Hari ini giliran Romi masuk siang. Sebenarnya, Romi sudah gak berminat berangkat ke salon lagi. Semangat kerjanya sudah hilang. Siapa sih yang betah jika suasana kerja tak mengenakan? Hampir setiap hari Romi harus mendengar ucapan yang tak enak didengar. Bahkan ucapan-ucapan itu semakin hari semakin terasa menyakitkan.
Jam sudah menunjuk pukul 12.35 WIB. Namun Romi masih saja terlihat santai berdiri di depan jendela lantai tiga. Romi tak henti-hentinya memandang suasana Yogya dari lantai tiga tempat kerjanya. Padahal batas kerja masuk siang pukul 13.00 WIB. Sementara Romi masih harus mandi lagi serta siap-siap. Perasaan hati yang sedang tak baik membuat semangat kerjanya melemah bahkan seperti tak ada semangat lagi.
Norma sedari tadi sudah menghubunginya. Namun Romi hanya membiarkan saja ponselnya berdering hingga mati sendiri. Romi seperti sudah tak peduli lagi dengan kerjanya di Yogya. Yang ada di pikiran Romi saat ini hanya satu, ingin pergi jauh-jauh dari tempat ini.
Norma kembali menghubungi Romi untuk ke sekian kalinya.
“Rom, akhirnya kau angkat juga. Kamu di mana, dari tadi aku hubungi HP tak kau angkat juga? Aku harap kau tidak mengingkari ucapanmu tadi pagi ya! Tamu kau udah nunggu ini, dari tadi ke sini! Cepatlah kau turun!” Norma meminta Romi turun ke lantai bawah tempat salon berada.
“Iya Teh tadi lagi mandi. Sebentar Teh aku mau siap-siap dulu! Iya udah ya Teh!” Romi mengakhiri panggilan Norma.
Tepat jam 13.00 WIB, Romi tiba di bawah. Sementara tiga orang tamu berjejer di kursi tunggu ruang tamu.
“Akhirnya kau datang juga. Itu tengok tamu kau sudah bolak-bali ke sini cari kau! Dari tadi aku hubungi, tak kau angkat juga! Iya udah sana siap-siap! Biar tamu kau, dicuci rambutnya dulu!” Ucap Norma pada Romi.
Norma meminta Siti untuk mencuci rambut. Sementara Romi bersiap-siap dengan peralatannya. Romi berusaha jalan lurus tanpa memperhatikan sekelilingnya. Romi tak ingin memandang Shandy. Bukannya apa-apa, Romi hanya ingin menghindari emosinya. Romi takut saat dirinya memandang Shandy, emosinya akan kembali naik. Hingga kejadian memalukan terjadi kembali.
Hari ini salon jauh berbeda dari hari kemarin. Hanya satu dua orang tamu yang berkunjung. Romi merasa beruntung, karena hari ini Romi memang tak bersemangat untuk kerja.
“Teh, Romi ke luar sebentar ya cari angin segar sumpek di sini!” Ucap Romi pada Norma.
Karena salon sedang sepi, Romi memilih ke luar. Romi tak inginkalau dirinya di dalam justru tak bisa menahan emosinya. Atau mungkin kalau-kalau Shandy kembali berucap tidak mengenakan lagi. Dengan menjaga jarak itulah salah satu pilihan saat ini yang paling tepat.
“Iya Rom, jangan jauh-jauh ya! Nanti kalau ada temong ye susah nyarinya!” Norma berpesan pada Romi.
Norma memahami keinginan Romi. Karena tak biasa di jam kerja Romi izin ke luar salon, kecuali untuk mengisi perutnya yang lapar. Ini pasti ada hubungannya dengan perasaan Romi saat ini.
***
Suara telepon duduk salon berbunyi. Suara obrolan Norma terdengar sangat serius. Bahkan Norma mengangkat tangan kirinya pada teman-teman salon agar tidak bersuara. Obrolan Norma di telepon juga cukup lama. Bahkan sesaat menerima telepon, wajah Norma terlihat muram.
“Eh Butet, kau kenapa pula muram begitu?” Tanya Shandy mengikuti gaya ucapan Norma.
“Mumpung sepi, kita kumpul sebentar ya? Tolong Siti, kau panggil Romi di luar!” Norma menunjuk Siti.
Tak lama Siti sudah kembali dengan Romi. Romi yang dari luar cukup kaget dan penuh tanya. Karena tak biasanya ada perkumpulan seperti ini.
“Duduk Romi!” Ucap Norma sembari menunjuk kursi kosong di sebelahnya.
“Iya Teh.” Romi dengan sedikit gugup.
“Selamat siang semuanya! Kalian tahu gak, kenapa aku minta kalian kumpul!” Tanya Norma pada teman-teman salon.
“Tidak!” Jawab teman-teman hampir berbarengan.
“Dan kalian tahu gak, barusan yang telepon siapa?” Norma kembali bertanya.
“Tidak!” Jawaban kembali terdengar berbarengan.
“Memangnya ada apa Mbak Nor?” Tanya Siti penasaran.
“Tadi orang pusat telepon. Kalian tahu gak, kejadian di salon kemarin beritanya sudah sampai pusat!” Norma menegaskan ucapannya.
“HAH... apa!” Teman-teman salon terlonjak.
“Bagaimana bisa?” Irsan bertanya sembari tangan kanan menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal.
“Bisa saja, ini kan salon besar. Dan gak semua orang menyukai kita! Makanya aku mohon sama kalian, kalau ada masalah di dalam tolong bicarakan baik-baik. Jangan seperti kejadian kemarin, apa lagi kejadiannya pas jam kerja serta banyak tamu. Kejadian kemarin buat pelajaran kita semua!” Norma menjelaskan.
“Tapi kira-kira mulut siapa ya yang sudah mengadu-adu ke pusat?” Tanya Irsan lagi.
“Pastinya orang itu merasa tidak nyaman dengan kejadian kemarin atau bisa saja orang itu tidak suka dengan kemajuan salon. Makanya kalian tetap waspada, jangan sembarang berucap ataupun melakukan tindakan yang merugikan diri kalian sendiri! Terutama kau Shandy sama Romi. Tolong kalau ada masalah pribadi diselesaikan baik-baik di atas atau ke mana yang penting jangan di salon!” Norma menasihati.
“Iya Teh, maafkan sikap Romi kemarin. Romi teh janji gak akan emosian lagi.” Romi merasa bersalah.
“Sekarang aku mohon Romi dan Shandy saling minta maaf! Orang pusat juga bilang kalau kalian masih seperti ini, orang pusat tidak segan-segan untuk memindahkan kalian di tempat yang sepi!” Norma ingin masalah ini selesai. Norma juga menyampaikan akibat jika Shandy dan Romi mengulangi perbuatan kemarin.
Romi mengulurkan tangan kanannya pada Shandy. Meski hatinya masih terasa sakit, Romi berusaha ikhlas memaafkan Shandy. Shandy pun menyambut uluran tangan Romi dengan senyuman. Meskipun senyuman itu sedikit terpaksa dia lakukan demi nasibnya agar bisa bertahan di Yogya.
“Jadi aku anggap masalah ini selesai ya? Jangan sampai ada masalah lagi yang bisa sampai ke pusat! Kalian harus bisa menjaga emosi dan ucapan kalian masing-masing. Karena di DN Salon banyak mata serta telinga di mana-mana. Meskipun kita sudah berusaha menutupi masalah yang terjadi di salon, pasti orang pusat akan tahu juga.” Norma berpesan pada teman-teman satu tim.
“Iya” Jawab sebagian teman-teman salon.
“Iya sudah sekarang kita bubar lanjut kerja lagi! Semoga DN Salon cabang Yogya semakin ramai dan maju. Anak-anaknya juga semakin solid dan sukses. Semangat!” Norma mengakhiri obrolannya.
Hingga sore hari salon juga masih tetap sepi. Entah ada apa dengan hari ini. Situasi salon sangat jauh berbeda dengan hari-hari sebelumnya yang begitu ramai. Hari ini jumlah tamu yang datang bisa dihitung dengan jari. Bahkan hingga salon tutup, jumlah tamu salon tidak mencapai sepuluh orang. Pikiran Norma sudah tak karuan. Karena tadi pagi saja, dia sudah ditegur orang pusat dan kini Norma harus mengalami kenyataan pendapatan salonnya merosot tajam.
***
Lagi-lagi Norma mendapat teguran dari pusat. Karena kemarin salon sepi, dengan pendapatan di bawah rata-rata bahkan sangat berbanding dengan hari-hari sebelumnya.
“Norma, kenapa pendapatan salon merosot begini? Apa saja yang kalian lakukan? Pokoknya saya tidak mau tahu, kalian harus bisa mengembalikan omzet seperti kemarin-kemarin! Kalau tidak, saya akan memutasi kalian ke cabang lain yang lebih sepi dari Yogya!” Ucap orang pusat tak peduli.
Begitulah orang pusat. Mereka tak peduli bagaimana susahnya mencari konsumen. Yang mereka tahu hanya omzet salon meningkat.
Pagi ini Norma pun meminta anak-anak DN Salon untuk kembali berkumpul sebentar sebelum salon mereka buka.
“Maaf teman-teman, saya kembali mengumpulkan kalian semua di sini. Terutama untuk kalian sif siang yang harusnya masih bisa melanjutkan tidurnya lagi dengan nyenyak. Tadi pagi saya mendapat teguran lagi dari pusat tentang pendapatan salon kemarin yang turun sangat drastis. Orang pusat meminta saya untuk bisa menaikkan kembali omzet salon seperti hari-hari sebelumnya. Orang pusat tak peduli bagaimanapun caranya, yang mereka tahu omzet mereka kembali normal bahkan kalau bisa terus naik.” Norma memulai percakapannya.
“Jadi saya mohon dengan sangat pada kalian, tolong kerja samanya ya? Kalian masih tetap ingin di sini kan? Jadi tolong ikuti permintaan saya. Jangan sampai karena masalah pribadi, kita semua jadi kena imbasnya! Minta tolong ya Shandy, Romi!” Norma kembali melanjutkan ucapannya.
“Iya, terus apa yang harus kita lakukan? Sementara promo kan dah selesai.” Shandy bersuara.
“Justru itu yang akan kita bahas pagi ini Shandy! Selain kita harus saling kerja sama, kita harus membuat promo apa lagi? Mungkin kalian ada yang punya usul?” Tanya Norma pada teman-teman salon.
Semua terdiam, memikirkan pendapat masing-masing.
“Gimana nek kaya kemarin Mbak Nor, kita kasih diskon semua perawatan?” Siti memberi saran.
“Sebenarnya kalau diskon seperti kemarin cukup menarik konsumen. Cuma kalau diskon semua perawatan itu hanya berlaku saat pembukaan cabang saja. Sedangkan di sini kan dah seminggu lebih buka jadi gak bisa!” Ucap Norma menjelaskan.
“Diskon smoothing aja berapa persen? Secara smoothing kan mehong, kalau dikasih diskon pasti banyak yang berminat!” Shandy memberi saran.
“Diskon smothing? Bisa jadi masukan yang baik. Mungkin ada lagi saran?” Norma kembali bertanya. Norma ingin meminta pendapat dari teman-teman salon yang beraneka ragam. Dari keanekaragaman itu, nantinya akan disaring lagi lalu dipilih salah satu. Kemudian usulan yang dipilih itu diajukan pada pusat untuk meminta persetujuan.
“Teh, gimana kalau setiap perawatan di atas dua ratus ribu kita kasih diskon gratis creambath. Creambathnya teh yang biasa aja sama ukuran rambut pendek. Jadi misal tamunya teh ingin creambath perawatan, mereka tinggal tambahi serta bayar blow. Jadi kan, stylist dapat, anak CR juga dapat!” Romi memberi saran.
“Aku setuju sama saran Romi!” Ucap Siti bersemangat.
“Bagus juga masukannya. Yang lain masih ada yang mau mengusulkan lagi?” Norma bertanya.
“Gak ada” Jawab sebagian teman.
“Kalau gak ada biar nanti saran dari Shandy dan Romi saya coba sampaikan orang pusat. Apakah disetujui atau tidak? Yang penting saat ini kita berusaha memberikan pelayanan yang terbaik serta memberikan kenyamanan pada tamu saat berada di salon!” Ucap Norma.
Norma pun mengakhiri perkumpulan mereka. Norma berharap usulan kedua temannya bisa salah satu diterima orang pusat. Hingga salon kembali seperti hari-hari kemarin.
Sebenarnya masukan itu harus satu pilihan. Tapi melihat yang memberi masukan adalah Shandy dan Romi, Norma akhirnya memilih usulan keduanya. Norma tak ingin ada yang tersinggung, dan dibilang pilih kasih. Norma juga tak ingin persaingan Shandy dan Romi akan semakin sengit hingga berpengaruh pada pendapatan salon.
Norma juga tak ingin kehilangan aset yang banyak menghasilkan pendapatan salon. Yakni Romi. Karena Romi sudah pernah berucap, jika dia masih mendapat tindakan mengenakan dia akan ke luar dari cabang Yogya. Norma akan terus berusaha mempertahankan Romi di Yogya demi kemajuan DN Salon. Karena jika pendapatan salon tetap merosot, Norma juga akan terkena imbasnya yakni dipindah tempat yang lebih sepi dari DN Salon kota Yogya.
Norma juga paham benar, orang pusat tak pernah berkata main-main. Jika sudah berkehendak tidak akan bisa diganggu gugat lagi. Anak buah yang harus menerima akibatnya. Karena sudah perjanjian dari awal kerja di DN Salon harus siap dikirim ke cabang mana saja yang ada di Indonesia.