikirannya juga sangat dewasa. Beruntung sekali kamu memiliki putri sepertinya dan ... Ayahnya jika dia tahu, putri yang sudah dia sia-siakan. Pasti dia sangat menyesal, apalagi putrinya yang bukan hanya cantik, tapi juga dia sangat pintar. Pasti dia semakin sangat menyesal," ucap Asep yang langsung kesal jika sudah membahas ayah kandung Alisa. Karena Asep satu-satunya sahabat Alena yang tahu masa lalu Alena dan juga kebohongan yang Alena buat, itu juga atas ide Asep, agar putrinya tidak terus menanyakan keberadaan ayahnya itu. Sedangkan Alena. Dia menghela napas panjang dan hatinya kembali terasa sesak, ketika dia mengingat kembali pertemuannya dengan Arkana. "Hah! Akan jauh lebih baik jika aku tidak perlu bertemu dia lagi untuk selamanya agar Lisa bisa yakin jika dia benar-benar sudah mati. Tapi ... Sepertinya Tuhan ingin mempermainkan hidupku, sep!" Ucap Alena yang terus menghela napas panjang. Membuat Asep terkejut dan segera menatap Alena dengan serius. "Apa maksud kamu? Apakah kamu ... Bertemu lagi dengan dia? Bukankah kalian sudah berpisah selama enam tahun dan selama ini, kamu juga tidak pernah bertemu dengan dia sama sekali? Mengapa itu bisa? Dan kapan kamu bertemu dengan dia?" Tanya Asep. Alena pun menatap Asep dan dia kembali menghela napas panjang. "Huft! Aku pun sama herannya dengan kamu sep! Aku sungguh kesal pada Tuhan, mengapa aku harus bertemu lagi dengan dia di saat hidupku sudah tenang dan bahagia seperti ini? Tapi semoga saja, aku tidak akan bertemu dengan dia lagi dan aku semoga saja dia ... Tidak mau lagi bertemu denganku! Seperti dulu dia yang sangat jijik padaku," ucap Alena yang kemudian tersenyum berusaha menyemangati dirinya sendiri. "Sudahlah! Tidak perlu membahas pria itu lagi! Kamu sudah selesai makan kan? Kalau begitu, ayo kita pergi dan aku tadi mendengar dari pak Ridwan kalau kita harus berkumpul di lantai satu, untuk melihat atasan baru kita," ucap Alena sambil berdiri dan dia jauh lebih tenang setelah bercerita kepada Asep. Asep pun mengangguk dan ikut bersama Alena. "Ayo! Aku juga penasaran dengan pimpinan baru kita ini! Semoga saja dia jauh lebih baik dari atasan kita sebelumnya dan semoga saja banyak kebijakan yang bagus untuk kita yang hanya pekerja kasar di perusahaan ini," ucap Asep. "Benar! Semoga saja dia jauh lebih baik, agar kita bisa bekerja dengan nyaman dan bisa jauh lebih semangat dari sebelumnya. Baiklah! Kamu sudah siap kan? Ayo kita pergi sekarang juga!" Ajak Alena. "Ayo pergi!" Jawab Asep yang kemudian keduanya berjalan pergi meninggalkan tempat itu menuju lantai satu yang dituju. Lalu, setelah sampai. Alena langsung terkejut ketika melihat ratusan karyawan susah berkumpul di tempat itu dari berbagai bagian sampai bagian keamanan pun ikut berkumpul di tempat itu. Alena dan Asep pun berjalan diantara kerumunan mencari rekan mereka yang ternyata letaknya di bagian ujung dan semua memakai seragam yang sama dengannya. Saat Asep dan Alena sampai, dia melihat Santi melambaikan tangan dan keduanya sedang datang menghampirinya. "Asep, Lena!" Santi pun tersenyum cerah melihat kedua sahabatnya sudah dia temukan. "San, apakah acaranya sudah di mulai?" Tanya Alena. Santi menggelengkan kepalanya. "Belum! Sebentar lagi! Menunggu rapat para petinggi selesai, baru katanya beliau akan muncul di sini menyapa kita semua," jawab Santi yang terlihat sangat penasaran. Alena hanya tersenyum dan berharap jika pimpinan baru mereka sesuai yang dia harapkan bersama Asep. "Syukurlah kalau belum, aku ingin tahu pimpinan baru kita yang aku dengar berhasil membeli semua saham di perusahaan ini dan menjadi satu-satunya pemilik saham tertinggi dan menjadi satu-satunya posisi yang tidak bisa diganggu ya!" Ucap Alena. Asep menganggukkan kepalanya. "Ya! Gosip yang aku dengar sih seperti itu! Dia hanya menyisakan satu pemegang saham di perusahaan ini dan orang ini pasti sangatlah kaya, kalau tidak kaya mana mungkin bisa membeli semuanya dengan mudah. Ya kan?" Ucap Asep. "Iya! Sangat kaya! Begitulah orang kaya berbeda dengan kita yang miskin ini," jawab Alena dan keduanya tertawa bersama menunggu acara itu dimulai. Sampai. Tidak lama kemudian. Suara pengeras suara terdengar bergema di dalam ruangan itu, memulai acara itu dengan suara MC yang memimpin acara itu. Lalu, Alena pun menatap ke depan mendengarkan apa yang di sampaikan dan dia cukup serius dalam hal itu. Sampai. Saat Alena yang serius pun langsung terkejut, ketika dia melihat sosok Rico yang dipanggil untuk memberikan sambutan kepada semua karyawan dan itu membuat mata Alena melotot hampir jatuh dari tempatnya, karena terlalu terkejut dengan apa yang dia lihat saat ini. "Tidak mungkin! Tidak mungkin! Kenapa bisa Rico ada di sini? Jika dia ada di sini memberi sambutan sebagai perwakilan atasannya maka ... Apakah mungkin dia juga ada di sini?" Ucap Alena sambil meremas kasar bajunya. "Tidak mungkin! Itu tidak mungkin! Dia ...." Belum Alena selesai bicara. Dari arah belakang tempat Rico bicara, terlihat sosok pria yang sangat familiar dan sosok itu adalah orang yang tidak mau dia temui sama sekali. Membuat detak jantung Alena langsung berdetak sangat cepat seolah waktu berhenti beberapa detik saat itu juga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD