Ketahuan mas Jo

1081 Words
Seminggu berlalu, Gibran tak tahan menahan rindu. Yang menjengkelkan selama seminggu ini Mikhayla jarang memberi kabar, membuatnya khawatir. Akhirnya Gibran nekat terbang ke Surabaya dan langsung ke cafe. Kali ini ada alasan tepat, menghadiri acara pernikahan mas Joe. Tepat saat dia sampai Mikhayla baru saja menyiram tanaman di teras cafe, dan dengan santainya dia berteriak memanggil Mikhayla dengan sebutan 'sayang' sembari memeluknya erat. Dan tanpa malu langsung mencium Mikha yang berdiri termangu di depan pintu cafe yang terbuka. Hingga membuat semua yang berada di dalam dapat mendengar dan melihat apa yang terjadi di luar. Mikha yang kaget pun tak bisa menghindar saat tubuh besar Gibran memeluknya dan bibirnya dengan cepat menempel pada bibir mungil Mikha. Dari dalam cafe terdengar keriuhan para karyawan yang sedang bersiap untuk open. Terlebih mas Joe, matanya langsung terbelalak dan tenggorokannya tersedak kopi paginya dan tanpa dia sadari cangkir kopi tersebut telah terjatuh di dekat kakinya. Saat Gibran akan melayangkan ciumannya sekali lagi dengan cepat mas Joe menarik kerah jaket yang menutupi kemeja Gibran dan menyeretnya dengan kasar ke dalam bangunan cafe menjauh dari Mikha. " Joe...lepasin, sakit tau!" ronta Gibran, tapi mas Joe seakan menuli dan terus menyeretnya ke teras belakang di ikuti oleh Mikha yang setengah berlari. " Maksud elo apaan!? pagi-pagi datang terus main cium-cium adek gue!? heh, ini juga adek elo! apa pantas elo cium mesra adek elo seperti itu!? elo kira adek gue cewek apaan!? kalo elo nggak bisa ngehargai Mikha sebagai adek elo, jauh-jauh dari kehidupannya! gue masih bisa ngelindungi dia sendiri!" cecar mas Joe dengan emosi meluap, bahkan urat leher dan wajah mas Joe memerah menahan amarah. " Mas, dengerin penjelasan kita...." ujar Mikha meredam emosi mas Joe, tapi mas Joe hanya melotot menatap Mikha. " Apa!? mau bela lelaki ini!?" sungut mas Joe. " Joe! dengerin kita dulu! elo salah paham! gue nggak bermaksud ngelecehin Mikha, hanya saja ada sesuatu yang belum kita kasih tau ke elo!" sahut Gibran dengan nada tenang. Mendengar sahutan Gibran makin membuat mas Joe emosi dan langsung memukul wajah Gibran. Dengan cepat Mikha menghadang mas Joe ketika akan memukuli Gibran untuk yang kedua kalinya. Mas Joe makin emosi begitu melihat Mikha menghadangnya untuk memukul Gibran, tapi yang paling membuat mas Joe sebal Mikha sampai menangis hanya untuk melindungi lelaki yang mengaku sebagai kakak tiri gadis ini. Akhirnya karena tatapan memohon Mikha mas Joe menurunkan tinjunya dan melampiaskan kekesalannya pada vas yang tak jauh di sampingnya. " Aaaaarrrgghhh..." teriak mas Joe frustasi. Badannya jatuh lunglai di atas kursi, tepat saat mbak Sherly datang. " Pagi semuanyaaa...." sapanya pada semua orang tapi kemudian keceriaannya menghilang ketika menyadari ketegangan disana. " What happen in here?" tanyanya bingung melihat tunangannya terduduk dengan nafas kasar dan tak teratur, serta Mikha yang menangis berpelukan dengan Gibran, dan juga Gibran yang berantakan. Dia sengaja datang pagi karena ada janji fitting baju pengantin dengan mas Joe, dan membantu di cafe agar jadwal acaranya yang disusun hari ini tidak molor. Setelah Jeno, salah satu karyawan cafe dengan kepekaan tingginya menutup cafe, mas Joe, mbak Sherly, Gibran dan Mikhayla duduk bersama di lantai 3. Luka lebam di bibir Gibran pun sudah di obati. Mas Joe menatap tajam 2 orang di depannya dengan tatapan membunuh, mbak Sherly yang masih bingung hanya bisa menggenggam tangan mas Joe agar tak tersulut emosi. Sedangkan Mikha hanya menunduk, dan Gibran balas menatap mas Joe. " Ehem....Napa jadi diem-dieman? jelasin ada apa sampai kalian pada tegang dan adu pukul!?" buka mbak Sherly memulai obrolan, karena sudah tidak tahan lagi. " Hhhhmmm..." Mikhayla akan membuka suara tapi langsung di potong oleh Gibran, " Kita pacaran!" jawab Gibran tegas membuat Mikha hanya bisa melotot menatap lelaki itu. Di bawah tangga semua karyawan langsung terkejut. " Gue bilang juga apa! bos pasti ada apa-apa sama kakak tirinya itu. Ayo mana...keluarin duwit kalian!" seru Rio dengan suara berbisik. Dengan tidak ikhlas Jeno pun mengeluarkan uang dari dompet bututnya dengan sesekali menyindir, " Sialan....kayaknya elo Uda tau duluan selama ini." Rio hanya menyeringai mendengar protes dari teman-temannya. " Sorry Jo, dari awal gue ketemu Mikha gue nggak bisa nggangep dia adik, Dimata gue dia wanita idaman gue. Dan gue harap elo ngerti!" terang Gibran dengan tegas tanpa sedikitpun mengalihkan pandangan matanya dari Jo. Jo mengepalkan tangannya dengan kuat menahan emosinya yang sebentar lagi memuncak, tapi dengan cepat mbak Sherly menggenggam tangan tunangannya untuk meredam emosi. " Baiklah....gue dan Jo akan mencoba menerima hal ini, tapi apa kalian paham gimana hubungan kalian bila di ketahui masyarakat? Tante Vita dan om Chandra apa juga tau? gue rasa semua keluarga besar Tante Vita dan almarhum om Ilham juga akan menentang hal ini. Sorry Gib, gue hanya nggak mau hati Mikha yang Uda gue anggep adik sendiri ini terluka untuk yang kesekian kali. Walaupun gue tahu hubungan kalian ini tabu, tapi gue bisa apa....yang menjalani ini kalian jadi gue harap kalian juga tau konsekuensinya." nasehat Sherly. " Gue tau apa yang elo maksud dan pikirkan Sher, gue paham sekali. Gue tau jalan kita nggak akan mulus seperti kalian, tapi gue yakin gue bisa bahagiain Mikha. " sahut Gibran mantap. " Apa Tante Vita dan om Chandra Uda tau hubungan kalian?" kali ini mas Jo yang sudah sedikit tenang mulai membuka mulut. Dengan lesu Mikha dan Gibran menunduk dan raut wajah mereka menampakkan kebingungan, melihat hal itu sudah cukup bagi mas Jo mengbil kesimpulan bahwa orang tua mereka tidak tahu menahu. Mas Jo pun bangkit dan tanpa aba-aba langsung menghadiahkan bogem mentah untuk yang kesekian kali ke Gibran. Panik mbak Sherly dan Mikha pun mencoba melerai mas Jo, setelah merasa puas memukuli Gibran yang terlihat pasrah mas Jo pun kembali terduduk kali ini tanpa sadar dia menangis. " Elo tau apa Gib! elo tau apa...gue dengan susah payah melindungi Mikha agar tak terluka hatinya, gue berusaha bikin dia bahagia, gue nggak pernah anggap dia sepupu gue! walaupun gue punya adik tapi bagi gue dia adik kandung gue yang lebih gue sayangi! apa elo tau!? hati gue sakit saat dia terluka, saat dia menangis! apa elo tau? isi wasiat om Ilham sebelum beliau meninggal? jaga dan sayangi Mikhayla! jd kalo sampe elo bikin adek gue sedih dan terluka, gue nggak akan sungkan balas elo! ingat itu!" cecar mas Jo yang kini kembali tenang. " Jadi elo izinin kami bersama?" tanya Gibran meyakinkan. " Gue nggak ada hak ngelarang dengan siapa Mikha bersama, gue hanya ingin dia bahagia. Tapi gue hanya mau pastiin dia nggak bersama orang yang salah." lanjut mas Jo kali ini dengan tatapan sayang melihat Mikhayla yang sedari menunduk.

Read on the App

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD