1. Prolog
Luisa adalah seorang istri cantik dari pria kaya bernama Edmun. Apapun yang ia minta, selalu dituruti oleh suami tercinta. Hidupnya bergelimang harta sejak ia masih kecil, hingga ia menjadi istri Edmun. Namun, suatu hari, semua berubah.
"Sayang, ada apa ini? Kenapa tiga mobilku tidak ada di garasi? Lalu, brangkas perhiasan dan uang di kamar ini ada di mana?" Luisa begitu terkejut saat ia pulang dari jalan-jalan ke Singapore dan melihat rumah mewahnya dalam keadaan kosong. Mobil dan brangkas tidak ada di tempatnya. Begitu juga beberapa perabotan mahal lainnya.
"Sayang, ada apa?" Luisa bertanya lagi dengan lembut sambil menghampiri suaminya. Menyentuh pundak pria tampan itu dengan hati-hati.
"Luisa, bukan hanya mobil dan brangkas. Kita bisa kehilangan rumah ini juga kalau kamu tidak segera menolongku." Edmun meraih tangan Luisa, menggenggamnya dengan erat. Matanya begitu merah dan tubuhnya sangat bau. Luisa menahan mual setengah mati karena aroma menjijikkan dari suaminya yang tengah mabuk berat.
"Aku, memangnya aku bisa apa, Sayang? Katakan, aku akan menelepon papa untuk membantu kamu mengurus.... " Edmud menutup bibir Luisa dengan telunjuknya. Lalu mengganti jari telunjuk itu dengan bibirnya.
Siang hari, suami istri itu bergelut penuh cinta diantara bau alkhol dan keadaan kamar yang amat berantakan.
"Sayang, kenapa selimutnya dilempar? Ya ampun, lebih baik kamu mandi agar mabuk kamu hilang." Luisa merona, mencoba meraih bajunya yang ada di lantai untuk menutupi tubuhnya yang polos, tetapi gerakan Edmun lebih cepat, pria itu kembali melempar jauh setiap helai pakaian istrinya. Membiarkan wanita itu berpenampilan polos di atas ranjang.
"Sayang, aku butuh foto kamu. Tolong pose yang menantang ya." Edmun mengambil ponsel pintarnya dan sudah mengarahkan kamera ponsel itu pada Luisa.
"Edmun, kamu gil4! Aku gak mau!" Luisa mencoba turun dari ranjang, tetapi ditahan oleh suaminya.
"Luisa, dengar! Hanya dengan foto kamu polos seperti ini, maka harta kita bisa selamat, Sayang. Tolong aku ya. Kamu sayang sama aku kan? Lelaki itu gak minta banyak. Dua pose cukup katanya."
Bersambung