Gadis aneh

728 Words
Seminggu hidup bersama gadis itu berasa hidup sendiri. Bagaimana tidak, dia baru keluar kamar jam 11 siang, jam 1 siang dia bersiap pergi, dan pulang kerumah jam 1 malam. Kadang aku berpikir apa yang dia lakukan sampai kembali ke rumah dini hari. Siang ini kubulatkan tekad untuk mengikutinya, karena jujur aku penasaran. Dan kalian tau, mama Vita sama sekali nggak khawatir aku cerita kegiatan Mikhayla kemarin malam saat beliau menelpon. Beliau hanya tertawa mendengar ceritaku, " Aduh....aduh....maaf ya mama sampe ketawa denger kamu cerita Gib, mama kira kamu sudah mulai saling mengenal, terimakasih ya Uda berusaha jadi kakak yang baik untuk Mikhanya mama. Mikha emang terkesan diam di depan orang baru, jadi kamu yang harus inisiatif deketin dia. Oke...selamat mencoba ya sayang....sampein salam sayang mama ke Mikha ya, bye." nah seperti itulah tanggapan mama Vita. Kudengar pintu kamar Mikha terbuka, segera ku ikuti langkah kakinya yang menuju dapur. " Eh Mikha, hhhhmmmm..." sapaku yang tiba - tiba bingung harus bicara apa. Karena sungguh saat ini penampilannya bisa membuat semua lelaki ingin menyentuhnya. Hot pantas hitamnya tertutup kemeja merah maroon tipis yang kebesaran dan tank top hitam di balik kemeja itu. Dengan rambut yang di cepol dan tak lupa beberapa anak rambut menjuntai berantakan. Jujur saat ini aku benar-benar susah menelan ludah melihat penampilannya sampai suara seraknya membuyarkan fantasi kotor ku tentangnya. " Hei.. apa!?" tanyanya dengan alis bertaut. Karna lama mendengar jawabanku dia melangkah ke depan kulkas dan mengisi gelas kosong di tangannya dengan air. Sungguh baru kali ini aku melihat ada seorang gadis terlihat cantik meski hanya sedang meminum air. " Ah itu...kemarin mama telfon, dia titip salam buat kamu." terangku yang melangkahkan kaki ke kuris depan bar. " Oh...cuma itu aja.Yaudah kalo gitu, ntar aku telpon balik aja mama. Elo mw sesuatu?? mungkin mau makan sekalian gue bikinin." tawarnya dengan wajah datarnya. " Oh boleh lah, gue pengen mie instan pake telor ceplok setengah Mateng ditambah cabe 5." seloroh ku tanpa membuang kesempatan untuk bisa mengobrol dengannya agak lama. Tanpa membuang waktu dia mulai membuat mie instan untukku dan untuk dirinya. " Kalau elo bosen makan mie instan elo bisa DO makanan kok, bi Wati dan pak Uzi baru balik kerja seminggu lagi. Atau elo juga bisa makan di luar, di garasi ada motor dan mobil juga, kunci di di situ. " terangnya sambil menunjuk gantungan dekat kulkas. Aku hanya diam menyimak kata-katanya sambil menikmati mie ku. Terdengar suara ketukan di pintu depan. Mikha sedang mandi setelah makan tadi. Kubuka pintu dan terlihat seorang pemuda berdiri sambil membawa buket bunga Lily putih. Dia terkejut melihat ku dan terus menatapku heran, " Maaf mas siapa ya!?" tanyanya menyelidik. Aku menghela nafas dalam dan menatapnya sama bingungnya. " Anda sendiri siapa? kenapa berdiri di depan rumah orang? " tanyaku tak kalah menyelidik. " Saya kesini mau mencari Mikhayla, Mikhanya belum pindah rumah kan? " tanyanya memastikan. " Oh temannya Mikha ya? silahkan masuk, Mikhanya masih mandi. " sahut ku sambil mempersilahkan dia menunggu di dalam. " Mas ini siapa ya? saya tidak pernah melihat mas sebelumnya. " tanyanya lagi. " Oh saya lupa, saya Gibran, anak papa Chandra, papa barunya Mikha." jelas ku singkat yang di angguk'i oleh pemuda itu. " Gib, ini nomer telpon restorannya kalo elo mau DO makanan. Gue ma...elo ngapain disini?" Mikha terbelalak begitu melihat pemuda yang duduk di ruang tamu. Pemuda itu hanya nyengir melihatnya, " Sengaja aku kesini. Kamu sulit banget di temuinnya, di cafe ga ada, di restoran ga ada, di club juga ga ada. Di kampus juga kamu cepet banget ilangnya. " ujarnya santai sambil berjalan mendekat ke arah Mikha yang berdiri mematung di depan tangga. Matanya menatap tajam ke arah pemuda itu dan yang membuatku kaget, seolah-olah ada tatapan terluka di mata gadis itu. " Gib, besok lagi kalo manusia satu ini kesini jangan bukain pintu! apalagi suruh dia masuk!" putus Mikha dengan nada marah dan berlalu begitu saja ke arah garasi. " Eh Mik...tungguin gue, gue mau ikutan elu kali, bisa di omel mama ntar gue." teriakku sebelum Mikha benar-benar keluar rumah. " Yaudah cepetan!" perintahnya. " Eh mas, maaf ya kalo Uda nggak ada perlu lagi mending mas pergi, karena kita juga mau pergi." usir ku dengan halus, tapi pemuda itu hanya tersenyum miring dan tubuhnya seolah membatu. Tak lama kulihat Mikha kembali masuk ke rumah dan dengan santainya menyeret pemuda tersebut keluar rumah dan langsung menguncinya. Setelah itu dengan santai pula menyeretku ke pintu belakang yang langsung menuju garasi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD