7

1015 Words
Author pov Zaky menghampiri Nata yang sedang duduk di kantin sembari mengaduk-aduk bubur ayamnya. Tatapan gadis itu terlihat kosong, bahkan bubur yang tadinya mungkin terlihat sangat lezat itu berubah jadi menjijikkan. Jelas sekali ada hal yang sedang dipikirkannya.  Mungkin soal Galih. Iya apalagi yang dipikirkan gadis itu selain pacarnya sendiri?  Zaky mengulum senyum kecewa, karena hatinya telah lancang mencintai gadis yang sudah jelas memiliki kekasih itu. Walaupun hubungan mereka hanya sekedar pacaran dan belum ada pemberitahuan soal hubungan yang lebih serius. Ditambah di jari Nata tidak ada cincin yang menandakan keseriusan Galih padanya. Atau memang Galih tidak serius dengan Nata? Jika sudah begitu mungkin Zaky akan bertindak, agar gadis itu tidak makin jauh jatuh ke dalam luka. Karena ia tau apa yang diinginkan wanita jika sudah menjalin hubungan lama. Yaitu kepastian. Kepastian untuk ke jenjang serius atau disudahi saja.  " Daripada buburnya diaduk terus mending buat saya," ucap Zaky sembari duduk didepan Nata dan meletakkan semangkuk bubur kacang ijo yang baru dibelinya tadi untuk sarapan.  Nata hanya menatap Zaky tanpa minat kemudian menyeruput teh manis hangatnya.  " Kenapa sih? Kalo ada masalah cerita aja ke saya."  Nata hanya menghela napas." Besok temen saya lamaran."  " Ya terus? Kenapa kamu murung?" Zaky menaikkan sebelah alisnya dengan bingung. Nata hanya diam sembari memainkan ujung jari telunjuknya. Wajahnya seakan ingin menangis. Zaky sepertinya tau apa penyebab gadis itu semurung ini.  " Galih ... Apa dia gak pernah bahas soal itu?" Akhirnya Zaky memberanikan diri bertanya walaupun ia tau ini terlalu lancang dan bahkan mungkin bisa melukai hati Nata. Nata hanya mengangguk." Menurut kamu ... Pria ... Apa yang membuat mereka bisa yakin untuk melanjutkan ke hubungan yang serius?"  Zaky tampak berpikir sebentar. Sebenernya ia sangat tau tapi mungkin pemikiran setiap pria itu berbeda. " Setiap pria berbeda. Tapi kalo saya sih selagi saya sudah sayang sama pacar saya dan saya sudah bisa menafkahi dia, kenapa harus ditunda lebih lama?"  Nata mengangguk setuju. Soal Galih ... dia sudah cukup mapan, cinta ... iya buktinya dia kembali kan setelah bertahun-tahun pergi. Lalu apa yang membuat pria itu tidak juga membicarakan hubungan mereka dan membiarkan hubungan ini terasa begitu hampa dan begini-begini aja? " Saya cuma menyarankan. Sebagai wanita kamu juga harus tegas. Kamu tanyakan bagaimana baiknya ke Galih. Saya yakin dia akan mengerti dan menjelaskan ke kamu dibanding kamu hanya memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang membuat pikiran kamu tambah kacau," ucap Zaky seraya tersenyum sangat tulus. " Saya takut dia marah."  " Kenapa harus marah? Ini kan hak kamu."  Nata terdiam, mencerna baik-baik kata-kata Zaky yang memang sejauh ini semuanya benar. Wanita butuh kepastian soal hubungan , entah ke lebih serius atau disudahi saja jika sudah tidak berminat ke hubungan serius. Karena hidup itu harus terus berjalan dan berkembang. Bukan hanya disini-disini aja. Termasuk sebuah hubungan. Jika sebuah hubungan tidak ada perkembangan lantas untuk apa dilanjutkan. Bukannya sebuah hubungan pacaran itu memang akhirnya akan putus? Entah putus karena sudah tidak bisa dilanjutkan lagi atau putus dan melanjutkan ke hubungan yang lebih serius?  " Daripada galauin pacar mending temenin saya dinas pagi ini. Kamu lagi gak sibuk kan?"  " Hah? Nemenin dinas? Ngapain?"  " Ya saya kan jadi lebih bisa konsultasi soal obat yang akan saya kasih ke pasien nanti."  " Biasa juga kamu asal kasih obat kan biar saya yang benerin terus. Apa bedanya coba?" Nata memutar bola matanya dengan malas mengingat bagaimana isengnya Zaky selama ini. " Ya bedanya saya dines ada yang nemenin," kekeh Zaky membuat wajah gadis didepannya mendadak memerah. " Manja banget masa dines aja minta ditemenin," cibir Nata. Zaky hanya tertawa kemudian segera menghabiskan sarapannya dan mengajak Nata ke ruangannya. Nata hanya menatap sekeliling ruangan Zaky yang tampak rapi dan berbagai gambar kartun soal tubuh anak-anak. Iya Zaky memang dokter spesialis anak. Gak heran kalo pria itu jail layaknya anak-anak. Selama ini Nata tidak pernah memperhatikan betul detail ruangan Zaky karena ia sibuk mengomeli pria itu soal resep yang kadang diluar nalar apoteker itu. Entah tulisannya yang gak bisa kebaca sama sekali ataupun salah tulis satuan obat. Bayangkan aja betapa jauhnya perbedaan gram dan miligram. Fatal kan? " Heran ya orang kayak kamu bisa jadi dokter anak. Saya sih kalo jadi orangtuanya males banget ditanganin sama dokter jail kayak kamu," ledek Nata sambil duduk di salah satu kursi dekat ranjang. " Jangan salah ya. Jangankan anaknya, Ibunya aja mau saya periksa," ucap Zaky dengan senyum kebanggaannya. " Ishh! Dokter m***m dasar!" Zaky hanya terkekeh geli.  Gak lama telepon di ruangan Zaky berbunyi dan suster di sebrang sana memberitahukan bahwa ada pasien pertama untuknya. Zaky hanya mengiyakan kemudian suster itu mengantarkan seorang anak perempuan kecil dengan Ibu muda. Tiara-- Suster itu hanya tersenyum melihat kehadiran Nata diruangan Zaky mengingat bagaimana dokter muda itu selalu menjaili apoteker yang baru beberapa bulan bekerja disini.  " Makasih ya Tiara," ucap Zaky sambil tersenyum.  Nata memutar bola matanya dengan malas, ternyata Zaky selalu tersenyum manis ke semua wanita, bukan hanya padanya. " Selamat pagi. Jadi princess yang cantik ini sakit apa?" tanya Zaky dengan suara yang sangat lembut hingga anak perempuan berumur empat tahun itu tersipu malu.  " Ini loh dok dia demam sama batuk kering. Kebanyakan minum es di sekolah," ucap Ibunya mewakili karena anaknya hanya diam sambil memeluknya itu. Zaky mengangguk mengerti sambil sesekali memeriksa wajah, degup jantung dan rongga mulut si anak. Ia pun melirik kearah Nata seperti kode untuk menanyakan obat yang tepat. Nata yang mengerti arti tatapan itu kemudian mengetik beberapa nama obat yang cocok untuk anak itu sesuai dosisnya. Zaky hanya tersenyum sebagai ungkapan terimakasih. " Ini nanti obatnya ditebus ya bu untuk anaknya. Biar dia cepet sembuh ya princess," ucap Zaky lagi-lagi dengan suara lembutnya sambil mengusap kepala anak perempuan itu dengan lembut. Si anak hanya mengangguk sambil tersenyum malu-malu. " Bilang apa sama dokternya?" tanya Ibu muda itu ke anaknya dengan penuh kasih sayang. " Ma ... makasih doktel," ucap anak itu yang terdengar begitu tulus. Zaky hanya mengangguk sambil tersenyum ... Manis. Gak lama pasiennya itu keluar dari ruangannya. Meninggalkan Zaky yang lagi-lagi hanya dengan Nata itu.  " Kenapa? Terpesona ya sama saya pas lagi nanganin pasien?" ledek Zaky yang sedari tadi melihat Nata terdiam dengan sekali-sekali melirik kearahnya. Nata mengerucutkan bibirnya dengan tampang kesal." Pede banget sih. Ya saya gak nyangka aja kamu selembut itu sama anak kecil. Kirain jail doang." " Saya jail ke kamu doang kok," ucap Zaky yang membuat Nata semakin salah tingkah. Sial! batin Nata.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD