Meet You

1114 Words
Ana mengganti pakaiannya diruang ganti, malam ini ia berencana ingin pulang lebih awal karena besok libur ana ingin beristirahat total. Seperti biasa ia akan berjalan kaki setengah berlari menyusuri jalan gelap saat tengah malam, terus memanjatkan doa dalam hati agar kejadian minggu lalu tak terulang.. Ana menghela nafas tak menemui apapun dalam lorong gang itu, ia menaiki lift menuju apartemen miliknya. Pintu lift terbuka betapa terkejutnya ana melihat seorang lelaki tergeletak dengan luka memar dan berdarah diwajah. Ana gemetar ketakutan, bayangan kematian ayahnya kembali muncul. Ia panik tak tahu harus berbuat apa. Tak kuat membopong tubuh kekar itu Ana menyeret tubuh pria tersebut kedalam apartemen miliknya. Ana mengunci pintu sambil mengintip melalui celah kecil keluar memastikan tak ada yang melihatnya. Ia mengambil air dingin dan membersihkan luka sang pria, tak lupa ia mengobatinya dengan lembut dan pelan... Tiba-tiba ana terdiam.. "astaga...." Ia buru-buru membereskan peralatan tadi dan langsung menuju kamarnya. **** Alex melajukan porche hitam miliknya membelah jalanan dikota tersebut, mencoba mengenyahkan pemikiran tentang Dimitru yang hidup kembali.. "shit.... Kau sudah mati!" Alex terus mengumpat hingga dering ponselnya berbunyi. "nikolai?" "......" "hmmm... Aku segera kesana. Jangan ikuti aku!" Tuutttt Alex yakin tak butuh pengawal, ia harus membereskan urusannya sendiri. Sesampai ditempat yang disebutkan nikolai, alex memegang pistol ditangannya. Sangat berhati-hati karena orang yang akan ia hadapi bukan orang sembarangan.. Alex menaiki lift hingga lantai teratas, lift terbuka dan ia disambut dengan bogem mentah diwajah kirinya. Pistol yang semula ia pegang terlempar jauh hingga ia kesulitan mengambilnya, ia menoleh kearah sang peninju yang memakai masker... Alex bangkit dan menghusap kasar darah dibibirnya sambil menyeringai "pengecut...." Ia melayangkan pukulan kearah peninju misterius tersebut, lagi-lagi perkelahian tiada henti menggemparkan isi apartemen tersebut. Tak ada yang berani menghentikan mereka, bahkan petugas keamanan pun berlari ketakutan. Mereka tak ingin berurusan dengan seorang Ivanovic.. Beberapa menit kemudian, alex masih memiliki banyak tenaga sementara lawan telah kehabisan nafas. Ia memberi sinyal kepada seseorang yang langsung datang memukul keras tengkuk alex hingga jatuh tersungkur, tak sadarkan diri.. . . . . Alex terbangun dengan rasa sakit dibagian wajah dan tengkuk, ia membuka matanya lebar-lebar menyesuaikan inderanya. Alex tak mengenali ruangan ini. Tiba-tiba seorang gadis cantik dengan gaun tidurnya menghampiri alex dengan membawa secangkir teh dan beberapa biskuit. "sudah baikan sir..?" tanya ana ragu Sambil duduk disamping alex "apa yang ku lakukan disini lady?" "semalam kau pingsan didepan lift, tenang saja tidak ada yang tau" Jadi ini apartemenya Alex menggumam dalam hati, gadis ini sangat membuat alex menggila. Hanya mengenakan gaun tidur lusuh seperti itu saja sudah membangunkan sisi liar seorang alexander. Ia mencoba menghilangkan perasaan itu, alex tak ingin menyakiti gadis mungil ini.. "aku harus pergi.. Terima kasih pertolongannya!" Alex pergi.. Meninggalkan ana yang mematung melihat kepergiannya. Pria itu memang aneh batin ana, ana tak dapat tidur semalam karena ia bertemu lagi dengan pangerannya, ana tak menyangka bertemu dalam kondisi seperti ini. Ana berfikir pria itu adalah seorang preman yang hobby nya hanya berkelahi, tapi sisi lain ana melihat kesakitan dan penderitaan dalam mata indah itu.. . . . . Ana kembali dengan kesibukan kuliahnya yang tak kunjung selesai, ia membawa beberapa buku yang baru saja ia pinjam. Langit cerah nan terik tak mengubur semangat ana berjalan kaki menuju keluar kampus.. Ia berhenti didepan gerbang dan melihat seorang pria tampan dengan kemeja yang sedikit terbuka dan dibagian tangan terlipat hingga kesiku duduk didepan kap mobil yang ana rasa itu miliknya. Ana menundukan kepalanya berusaha menyembunyikan wajahnya dari pria yang telah menghebohkan seisi kampus, ia tak ingin jadi bahan perhatian jika pria itu mengajak ana berbicara atau sekedar bertegur sapa. "hey lady!" Ana terdiam ditempatnya terlambat sudah untuk berlari karena langkah besar pria itu menghampirinya. Ana berbalik setengah menundukan kepala "ada apa sir?" "just Alex! Aku hanya ingin berterima kasih padamu.." "sama-sama Alex, aku harus pergi.." Alex menarik pergelangan tangan ana "maksudku... Berterima kasih karena kau telah membantu melepaskan buruankuuuu" Teriak alex, ana tak percaya kesombongan dan keangkuhan alex takkan pudar meski ia menyelamatkannya.. "aku telah menyelamatkan mu b******k!" Balas ana seolah tak terpedaya oleh seorang alexander.. "apa tadi katamu?" Alex memicingkan matanya, benar gadis ini sangat menggemaskan.. "oh.. Maafkan aku tuan Alexander Ivanovic yang terhormat, aku hampir saja tak mengenali seorang Ivanovic jika saja semua wanita disini tak berteriak namamu secara histeris" Alex tersenyum simpul dan sialnya senyum alex membuat jantung ana berdegub tak karuan, ana yakin semua wanita akan bertekuk lutut dihadapan alexander demi ketampanan dan juga kejayaan tentunya. "kau harus ditahan karena membantu meloloskan seorang pencuri nona Dengan menolongkuu!! Jika kau tidak memasukanku kedalam apartemen mu aku mungkin takkan kehilangannya" Separah itukah hukumannya, ana menolongnya bukan membantu seorang pencuri. Ana menyipitkan matanya menatap dalam alex tak suka "atau mungkin aku akan membiarkanmu mati didepan lift" Alex menghilangkan senyum dari bibir sexy nya... Ia kemudian menggotong ana seperti karung dan memasukkannya kedalam mobil seperti telenovela para gadis disana berteriak histeris yang tak dihiraukan oleh seorang alexander.. "kau mau bawa kemana aku b******k? Kau menjatuhkan semua buku-buku milikku kau seperi orang bar-bar." Ana mecoba memukul wajah tampan alex yang selalu dihalau oleh tangan kekar alex... "berhenti atau aku akan melaporkan mu kepolisi nona! Dan secara teknis aku tidak menjatuhkan bukumu tapi kau sendiri" "kau yang mengangkutku seperti mengangkut semen" "kau tidak memegangnya dengan kuat" balas alex tanpa menoleh kearah ana, ia terus melajukan mobilnya kearah mansion miliknya. Tak memperdulikan ocehan dan umpatan ana kepadanya... Pikirannya berkecamuk, gadis ini menarik... Ana tecengang melihat mansion alex, ia mengadah menatap bangunan rumah yang menjulang tinggi bergaya Victoria dengan pagar kokoh berwarna putih. Mansion ini 3 kali lipat lebih besar dari miliknya dulu. Ia kembali teringat akan kenangan bersama sang ayah, ana kembali merasakan sesak didadanya. Ana terbuai dalam lamunannya hingga tak sadar pria tinggi tadi telah membukakan pintu mobil untuknya. "kau mau disitu seharian nona?" Sungging alex, ana hanya mengerucutkan bibirnya. Ana keluar dari dalam mobil dan yang membuat ana terkejut disemua sudut bangunan ini terdapat beberapa orang penjaga dengan berbagai senapan mereka. Sebenarnya siapa pria ini? Bukankan ia hanya seorang pengusaha? Ana menggumam dalam hati, tentu ia harus selalu waspada. Pertama ia bertemu dengan alex sedang berurusan dengan dosennya, kedua ana menemukan alex yang sedang terkapar dengan luka memar dan sekarang ia malah mendapati mansion dengan pengawalan ketat. Ini semua tak masuk akal bagi nya, ana sadar ia hanya gadis biasa dengan paras yang cukup cantik, berurusan dengan seorang Ivanovic bukanlah hal tepat untuknya, pria ini memiliki seribu daya tarik sekaligus keangkuhan yang luar biasa. Ia melirik sekilas tubuh tinggi disampingnya, sampai didepan pintu yang dibukakan oleh para maid alex berhenti. "sampai saat ini aku belum mengetahui namamu nona?" Alex berbalik menatap ana dengan intens. "Anastasia.... Kau bisa memanggilku ana" Jawab ana datar "Anastasia apa?" Alex menyatukan kedua alisnya.. "Anastasia Romanova...." Alex terdiam, Sial......
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD