Setelah sampai di rumah.
Alena pun membantu putrinya mengganti pakaian serta menyiapkan makan siang untuknya.
Karena hari ini, Alena sedang mengambil cuti dari pekerjaannya sebagai karyawati di PT Angkasa jaya sebagai petugas kebersihan dan sudah lima tahun dia bekerja di perusahaan ini, walaupun dengan gajinya yang tidak terlalu besar, tapi uang hasil kerjanya cukup untuk membiayai kehidupan dirinya bersama putrinya serta ibunya yang kini, hidup bersamanya menjaga putrinya selama Alena pergi bekerja.
Sehingga, Alena merasa hidupnya sangat bahagia karena kehadiran putrinya dan juga ibu yang kini bisa bersamanya. Itu sudah sangat cukup baginya dan Alena sudah sangat bersyukur dengan semua yang dia dapatkan saat ini, berbeda dengan kehidupan dia enam tahun yang lalu, di mana hanya ada penderitaan serta perasaan sesak yang setiap hari hanya ada air mata mengiringi perjalanan hidupnya di masa lalu dan Alena tak mau mengingat semua rasa sakit itu, karena semua itu hanyalah masa lalu yang harus dia lupakan.
Kini, Alena hanya ingin hidup damai, bahagia menikmati semua proses sebagai seorang ibu sekaligus sebagai putri yang ingin berbakti kepada ibunya yang sudah tidak muda lagi.
"Terima kasih Tuhan, karena sudah memberikan aku kehidupan yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Walaupun aku ...." Alena menatap wajah putrinya yang saat ini sedang mengunyah makanan dan hatinya terasa sedih, ketika mengingat ucapan putrinya saat pulang sekolah yang terus mengatakan tentang semua temannya yang memiliki ayah.
Seketika, air matanya langsung jatuh dan Alena langsung mengusapnya. Karena dia takut, jika Alyssa melihatnya.
Lalu, Alena pun segera menundukkan kepalanya dan hanya bisa bergumam di dalam hatinya.
"Aku tidak boleh menangis! Aku harus kuat! Alisa pasti mengerti dengan keadaan aku ini dan juga ... Yang dia tahu saat ini, jika ayahnya sudah meninggal! Jadi untuk apa aku memikirkannya lagi!" Gumam Alena yang kemudian kembali tersenyum, lalu melanjutkan menyuapi putrinya sampai selesai.
Hingga.
Saat Alena sudah selesai dan hendak mencuci tangan.
Tiba-tiba saja.
Drrrrtttt ....
Ponsel Alena pun berbunyi dan secepatnya Alena pun menyelesaikan semuanya.
"Siapa yang menelepon? Bukankah aku sedang cuti, kalau itu dari kantor, kalian sungguh menyebalkan sekali!" Gerutu Alena sambil mengambil ponselnya, lalu melihat layar ponselnya yang ternyata yang melakukan panggilan telepon itu adalah dari rekan kerjanya.
Alena pun mengerenyitkan dahinya saat melihat itu semua.
"Santi? Kenapa dia menelepon aku? Apakah ada sesuatu yang terjadi?" Ucap Alena dengan tatapan bingung.
Lalu, dia segera menekan tombol 'ok' dan segera menjawabnya.
"Halo, San! Ada apa?" Jawab Alena.
Santi yang sedang bersembunyi di dalam toilet pun segera menjawabnya.
"Halo! Lena! Kamu sedang apa? Maaf kalau aku sudah menganggu liburan kamu. Tapi ... ada kabar buruk yang harus kamu ketahui dan sepertinya kamu dan kita semua harus bersiap dengan apa yang akan terjadi dengan perusahaan kita yang sudah tidak seperti dulu lagi," ucap Santi dengan suara berbisik.
Karena dia takut ada orang lain yang mendengarkan dirinya yang sedang melakukan panggilan telepon kepada Alena, di jam kerja itu.
Alena pun mengerenyitkan dahinya saat mendengar ucapan temannya itu.
"Maksud kamu apa San? Aku sungguh tidak mengerti dan ... Bagaimana bisa perusahaan kita tida baik-baik saja? Bukankah kemarin aku mendengar dari salah satu atasan saat aku sedang membersihkan ruangannya, dia mengatakan jika perusahaan baik-baik saja, tapi ada orang yang sangat kaya ingin menguasai perusahaan kita dan ...." Alena langsung melotot tajam ketika akhirnya dia menyadarinya.
"Tunggu sebentar! Jangan katakan perusahaan kita diakusisi oleh orang itu dan pimpinan lama kita ... Dia ... Apakah dia menjual semuanya pada orang itu?" Ucap Alena dengan paniknya.
Santi pun mengiyakan ucapan Alena.
"Benar! Itulah yang terjadi hari ini! Perusahaan kita sudah dibeli oleh perusahaan lain dan kini, perusahaan kita sudah jadi milik orang lain. Pimpinan lama kita sudah menjualnya dan aku dengar jika beliau hari ini juga akan mengangkat kaki dari perusahaan kita. Lalu, hari ini juga. Akan ada pengumuman tentang serah terima dan sepertinya semua karyawan hari ini harus hadir. Jadi ... Lena, bisakah kamu datang sekarang juga? Karena ... Aku takut kalau kamu tidak hadir, kamu akan dipecat dan ... Ahhh! Kamu tahu kan cari kerja sekarang susah sekali! Aku tidak mau harus kehilangan salah satu teman terbaik aku yang membuat aku betah kerja di sini," ucap Santi yang langsung ketakutan, karena dia sangat menyayangi Alena dan Alena adalah satu-satunya teman terdekat yang sudah seperti saudara baginya.
Mendengar itu, Alena pun langsung ketakutan dan tentunya dia tidak mau kehilangan pekerjaan yang sangat berarti baginya serta sumber penghasilan terbesar untuk keluarganya saat ini.
Sehingga, tanpa berpikir panjang lagi, Alena pun langsung menyetujuinya
"Baiklah! Aku akan pergi ke kantor sekarang juga! Aku ... Aku akan pergi sekarang juga dan katakan pada pak Ridwan kalau aku akan datang," jawab Alena yang kemudian segera masuk ke dalam kamarnya.
Bersiap untuk pergi ke tempat kerjanya agar tidak dipecat dan bisa mepertahankan pekerjaannya itu.
"Baiklah! Kalau begitu Lena, sudah dulu ya! Aku akan menemui pak Ridwan untuk memberitahu ini padanya! Terima kasih Lena karena mau mendengar saran dariku. Aku sungguh sangat menyayangi kamu Lena," ucap Santi sambil tersenyum penuh semangat, lalu mengakhiri panggilan telepon itu.
Tut' Tut' tut'
Panggilan pun berakhir dan Alena pun segera mengganti pakaiannya dengan seragam kerjanya.
Lalu, setelah selesai, Alena pun pamit kepada ibunya dan juga putrinya.
"Ma! Aku pergi ke kantor dulu ya! Ada sesuatu di sana yang mengharuskan aku datang sekarang juga," pamit Alena.
Ibunya pun mengangguk.
"Hati-hati ya nak! Jaga diri kamu dan jika sudah selesai cepatlah pulang," jawabnya.
Alena menganggukkan kepalanya, lalu melihat ke arah putrinya yang terlihat sedih.
"Lisa! Maafkan mama yang tidak jadi mengajak kamu jalan-jalan hari ini! Tapi mama janji, nanti hari Minggu setelah mama gajian, kita pasti jalan-jalan ke tempat yang Lisa suka! Jadi ... Lisa jangan sedih ya!" Ucap Alena yang membujuk putrinya.
Alisa menganggukkan kepalanya.
"Iya ma! Lisa mengerti! Mama hati-hati di jalan, Lisa sayang mama," ucapnya sambil memeluk erat ibunya.
Lalu setelah itu, keduanya pun melepaskan satu sama lainnya.
"Terima kasih atas pengertiannya ya sayang! Kamu memang anak yang pintar dan sangat hebat! Mama juga sayang Lisa," jawab Alena sambil mengecup dahi Alisa.
"Mama pergi dulu! Jadi anak yang baik dan jangan merepotkan nenek, ya!" Pesan Alena yang kemudian berjalan pergi meninggalkan rumahnya dengan perasaan sedih menatap wajah putrinya yang terlihat kecewa kepada nya.
Namun, karena kebutuhan serta tuntutan tekanan hidupnya. Alena harus menguatkan hatinya dan dia melakukan itu semua juga demi putrinya.
Sehingga, dengan langkah berat, Alena pun bergegas pergi meninggalkan rumahnya menuju perusahaan tempatnya bekerja yang letaknya cukup jauh dan menghabiskan waktu sekitar tiga puluh menit untuk sampai ke tempatnya dengan sepeda motor yang biasa dia gunakan.
Sampai.
Saat Alena sudah sampai di depan gedung perusahaan tempat kerjanya dan hampir sampai di depan pintu masuk gedung.
Tiba-tiba saja.
Dia tidak sengaja hampir menabrak sebuah mobil hitam yang tiba-tiba muncul di depannya.