"Kesepakatan kita yang mana yang nggak kamu pahami Dean?!" geram Zea. Meski tubuh Dean lebih tinggi, dia bisa meraih leher lelaki itu dan menekankan pisau di urat lehernya. "Aku nggak mau kehilanganmu," kata Dean mencoba tenang. Ujung pisau terasa nyeri menusuk kulitnya. "Kamu bisa kehilanganku sekarang juga kalau bertindak gegabah." "Aku cukup hati-hati. Nggak ada yang mengikuti kita." Zea masih belum mau melepaskan cengkramannya. Ditekannya ujung pisau semakin dalam. Dean bisa merasa kalau kulitnya robek. Perih terasa, sepertinya Zea sudah menggores permukaan kulitnya. "Di mana kamu tinggal?' tanya Zea akhirnya. "Aku sewa rumah. Nggak begitu bagus tapi cocok untuk melakukan kegiatan kita." Akhirnya Zea melepaskan cengkramannya, "Ayo kita ke sana," katanya lebih lembut. Dean m