Author pov
Malam itu Nata baru aja menyelesaikan pekerjaannya hingga sosok Zaky masuk ke dalam ruangannya dan mengejutkan gadis itu.
" Bisa gak sih masuk tuh permisi dulu," ucap Nata seraya mengusap dadanya.
Zaky hanya tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapi kemudian duduk dikursi kosong didepan Nata." Pacar kamu mana? Biasanya udah kayak satpam nunggu didepan apotek," ucapnya santai.
Nata memutar bola matanya dengan malas. Zaky memang tau jika Galih selalu menjemputnya setiap hari dan tentu saja pria itu banyak mengganggunya demi bikin Galih kesel. Untung aja Galih sepertinya udah terbiasa dengan kejailan Zaky. Sayangnya hari ini Galih berangkat ke Surabaya untuk mengurus proyeknya disana. " Dia sibuk."
" Terus pulang sama siapa?"
" Sendiri," jawab Nata seadanya.
" Saya anter pulang mau?" tanya Zaky dengan wajah penuh harap.
Nata menaikkan sebelah alisnya. Sejak kapan Zaky sok imut seperti ini? " Gak usah. Saya mau ke tempat temen dulu."
" Ya udah saya antar. Saya mau ambil tas dulu. Kamu jangan kemana-mana. Pulang bareng saya. Ini udah larut malam," ucap Zaky dengan nada tak terbantahkan kemudian keluar dari ruangan Nata tanpa menunggu persetujuan gadis itu.
Nata melongo ditempatnya. Kenapa juga seorang Zaky yang keliatan pecicilan itu malah menawarkan untuk pulang bareng? Sejak ia mulai bekerja disini, ia sama sekali gak pernah pulang bareng Zaky, karena memang Nata selalu pulang dengan Galih. Tepatnya cowok itu selalu berusaha untuk menjemputnya.
Nata melirik kearah jam dinding di ruangannya yang sudah menunjukkan pukul delapan malam. Ia memang sudah janji akan ke tempat Gita untuk sekedar membantu mempersiapkan acara lamaran cewek itu dengan dokter yang bekerja satu rumah sakit dengannya. Cinta lokasi sih katanya. Jika ada Galih mungkin ia akan dengan senang hati menemaninya. Tapi sekarang malah Zaky, entah apa yang dipikirkan sahabat-sahabatnya nanti jika tau kalo ia kesana dengan pria lain dan bukan Galih.
Tadi pagi setelah mengantarnya ke rumah sakit, Galih pamit ke Nata untuk pergi ke Surabaya. Entahlah pria itu semakin sibuk dengan bisnis dan proyek perusahaannya. Nata sendiri gak habis pikir, apakah Galih memikirkan soal hubungan mereka yang gini-gini aja? Apa mungkin Galih nyaman dengan hubungan yang hanya seperti ini?
Entah kenapa Nata merasa kecewa.
.....
Nata pov
Gak sampe sepuluh menit, Zaky kembali dengan setelan kemeja kotak-kotak dan celana bahannya. Jas putih ia sampirkan di bahunya. " Ayo! Katanya mau ke tempat temen kamu."
Gue hanya mengangguk pasrah kemudian keluar dari ruangannya dan pamit ke beberapa rekan kerjanya. Gue mendengar beberapa orang seakan saling berbisik entah membicarakan apa. Gue hanya mengedikkan bahu cuek.
Suasana didalam mobil sedan hitam milik Zaky ini sangat canggung, beberapa kali gue hanya mengecek ponsel yang hanya ada notif dari sahabat-sahabat gue yang menanyakan keberadaan gue sekarang. Notif terakhir dari Galih adalah tadi siang sekitar jam satuan yang mengatakan jika Pria itu sudah sampai di Surabaya dengan selamat.
" Banyak yang kamu pikirin?" tanya Zaky yang ternyata sudah menoleh kearah gue.
Gue hanya menggeleng sambil menatap lampu merah yang sudah berubah jadi hijau itu, Zaky melajukan kembali mobilnya.
" Kalo ada apa-apa cerita aja. Saya siap dengerin kok. Jadi sandaran kamu juga saya siap."
" Apaan sih? Gak jelas! Udah cepetan temen saya udah nungguin ini," ucap gue sambil menatap jam tangan.
Zaky terkekeh geli." Kamu tuh galak banget ya. Untung pacarnya tahan ya."
" Berisik ih." Gue menggembungkan pipi dengan kesal. Ya lagi-lagi Zaky selalu menguji kesabaran gue.
" Gimana hubungan kamu sama pacar kamu?"
" Bukan urusan kamu," jawab gue langsung.
" Boleh gak sih saya suka sama orang yang udah punya pacar?" tanya Zaky yang entah darimana bisa bertanya seperti itu. Dan maksudnya apa? Helowww
Gue sama Zaky dari awal gue kerja emang gak pernah deket, apalagi makan bareng. Kecuali jika Zaky tau-tau ngeloyor masuk ke apotek buat numpang makan gorengan dan dibagi-bagi ke temen-temen kerja gue juga. Kebanyakan Zaky emang bikin gue kesel dengan tampang konyolnya dia. Tapi sekarang Zaky seakan serius banget dengan pertanyaannya." Ya bebas lah. Suka sama orang kan gak dibatesin."
" Oh ya?" Mata Zaky terlihat berbinar mendengar jawaban gue." Bagus deh. Saya jadi lega."
" Emang ada yang kamu suka?" Entah kenapa pertanyaan itu nyelos dari mulut gue. Damn!
" Ada," jawab Zaky sambil mengulum senyum. " Mau tau gak siapa?"
" Gak," ucap gue langsung kemudian turun dari mobil milik Zaky yang kebetulan sudah terparkir di halaman rumah Gita.
Gue gak mau kepedean tapi gue juga takut. Tatapan Zaky itu mirip sama tatapan Galih dulu. Gue tau persis karena tatapan Galih dulu begitu menyejukkan, tapi jika Zaky yang menatap gue seperti itu. Gue takut ...
Takut jika gak bisa mengontrol perasaan gue sendiri. Ditambah hubungan gue dan Galih yang agak kurang menyenangkan akhir-akhir ini. Bukan kurang menyenangkan sih hanya gue aja yang terlalu sensitif karena Galih seakan gak menganggap serius hubungan kami ini.
Bukan berarti Zaky bisa seriusin gue kan?
Zaky mengikuti gue dibelakang.
Dini, Dinda dan Gita sudah menunggu di halaman belakang yang sudah dihias sedemikian rupa. Mungkin acaranya akan diadakan outdoor. Ya walaupun hanya sesi lamaran setidaknya kan harus berkesan.
" Ini dia si ibu negara. Sibuk banget," cap Dinda sambil menghampiri dan menggamit lengan gue." Eh siapa nih?" Ia melirik ke belakang gue, tentu saja ke Zaky.
" Eh Nata bandel ya ditingga Galih bentar udah bawa cowok lain," ucap Dini dengan nada sok polosnya.
Gue melotot kearah mereka sementara Zaky hanya tertawa di belakang gue." Diem deh lo pada."
" Boleh juga Nat," bisik Dinda tepat didepan telinga gue.
" Kamu balik duluan aja. Saya nginep disini," ucap gue ke Zaky.
" Eh makan dulu lah. Masa langsung balik," ucap Gita yang sedari tadi sibuk dengan kukunya.
" Gak usah. Saya udah makan tadi," ucap Zaky kemudian pamit pergi.
" Nat lo utang cerita sama kita," ucap ketiga sahabat gue bersamaan.
" Cerita apa sih? " gue menatap bingung.
" Iya soal si cowok itu. Dia siapa dan apa hubungannya sama lo. Dan Galih ..."
" Please ini waktunya buat lo Git. Cerita gue kapan-kapan aja ya," potong gue langsung.
Walaupun sebenernya gue pengen banget cerita ke mereka soal masalah hubungan gue dan Galih.
Akhirnya gue dan ketiga sahabat gue mulai cerita-cerita, terutama Gita yang menceritakan bagaimana ia bisa deket dengan Reza, dokter di tempat kerjanya hingga terjebak cinta lokasi dan akhirnya mereka memutuskan untuk menikah.
Entah kenapa gue iri sama wajah ceria Gita ketika menceritakan bagaimana Reza melamarnya dulu.
Gue berusaha untuk bersikap biasa aja, tertawa seperti yang lainnya walaupun hati gue hancur. Karena Galih bahkan gak pernah bahas kearah pernikahan sama sekali.
Gue mengecek ponsel dan membuka i********:, mata gue melebar melihat foto yang diunggah oleh sekretarisnya Galih, foto wanita itu dengan Galih yang berdiri dibelakangnya dengan wajah tanpa ekspresi. Tapi yang membuat gue gerah adalah caption di foto itu.
Proyek berdua ke Surabaya. Semoga lancar ya kita. Gol gol.