Ganggu aja

891 Words
Setelah acara perkenalan beberapa menit yang lalu, Gibran dan Mikha lebih memilih menepi ke balkon hotel yang langsung menyuguhkan pemandangan kota. " Dingin?" tanya Gibran begitu melihat Mikhayla merapatkan tangannya ke tubuhnya. Mikha hanya menoleh sekilas dan kembali menatap lampu-lampu kota. " Elo pikir gimana?" sahutnya ketus, refleks Gibran melepas jasnya dan memakaikan ke tubuh Mikha yang beberapa bagian terekspos karena bajunya yg terbuka itu. " Mau minum? gue ambilin deh." tawar Gibran lagi untuk menjaga mood Mikhayla yang gampang berubah. Ya, setelah tinggal bersama Mikhayla perlahan Gibran mengetahui sifat dan kebiasaan Mikhayla. Mikhayla mengangguk setuju, " Gib, yang anget aja kalo bisa." pinta Mikha, " Hhhhmmm....alkohol gimana?" tawar Gibran lagi, " Boleh lah." sahut Mikha cuek dan Gibran melangkah meninggalkan Mikhayla sendiri di balkon. Sepeninggal Gibran tiba-tiba saja Dylan berjalan menghampiri Mikhayla yang sibuk membalas pesan dari mas Joe dan serta teman-temannya yang ada di Surabaya, dan yang jelas tertawa cekiki'an sendiri. " Ehm....asyik banget!" sapa Dylan dengan nada menyindir. Tapi Mikhayla yang dasarnya cuek hanya melirik sekilas dan melanjutkan kegiatannya. Merasa di cuekin Dylan tidak terima, karena selama ini tidak ada satupun wanita yang menolak pesonanya kecuali Karina, dan kini gadis yang berdiri di depannya membelakangi dirinya. " Ehem...." Dylan sengaja mengeraskan dehemannya lagi agar Mikha menyadari keberadaannya. Akhirnya setelah berkali-kali mencoba Mikha berbalik dan menatapnya dengan tajam, Dylan memasang tampang coolnya tapi Mikha malah kembali membelakanginya. " Hei...nggak sopan banget nyuekin orang." sindir Dylan mendekat ke arah pagar balkon, tapi Mikha tetap tidak bergeming sama sekali. " Kalo ada orang ngomong itu dilihat, di perhatikan." lanjut Dylan mulai jengkel, tapi Mikha masih tetap cuek. Hingga akhirnya dengan kesal Dylan menarik pundak Mikha agar Mikha melihatnya. " Apaan sih elo! nggak sopan banget! nggak usah cari gara-gara deh!" bentak Mikha tidak suka dengan sikap Dylan, tapi Dylan hanya tersenyum sinis. " Hah...nggak sopan? kalo mau ngatain orang ngaca dulu sana, yang nggak sopan itu elo apa gue?" balas Dylan tidak terima. " Emang kita kenal? eh bentar deh, elo bukannya cowok yang ada di butik itu kan? yang bareng sama si nenek sihir?" tanya Mikha sarkas. Dylan sontak melotot begitu mendengar pertanyaan Mikha yang terdengar seperti menyindirnya. " Maksud elo apa ngomong kek gitu?" tanya Dylan mulai habis kesabaran. " Nggak ada maksud, gue cuma nggak mau di ganggu aja. Lagian elo nggak lihat gue sibuk ini. Pergi sana...ganggu aja." balas Mikha santai. Dylan sudah habis kesabaran, " Gue cuma mau kenalan sama elo aja." ujar Dylan pada akhirnya. " Gue nggak mau kenalan sama elo." balas Mikha tenang masih dengan membelakangi Dylan. Dylan sudah benar-benar kesal menghadapi sikap Mikha, tapi sebisa mungkin di tahannya agar dia bisa dengan leluasa menjalankan rencananya untuk membalas dendam pada Gibran. Akhirnya Dylan mengalah dan mendekat ke pagar dan berdiri di samping Mikha. Tapi Mikha tetap cuek akan keberadaan Dylan. " Napa elo lihatin gue kek gitu?" tanya Mikha yang kali ini benar-benar jengah dengan tingkah Dylan. " Gue kira elo ceweknya Gibran, ternyata dugaan gue salah." ujar Dylan masih menatap Mikha. " Mau gue ceweknya atau siapanya Gibran juga bukan urusan elo!" balas Mikha acuh, Dylan menyunggingkan senyum misteriusnya, " Tapi kalo gue lihat-lihat lagi ya nggak mungkin juga Gibran punya pacar kek elo. Di lihat dari segi manapun nggak wow banget." ejek Dylan. Mikha mulai emosi, hanya bisa menghela nafas kasar dan berbalik melangkahkan kaki hendak meninggalkan Dylan di balkon. " Oh ya... inget-inget nama gue Dylan Farrow, suatu saat elo pasti ketemu gue lagi." bisik Dylan di telinga Mikha dengan suara sensual. " Hum...jangan harap, asal anda tau ya tuan muda Dylan....gue nggak suka deket-deket sama orang-orang yang berhubungan dengan si nenek sihir itu. Jadi kalaupun kita nggak sengaja ketemu di suatu acara pura-pura aja elo nggak kenal sama gue. Permisi!" balas Mikha tak kalah sengit tepat di depan wajah Dylan yang shock mendapat perlawanan dari Mikha. Mikha pun kembali ke dalam ballroom meninggalkan Dylan di balkon, " Wah....nggak nyangka tangguh juga gadis itu." Dylan mendecih dan lagi-lagi smirknya menghiasi wajah tampannya. Gibran melihat Mikha yang berjalan mendekatinya dengan wajah datar dan tampak kesal. " Elo ambil minumnya keliling dunia dulu? lama banget!" sindir Mikha, Gibran hanya tertawa dan menyuruh Mikha duduk di sampingnya. " Gue tadi habis dari toilet kali. Sorry deh lama." Gibran meringis menyesal telah meninggalkan Mikha agak lama. Tanpa menunggu lama Mikha langsung meminum wine di gelasnya sampai tandas dalam 1 tegukan, Gibran dan bartender tercengang begitu melihat gelas wine yang kosong. " Mik, are you oke?" tanya Gibran memastikan. Mikha hanya tersenyum datar menanggapi pertanyaan Gibran dan memberi kode pada bartender untuk menambah minumannya lagi. " Mik, elo beneran nggak apa-apa kan?" tanya Gibran sekali lagi meyakinkan Mikha yang sudah menghabiskan gelas ke 2 nya dalam 1 tegukan. " Gib, habis ini ada acara apa lagi? kalo nggak ada gue pengen balik." pinta Mikha yang moodnya benar-benar hancur. " Nggak ada acara sih, tapi nggak tau lagi ini tadi anak-anak katanya mau lanjut party di club." jelas Gibran yang melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 10 malam. " Yaudah, balik sekarang aja. Pindah tempat aja, gue nggak nyaman banget nih." ajak Mikha setengah memaksa, Gibran hanya menurut dan menggandeng Mikha keluar dari ballroom setelah berpamitan pada papa Chandra dan mama Vita serta para tetua. Gibran pun dengan cepat mengirim pesan ke teman-temannya untuk segera menyusul ke club biasa mereka berkumpul. Tanpa Gibran dan Mikha sadari, Dylan juga ikut datang ke club.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD