Mulai fitnah

795 Words
"Itu tadi selingkuhan mantan elo ya?" tanya Gibran hati-hati begitu mereka sudah duduk di sebuah warung mie ayam dan bakso setelah meninggalkan butik dan tidak membawa satu pun gaun untuk acara besok malam. Mikha hanya mengangguk malas dengan kepala yang menunduk di antara lengannya di atas meja, tanpa sadar badannya bergetar dan terdengar isakan halus tapi masih bisa di dengar oleh Gibran. " Udah...jangan nangis lagi, percuma aja elo selama ini sok kuat tapi nyatanya elo masih keinget. Orang macam kek gitu nggak pantes elo tangisi. Buang-buang energi dan waktu elo." Gibran dengan sabar mengusap lembut kepala dan punggung Mikha. " Gue nggak nyangka aja bisa ketemu orang itu lagi Gib, kalo tau gue bakalan siap-siap dulu." sahut Mikha masih dengan isakannya. " Ya kali elo punya kekuatan super, jadi bisa tau. Namanya hidup dan takdir mana tau Mik, tapi tadi elo Uda hebat dan keren banget. Elo bisa hadepin dia tanpa takut dan bikin dia malu sendiri, elo nggak lihat tadi mukanya gimana? gue aja mau muntah lihatnya. Uda jangan nangis lagi ya..." rayu Gibran yang kini memeluknya membuat wajah Mikha tenggelam di d**a bidang Gibran, membuat kemeja Gibran basah oleh air matanya. Gibran pun membiarkan Mikha menyelesaikan pergulatan batinnya dulu tapi dia merasa jantungnya malah berdetak lebih kencang, dan rela menjadi tontonan orang-orang yang ada di warung meskipun sebenarnya ia pun malu. Setelah beberapa menit akhirnya pesanan mereka jadi dan teehidang di depan mereka, " Makasih mas." ucap Gibran setelah pelayan warung meletakkan pesanan mereka. " Mik, ayo makan dulu, elo butuh energi untuk melawan orang kek Bella, dan tenang aja, ada gue, mama, papa, dan eyang di belakang elo yang ngedukung elo. Elo nggak sendirian. Oke! sekarang ayo makan dulu." rayu Gibran sembari menghapus sisa air mata di pipi Mikha, tanpa sadar mata mereka bertemu dan tidak di pungkiri jantung keduanya berdetak kencang. "Eh..ah..iya gue juga laper, tadi belum sarapan. Ayo makan!" Mikha memutus tatapannya terlebih dahulu setelah merasakan pipinya panas dan mungkin sekarang berubah jadi merah Semerah kepiting rebus. Gibran hanya tersenyum melihat perubahan dan wajah merah Mikha yang salah tingkah dan menahan malu. " Sudah ayo makan, biar ada energi lagi. Cuek dan kesel juga butuh tenaga lho." goda Gibran yang mendapat tampolan di bahunya oleh Mikha. Di tempat lain, Bella bergelayut manja di lengan Dylan dengan beberapa paper bag di tangannya memasuki sebuah unit apartemen. " Sayang....kamu kenapa kok dari tadi kayak males banget gitu?" tanya Bella yang kesal dengan sikap Dylan sejak dari butik. " Hah...oh nggak apa-apa, cuma capek aja banyak kerjaan." sahut Dylan malas. " Hhhhmmm....beneran? aku pijetin ya?" rayu Bella yang tangannya sudah memijit pundak Dylan, tapi Dylan menghindar dengan cepat dan menyandarkan badannya di punggung sofa. Bella kesal dan langsung cemberut begitu mendapat penolakan dari Dylan, " Ambilin aku air dingin aja gih, haus." usir Dylan tanpa mempedulikan wajah Bella yang sudah kusut seperti kain kucel. Tapi Bella tetap berdiri dan mengambilkan sebotol air dingin dari kulkas dan memberikan ke Dylan yang sedang mengurut keningnya. " Nih airnya." Bella menyodorkan botol air itu dan kembali duduk di samping Dylan. " Oh ya...kamu kenal cewek yang di butik tadi?" tanya Dylan penasaran, bukan ke pokok masalah perdebatan tadi, melainkan gadis yang bertengkar dengan Bella yang kemudian di tarik oleh Gibran yang muncul tiba-tiba dan membawanya pergi. " Kenal lah, dia itu mantan temen SMA aku dulu. Nah dia itu dulu yang suka ngebully aku, suka nuduh aku ambil pacarnya, selingkuh sama pacarnya. Padahal nggak, malah dia yang ambil pacar aku dulu. Terus dia itu pas jaman SMA suka banget keluar masuk club malam hampir tiap hari, menurut kamu ngapain coba anak SMA keluar masuk club malam, dia bilang sih kerja, nah kalo dia kerja sampingan jadi waiters kan juga nggak mungkin pake baju bebas gitu, pasti pake seragam. Nah dia pas kepergok pake baju itu minim bahan sayang. Ya berarti dia kerja nggak bener donk." fitnah Bella dengan nada meyakinkan. " Heum....trus?" korek Dylan tertarik. " Denger-denger juga pas waktu itu papanya sakit, dan cuma mamanya yang kerja, jadi mungkin dia butuh duwit tambahan gitu buat bantu-bantu. Dan nggak lama setelah pihak sekolah tau second jobnya si Mikhayla di panggil kan ortunya ke sekolah, yang datang itu mamanya dan omnya mungkin, bukan papanya kok. Nah nggak lama habis panggilan itu papanya meninggal, shock mungkin denger anaknya kek gitu. Uda sejak itu dia malah menjadi-jadi kelakuannya. Kata temen-temen aku juga yang di Surabaya dia masih sering keluar masuk club, kerja gitu." tutup Bella dengan rasa puas. Dylan mengangguk mengerti, " Hhhmmm....kok Gibran mau ya sama cewek model begitu. Ampuh bener rayuannya." gumam Dylan dengan smirknya. " Dia itu terkenal cuma macarin anak-anak kaya. Dasar matre." lanjut Bella menjelekkan Mikha. Dylan hanya diam mendengarkan ocehan Bella dengan terus memikirkan cara membalas dendam pada Gibran.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD