Bab 6

1259 Words
Alinka menatap layar ponselnya dengan helaan napas dalam. Saat ini dirinya tengah berada di perpustakaan kampus. Siang ini ia ada jadwal bimbingan dengan dosen pembimbing pertama. Sembari menunggu waktu bimbingan tiba, Alinka memutuskan untuk beristirahat di perpustakaan sambil membalas komentar di ** yang tengah menanyakan pakaian yang dipakainya. Setelah selesai membalas beberapa komentar, Alinka menyandarkan ponselnya ke tumpukkan buku dan mengarahkan kamera depannya ke wajahnya. Kemudian Alinka mengambil foto setengah badan sambil menunjuk topi berwarna baby pink yang tengah dipakainya. Topi yang dipakainya saat ini adalah salah satu produk milik temannya. Selain membantu menjualkan produk-produk milik temannya, Alinka juga membantu mempromosikan produk tersebut. Setelah dirasa puas dengan foto itu, Alinka langsung membagikan foto itu ke ** story di akunnya sambil menuliskan nama produk dan toko milik temannya. Ponsel Alinka bergetar yang membuat Alinka segera mengambil ponselnya lalu mengangkat panggilan dari Berta. “Ada apa?” tanya Alinka segera sambil agak berbisik. “Lo masih di kampus?” tanya Berta. “Iya. Kenapa?” “Ke sini jam berapa? Kafe lagi ramai banget.” Alinka menatap jam di pergelangan tangannya. Saat ini jarum jam menunjukkan pukul 12.15. “Gue ada bimbingan jam setengah satu,” jawabnya. “Paling lama lima belas menit doang bimbingannya. Habis itu gue langsung ke kafe.” “Oh, oke,” balas Berta. “Kami benar-benar merindukan lo di sini.” “Merindukan apa membutuhkan?” “Membutuhkan,” jawab Berta terkekeh pelan. Alinka balas terkekeh. “Emang gue sepenting itu, sih,” katanya menyombongkan diri. “Aduh, gue sampai muntah,” kata Berta lagi yang membuat Alinka tertawa. “Ya udah, nanti buruan langsung ke sini ya. Kami benar-benar kerepotan.” “Oke. Siap!” Setelah itu Berta memutuskan sambungan telepon mereka. Mengingat sebentar lagi bimbingan dengan dosennya dimulai, Alinka mulai membereskan barang-barangnya. Sebainya ia segera pergi ke ruang dosen agar dirinya tidak terlambat. Alinka meninggalkan perpustakaan dengan membawa sebuah buku yang cukup tebal yang tadi sempat ia pinjam di sana. Ia memang diwajibkan membawa buku referensi sebagai sumber data pembuatan skripsinya. Selain buku tebal itu, di tas punggungnya saat ini juga ada beberapa buku dan jurnal. Beban di dalam tasnya cukup berat seperti beban hidupnya. “Alinka,” panggil seseorang dari arah belakangnya. Alinka berhenti berjalan. Ia menoleh ke belakang dan mulai menatap sekitarnya yang cukup ramai oleh mahasiswa yang sedang berjalan ataupun sekadar duduk-duduk di bangku pinggir taman. “Alinka,” panggil suara berat yang dapat membuat Alinka bergidik ngeri. Matanya kini menangkap seorang pria berjas rapi yang tengah duduk di salah satu bangku yang agak jauh darinya. Pria itu melambaikan tangan ke arah Alinka sambil memang ekspresi datar. “Hai,” sapanya. Alinka mendenguskan napas kasar ketika melihat pria itu. Mendadak saja ia kembali merasa jengkel. “Dasar cowok m***m,” gerutunya seraya berbalik dan kembali melanjutkan perjalanannya. Nayaka Tamawijaya. Ya, pria itu lah yang dilihat Alinka. Sungguh, Alinka tidak menyangka jika pria itu sampai datang ke kampus ini hanya demi mengganggu Alinka. Bukankah seorang CEO itu seharusnya sibuk? Namun, kenapa pria itu seperti pria pengangguran yang selalu muncul dengan tiba-tiba di depan Alinka? Apa dia memang setidakpunya pekerjaan itu? “Bukankah saya bilang kalau saya punya tawaran menarik buat kamu?” tanya suara dari arah belakang Alinka. Alinka menghela napas dalam. Ia mencoba sekuat tenaga untuk tidak kelepasan memukulkan buku tebal yang ada di tangannya ke arah kepala pria ini. “Kenapa kamu tidak menghubungi nomor saya? Saya meninggalkan kartu saya di meja.” “Saya buang,” jawab Alinka enteng. “Apa?” Nayaka terdengar cukup kaget mendengar jawaban Alinka itu. “Kamu buang?” Alinka menganggukkan kepala. “Kan saya nggak butuh,” jawabnya. Nayaka menghela napas dalam. Seolah dirinya sedang menahan jengkel karena perkataan Alinka. “Dan sebaiknya Anda berhenti gangguin saya, sebelum saya timpuk pakai buku!” ancam Alinka seraya melirik tajam ke arah Nayaka yang saat ini sudag berjalan di sampingnya. Nayaka menarik lengan Alinka yang membuat Alinka berhenti berjalan. “Tolong dengarkan dulu tawaran saya. Setelah itu baru putuskan.” “Apa pun tawaran Anda, saya tetap akan menolaknya,” kata Alinka. “Dan saat ini saya benar-benar sibuk.” Alinka menghentakkan tangannya yang dicekal oleh Nayaka hingga terlepas. “Permisi.” Alinka berderap pergi meninggalkan Nayaka. Ia benar-benar tidak mau berlama-lama dengan pria itu. Selain Alinka tidak suka, ia pun harus segera pergi ke ruang dosen untuk bimbingan skripsi. Alinka tidak boleh telat. Alinka sampai di ruang dosen tepat pukul setengah satu. Sebelum memasuki ruang dosen, ia terlebih dahulu mengintip ruangan tersebut. Matanya menyisir ruang dosen yang cukup luas itu, mencari keberadaan dosen pembimbingnya. Namun, sejauh mata memandang, Alinka tidak juga menemukan dosennya itu. “Bu Claudya mana?” gumam Alinka masih mengintip ruang dosen. “Apa masih ada jam mengajar? Atau sedang makan siang?” Alinka memutuskan untuk duduk di deretan bangku yang berada di depan ruang dosen, menunggu Bu Claudya. Tidak biasanya dosennya itu terlambat ataupun lupa dengan janji bimbingan. Karena sejauh yang Alinka tahu, Bu Claudya adalah salah satu dosen yang paling disiplin dalam segala hal. Dan biasanya dosen seperti Bu Claudya itu tipe dosen yang susah ditaklukkan. “Apa sebaiknya gue kirim pesan ke Bu Claudya?” gumam Alinka lagi seraya melirik jam di pergelangan tangannya. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul setengah satu lebih lima belas menit. “Mungkin memang sebainya gue kirim pesan ke Bu Claudya. Kali aja emang Bu Claudya lupa.” Belum sempat Alinka mengirim pesan kepada dosen pembimbingnya itu, tiba-tiba saja ponselnya bergetar menandakan ada panggilan masuk. Nama kontak yang terpampang di layar ponselnya membuat Alinka segera mengangkat panggilan itu. “Halo, selamat siang Bu Claudya,” sapa Alinka dengan sopan dan ramah. “Alinka,” kata Bu Claudya terdengar riang. “Kamu siang ini ada bimbingan dengan saya kan?” Alinka menganggukkan kepala meskipun dosennya itu tidak dapat melihatnya. “Iya, Bu, benar. Saat ini saya sudah berada di depan ruang dosen. Namun, sepertinya Bu Claudya tidak ada di tempat.” “Iya, saya sedang ada di kantin depan Gedung A. Ada tamu. Kamu ke sini sekarang, ya.” “Iya, Bu. Baik. Saya akan segera ke sana,” balas Alinka seraya bangkit dari duduknya. Setelah itu Bu Claudya memutuskan sambungan telepon mereka. Alinka sendiri langsung buru-buru berderap meninggalkan ruang dosen untuk pergi ke kantin yang dosennya itu sebutkan. Alinka mendenguskan napas kasar. Kantin yang dosennya maksud itu berada di dekat perpustakaan. Tadi Alinka sempat melewati depan kantin itu ketika ke sini. Dan sekarang Alinka harus berjalan kembali ke sana untuk menemui Bu Claudya. “Demi skripsi. Apa sih, yang enggak? Yang penting skripsi lancar. Ya kan?” gumam Alinka kepada dirinya sendiri seraya berjalan cepat menuruni tangga. Sekitar lima menit berjalan cepat sambil sesekali berlari kecil, Alinka akhirnya berada di kantin yang Bu Claudya maksud. Kantin ini agak sedikit ramai karena memang kebetulan ini masih jam makan siang. Alinka mengedarkan pandangan ke segala penjuru untuk mencari sosok Bu Claudya. Namun, bukan Bu Claudya yang Alinka temukan, melainkan Nayaka. Ya, Alinka tidak salah lihat. Karena saat ini pria itu sudah melambai ke arah Alinka dengan ekspresi datarnya. “Alinka!” seru pria itu cukup keras yang membuat hampir semua mata tertuju ke arah pria itu. “Alinka, sini,” katanya lagi. Kini bukan hanya Nayaka yang menjadi pusat perhatian, melainkan Alinka juga karena Nayaka menyebut nama Alinka seraya melambai ke arahnya. “Dasar orang gila!” gerutu Alinka seraya menundukkan kepala lalu berjalan ke arah Nayaka. Mungkin kali ini Alinka akan membiarkan dirinya lepas kendali dengan memukul Nayaka menggunakan buku tebal yang masih dibawanya. Karena saat ini pria itu benar-benar sudah membuat Alinka kesal!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD