5

1721 Words
Selamat membaca...❤❤ ----------------------------------------- Semua siswa Vamwetch sudah berada diasrama masing-masing, setelah kejadian kepulangan yang mendadak dari daerah perkemahan para siswa sibuk membereskan barang dan membersihkan diri mereka masing-masing. "Ghi, apa yang kau lakukan tadi?" Kini ia harus menghadapi mira dan Insa yang sedang mengintrogasinya. "Aku hanya mencari tahu wajah orang tuaku, apasalahnya" Ghizeh sama sekali tidak bisa menceritakan kejadian yang sebenarnya, kedua teman yang ada didepannya ini sama sekali tidak mengetahui apa sebenarnya yang terjadi pada dirinya. "Tapi gak perlu seheboh dan panik itu kan??" "Mira... aku panik, okey?" Ghizey langsung merapikan tempat tidurnya seraya berbaring, ia harus menghindari pertanyaan pertanyaan temannya sebelum ia keceplosan dan menceritakan kejadian sebenarnya. Mira dan insa memberikan isyarat pada astrid, cecil dan syabil untuk tidak ikut bertanya. Tentu saja teman-temannya keheranan akan kehebohan yang diciptakan ghizey. Paginya ghizey mencoba menjalani harinya kembali, tapi kali ini dia harus mulai menjadi siswa vamwetch yang sebenarnya. Sulit baginya untuk menerima dan mencerna bahwa semua kejadian ini nyata, mengenai siapa dirinya, apa yang terjadi para orang tuanya dan apa yang akan terjadi padanya disini. Berhari-hari yang lalu ia masih menganggap ini semua mimpi dan akan kembali ke dunia manusia, tapi bukan mimpi namanya jika kita justru tidak pernah jatuh tertidur dan bangun dari mimpi itu. "Selamat pagi semua" "Selamat pagi bu Liley" jawab semua murid "Hari ini kita akan belajar mengenai pembuatan racun,  dan kali ini racun yang akan kalian pelajari adalah racun yang sangat mematikan, bahan dan juga penawar racun ini sangat sulit untuk didapatkan" Semua siswa sudah terkagum-kagum dan antusias dengan pelajaran mereka hari ini, jika selama ini mereka masih mempelajari racun yang sederhana atau ramuan obat yang bahannya mudah didapatkan. Kali ini mereka mempelajari racun dengan bahan dan penawar yang sulit didapatkan, belum lagi cara meraciknya. "Sebelum belajar meracik, kalian harus melihat reaksi racun ini" Para murid memperhatikan gerakan bu Liley dengan seksama, ia mengeluarkan sebuah tanaman yang di namakan "Hada", tumbuhan ini tidak pernah ditemukan didunia manusia. Batangnya memiliki diameter dan  duri yang lumayan besar dengan daun seperti daun lontar yang lebat. Tanaman itu dikenal sangat ampuh untuk dunia pengobagan para healer dalam mengatasi rasa sakit, Hada juga tidak akan mati jika tidak pernah disiram dengan air, ia bertahan hidup dengan udara disekitarnya selayak bernafas. Bu liley mengeluarkan sebuah botol kaca kecil darisakunya, botol itu hanya sebesar jari jempol orang dewasa. "Wuahoooooo" Para siswa sudah mulai terkagum kagum dan yakin botol itu berisi ramuan racun mematikan yang dimaksud. "Kalian tahu betapa hebatnya tumbuhan Hada ini, bahkan racun yang pernah kita buat sebelumnya bisa mematikannya kalian jika diminum, tapi tidak ketika disiramkan pada tanaman ini, jadi... ada yang mau membuktikannya sendiri jika dengan ramuan kali ini?" Ghizey hanya diam ditempat menunggu salah satu teman sekelasnya maju kedepan, bukannya ada yang menawarkan diri mereka justru memaksa seorang laki-laki gendut yang justru ketakutan untuk mencoba, mereka mendorong-dorong badan gemuk itu agar maju ke arah yang paling depan. Ghizey hanya memperhatikan dan jalan mendekati arah yang akan dilewati anak laki-laki gendut itu. Ia maju kedepannya seolah olah ingin ke suatu tempat namun ia mendorongkan bahunnya dan membuat laki-laki gendut itu terdorong ke belakang.  Brakkkkk Bukan laki-laki gendut itu yang terjatuh, melainkan orang dibelakangnya yang dari tadi membullynya. Ghizey memberikan lirikan mata pada laki-laki gendut yang kini tertawa sambil melihatnya untuk  memberanikan diri maju kedepan. "Baiklah... yang akan mencoba ramuan kita kali ini adalah Aju" Setelah mempersilahkan Aju untuk mencoba ramuan mematikan pada tumbuhan Hada, kini ramuan itu sudah berada pada tangan Laki-laki gendut itu. Semua siswa memperhatikan gerak gerik aju yang mulai membuka penutup botol kecil itu, cairan ramuan itu berwarna bening seolah olah hanya air biasa, perlahan air itu dituangkan sedikit ke tanaman Hada, mata para siswa seolah tidak bisa berkedip untuk menyaksikan apa yang terjadi pada tumbuhan itu. "Ah... tidak se membunuhkan yang aku kira" sahut salah satu siswa.  Aju meletakkan botol itu keatas meja dan kembali ke bangkunya. Bu Liley sudah senyum senyum seperti mengartikan sesuatu. "Bagaimana? Kalian merasa kecewa?" "Tidak sesuai ekspetasi bu" "Memang" Kemudian bu Liley menggenggam batang  pohon Hada yang berduri tajam itu, tangannya yang tidak tertusuk membuat siswa berubah keheranan lagi, ketika genggaman bu Liley semakin dikuatkan Hada hancur seketika, debu bertebaran dikeping-kepinganya. Isi batang tumbuhan hada sudah menjadi seperti serpihan kayu yang dibakar. Daunya juga rapuh saat disentuh. "Ini baru dasyattt! Woahh!!" Semua siswa sudah mengelilingi tanaman Hada yang mati itu. Sekarang siswa mulai mempelajari  ramuan mematikan itu, bukannya cara membuatnya yang mereka pelajari, mereka terlebih dahulu mempelajari ramuan penawarnya. "Mira" "Hmmm? Apa?" "Kalo diminum manusia, dan manusia immortal, reaksi racun ini seperti apa?" Mira yang mendengar pertanyaan ghizey  dan langsung menggelengkan kepala "Kenapa? Mau nyoba ngasih ke aku?" "Hahaha enggak lah penasaran doang" "Entahlah...aku juga gak tahu" DUARRRR Mira dan ghizey ikut terkejut seperti yang lain, saat mencari asal suara ledakan itu terlihat satu siswa perempuan yang poninya sudah berdiri dan teko tanah liat tempat ia membuat penawar sudah pecah, sepertinya ia salah memasukkan bahan. Bahan penawar ramuan mematikan ini sudah ditanam disekolah untuk bahan belajar, namun bahan utamanya tetaplah tidak ada karena sulit ditemukan. sedangkan untuk membuat ramuan mematikan itu mereka hanya diberitahu cara membuatnya, bahannya tidak disediakan dengan sengaja agar tidak ada orang yang berfikiran untuk mencelakai seseorang dengan ramuan itu. Ghizey sedang berjalan dengan Mira, ghizey ingin mengatakan sesuatu hal penting, karena sepertinya yang bisa ia percayai hanya Mira sekarang dan dia butuh bantuan atau saran mengenai hal ini. Mereka terus berjalan ke daerah yang sepi.  sesampainya dibawah pepohonan yang jauh dari area sekolah dan memperhatikan keadaan aman mereka memulai perbincangan. "Ada apasih ghi?" "Aku ingin memberitahumu sesuatu, sebentar" Ghizey seketika menghilang dan membuat Mira panik seketika, ia melihat sekeliling dan memanggil nama ghizey dengan pelan. Sesaat kemudian ghizey muncul dan membuat Mira terkejut. "Kamu darimana!?" Ghizey hanya diam dan menarik tangan seorang anak kecil yang berada dibelakangnya. "Astaga lucunya...." Mira langsung luluh dengan anak kecil buntet yang sedang berada disamping ghizey dan menggenggam tangan ghizey. Mira jongkok dan memandangi Pholi sambil mencubit pipinya gemas. Pholi hanya menatap mira keheranan. "Mom dia siapa?" "Mom?!" Mira memberikan tatapan terkejut pada ghizey setelah mendengarkan perkataan Pholi. "Kau sudah punya anak?!" Teriaknya. Ghizey yang panik dan langsung menutup mulut mira dengan cepat. "Aku belum menjelaskan, dia anak angkatku, dia phoenix" "Phoenix? Kenapa kau memberi namanya itu? Lalu bagaimana bisa dia jadi anak angkatmu?" Sebelum memulai ceritanya ghizey mengajak mira untuk duduk disebuah batu dan membebaskan pholi bermain kemanapun disekitar mereka. Ghizey mulai menceritakan apa yang ia alami saat perkemahan mencari guardian kemarin dan siapa pholi sebenarnya. Tentu saja Mira terkejut sama hal nya seperti Ghizey saat pertama kali melihat Pholi. "Lalu bagaimana kau menyimbunyikannya?" "Aku menggunakan sihir ruang" "Hah? Kau bisa menggunakannya?" "Entahlah, tapi itulah yang terjadi, dan pholi tidak bisa disana terus-terusan" "Lalu apa rencanamu?" "Aku menceritakan ini untuk meminta saranmu, pholi harus selalu dekat denganku namun bagaimana caranya?" Mereka berdua sedang memikirkan cara untuk menyembunyikan dan membuat pholi tidak perlu berada diruang istana putih milik Ghizey terua-terusan. "Regaz" "Apa?" Ghizey menatap mata Mira seakan bertanya maksudnya. "Kau tahu Paman Barner?" "Aa... salah satu guru kan?" "Yah...dia lebih dominan menjaga keamanan sekolah, rumahnya ada disudut barat Sekolah kita" "And...?" "Dia paman Regaz" Ghizey paham maksud Mira, mereka akan membujuk regaz untuk membuat Barner menerima Pholi tinggal dengannya. Mereka akan merahasiakan identitas pholi sebenarnya dan mengatakan pholi anak dari bibi ghizey yang baru saja meninggal sehingga ghizey akan merawatnya. Pholi juga diajarkan untuk memanggil ghizey denga sebutan baru yaitu kakak. "Mom... aku mau manggil mom pake mom, gak kakak" "Pholi mau kan keluar dari ruang istana putih, melihat dunia nyata terus-terusan?" Pholi hanya menjawab dengan anggukan polosnya. "Kalau gitu ikut kata mom yah...sekarang manggilnya kakak, kecuali kalo kita ngomong bedua atau didepan kak Mira aja, okey?" "Okey" Saat ghizey berdiri dari jongkoknya untuk menyesuaikan tingginya dengan pholi ia melihat ekspresi geli diwajah Mira. "Hahaha... aku ragu dan lebih yakin pholi memang anak kandungmu" "Hemm..... serah dahhh" Kini misi mereka adalah mencari Regaz, pholi menunggu ditempat mereka semula bersama Mira sedangkan Ghizey mencari mereka sendiri. Ghizey mencari regaz keberbagai kelas dan tempat nongkrong siswa lainnya. Sampai pada akhirnya ia menemukan Regaz dengan teman-temannya sedang duduk di pembatas koridor dan bersandar pada tiang koridor. Teman-temannya juga ikut melengkapi disana. "Hai Ghizey!!" Glen yang berada disana menyapa terlebih dahulu "Hai" "Sedang apa disini?" "Emm...aku mau bicara dengan regaz" Glen melirik regaz agar menjawab ghizey. "Ada apa?" "Aku perlu bicara, berdua" Sepertinya kata kata yang digunakan ghizey salah sampai membuat teman-temannya yang rusuh menggoda mereka. Regaz beranjak dan berjalan kesuatu tempat  begitu saja dan diikuti oleh ghizey. Mereka meninggalkan teman-teman regaz yang masih setia dengan siul-siulannya. Setelah regaz merasa cukup jauh ia berhenti namun ghizey terus berjalan dan menarik lengan baju regaz untuk terus mengikutinya. "Hei! Disini saja" "Baiklah aku butuh bantuanmu" "Apa?" Ghizey mulai menceritakan penjelasan yang sudah ia dan mira rencanakan tadi, dan permintaan untuk membujuk paman Barner mengasuh pholi. "Dimana adikmu itu?" "Ayo ikut" Mereka berdua berjalan menju tempat Mira dan Pholi menunggu. Sesampainya disana Regaz langsung melihat pholi yang gembul dan tersenyum sendiri. "Ini adikmu itu?" "Err.... iya....hehhe" "Yasudah ayo kita ke tempat paman barner" Tentu saja regaz tidak bisa menolak, jika anak kecil yang sebatang kara diterlantarkan begitu saja. Sekarang mereka berempat berjalan menuju daerah barat Vamwetch dengan pholi digendongan Ghizey. Tidak mungkin ghizey membiarkan pholi terlihat berjalan sendiri. "Wah... sudah lama kau tak berkunjung regaz" sahut paman barner "Dan kali ini kau membawa teman" sambil melirik ghizey pholi dan mira. "Aku membutuhkan bantuan paman" Regaz menarik paman barner untuk memasuki pintu dapur agar mereka bisa bicara berdua, sedangkan mereka yang ditinggal hanya duduk sambil berharap paman barner mau menerima pholi. "Jadi... adikmu ingin tinggal disini" sahut barner yang baru saja keluar dari tempat pembicaraan mereka tadi. "Maaf paman aku tidak tahu harus membuatnya dimana" "Ah... tidak masalah, lagian aku butuh teman juga disini" Pholi hanya diam ditempat, badannya sudah semakin tinggi sejak beberapa hari yang lalu, meski masih terlihat chubby dan bulat orang yang melihatnya akan merasa wajar ia pandai berbicara dan melakukan hal-hal lain. "Oh ya...ghizey aku dengar kau sudah mendapatkan kekuatanmu?" "Ah... iya paman" cengirnya canggung "Kekuatan bulan merah?" Sekarang ghizey merasa janggal jika seseorang mengatakan jenis kekuatannya itu, entah ia harus berbangga diri atau merasa bersalah karena membuat kembalinya hasrat si tanpa mahkota. "Aku juga belum tahu paman" "Hahaha....jika aku melihat saat kekuatanmu itu keluar aku pasti bisa memastikan apa itu bulan merah atau tidak" Ghizey hanya membalas perkataan paman barner dengan tawa. Tok tok tok Suata ketukan pintu menglihkan perhatian mereka semua. Paman berner langsung beranjak untuk membuka pintu. Profesor hendri datang dengan tampilan yang acak-acakan, nafasnya tersenggal mencoba mencari pasokan oksigen sebanyak mungkin di akibatkan kelelahan berlari. "Ada apa hendry?" "Asrama putra diserang, dan salah satu siswa hilang" Bukan hanya paman barner yang terkejut dan panik, ghizey dan yang lain juga ikut terperanjat dari duduknya. "Siapa yang menyerang?" "Belum diketahui" "Yang hilang?" "Namanya Okta" "Apa!?" Potong ghizey.  Regaz, mira dan ghizey beranjak keluar dan berlari keasrama laki-laki untuk melihat apa yang terjadi. Saesampainya disana keaadaan sudah sangat ramai dan tidak ada yang boleh masuk. Para profesor dan guru lainnya saling berbincang satu sama lain. "Apa yang terjadi?" Gumam ghizey ------------------- ~Jangaj Lupa Follow Author nya yah ❤️~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD