6

1511 Words
"Apa yang terjadi?" Gumam Ghizey Mereka bertiga saling terdiam mengamati kekacauan yang terjadi. Beberapa siswa baru Vamwetch yang masih berusia anak-anak menangis dan meminta dipulangkan. Lain halnya dengan teman-teman okta, mereka merasa sangat tertarik untuk memecahkan kasus ini. "Kemana siswa yang hilang?" "Tidak ada yang tahu, tapi ada hal yang menjanggal di kamar anak itu" ucap para guru Ghizey menguping pembicaraan mereka, ia penasaran hal mengganjal apa yang dimaksudkan oleh para guru itu. "Regaz, apa kau bisa masuk kesana?" "Maksudmu kamar Okta?" "Iya" "Jika mengendap-ngendap mungkin bisa" "Ayo kita lihat" sahut ghizey "Ghi, jangan... kita gak boleh melanggar perintah para prof dan guru lainnya. Kamar mereka sudah disegel mantra sekarang" Ghizeh menatap mira dan bembenarkan ucapannya. Seharusnya mereka tidak ikut campur pada hal sebesar ini. Ia menghela nafas dan berbalik untuk pergi meninggalkan lokasi. "Hai glen" sapanya pada Glen yang muncul dihadapannya. "Hai ghizey, astaga aku tak percaya kamarku disegel" "Kamar mu disegel?" "Iya, aku sekamar dengan Okta" "Benarkah? Kau tahu apa yang sebenarnya terjadi?" "Profesor saja tidak tahu, apalagi muridnya ghi" Ghizey mengangguk anggukan kepalanya. "Tapi anehnya Ditempat tidur Okta ada sisir emas, dengan permata merah... memang tidak terlihat mengerikan tapi sejak kapan laki-laki punya sisir, ya kan? Hahaha" lanjut Glen Ghizey langsung menatap glen tak percaya. "Sisir emas dengan permata merah?" "Iya, sisirnya terlihat seperti sisir hiasan rambut seorang ratu saja" Ghizey memang menyadari ciri-cirinya yang sama dengan sisir yang membawanya kedunia mistis ini. Sisirnya layaknya pengganti makhkota yang diselipkan disanggul seorang anggota kerajaan. "Kau tahu dimana sisir itu?" Lanjut ghizey "Entahlah, tapi sampai sekarang tidak ada yang berani menyentuhnya. Para guru menunggu prof Ezalgan kembali dari Munhana untuk menanyakan pendapatnya" "Katanya para profesor yang lain merasakan keanehan disisir itu" lanjut Glen berbisik Jika belum ada yang mau menyentuh sisir itu dan menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi, berarti kemungkinan besar sisir itu masih ada dikamar okta dan glen. "Mir...aa" Ghizey melihat mira sudah tidak ada disampingnya ketika ia hendak berbicara dengannya, lalu tatapannya menuju sejoli yang sedang berjalan berdua yang belum jauh darinya. "Baru sebentar doang lagi-lagi glen nginjak gas" gumam ghizey. Kini ia berjalan menuju asramanya, sesampai dikamar ia duduk dan memikirkan cara untuk menuju kamar Okta. Ia memang tidak tahu letak kamarnya dimana tapi sekarang hanya kamar itu yang diberikan segel sehingga akan langsung diketahui. Akhirnya ghizey memutuskan menunggu waktu makan malam untuk mengendap kesana. Saat makan malam semua siswa akan kumpul di aula malam ini. "Kau tidak makan?" Tanya Astrid pada ghizey "Aku makan kok, aku ingin duduk sebentar nanti menyusul" "Oke jangan terlambat yah semua siswa makan malam diaula malam ini" lanjut cecil. Ghizey mengangguk sambil tersenyum, ia menunggu semua teman sekamarnya pergi lebih dahulu. "Oh iya... dimana Mira?" Tanya syabil yang baru saja hendak keluar dari pintu "Hahaha, dia baru saja kencan tadi sore... pasti mereka menuju aula sama-sama" "Kencan?! Dengan siapa?"  "Eits...jangan serang aku, lebih baik nanti kisa serang dia bersama-sama" lanjut ghizey sambil tertawa "Okey, anak itu astaga...." Syabil sudah keluar menyusul teman-temannya yang lain. Selang beberapa saat Ghizey beranjak menuruni tempat tidurnya dan mengintip dari pintu apakah mereka sudah jauh. Ia mengambil jubahnya dan segera keluar, dikarenakan masih banyak siswa yang baru keluar asrama ia pura-pura mengikuti jalan kearah aula. Jalannya begitu perlahan, sampai saat sudah terlihat sepi dan aman ia langsung terbang sedikit agar tidak menimbulkan suara dan berbalik arah menuju ke asrama laki-laki.  Ghizey mengendap-endap dibalik bangunan sepanjang menuju ke asrama, ia sudah memasang tudung penutup kepalanya untuk menutupi wajahnya jika ketahuan. Ia terus mengintip memastikan keadaan aman saat ia masuk nanti. Jalanan sudah kosong akhirnya ghizey melanjutkan langkahnya memasuki pintu utama asrama. Ia kembali memastikan kebelakang bahwa tidak ada yang melihat dirinya. Ghizey mulai melancarkan langkahnya menyusuri asrama laki-laki, bentukya tidak jauh berbeda dengan asrama perempuan. Hanya saja asrama laki-laki terlihat lebih kelam dibanding asrama perempuan. "Pastikan tidak ada yang memasuki kamar itu" Ghizey mendengar suara laki-laki yang sangat berat dari lorong sebelah kanan. Karena panik ia segera memasuki kamar terdekat untuk bersembunyi. "Profesor Ezalgan sudah pulang, setelah makan malam beliau akan langsung melihat ke kamar itu"  Ghizey menguping pembicaraan para guru yang lewat dari balik pintu. "Siapa kau?" Suara seorang laki-laki menggema ditempat ghizey berada, karena tak kunjung menjawab sebuah tangan kini mendarat dipundaknya. Ghizey menyentuh tangan asing itu dan menendang sipemilik tangan sampai terpental mundur beberapa langkah. Ghizey menundukkan kepalanya agar wajahnya tidak terlihat dan tertutup oleh tudungnya.  Tangannya sudah meraih gagang pintu namun disusul kembali oleh tangan asing tadi.  "Siapa kau?!" Sahut laki-laki itu kembali. Laki-laki itu menyadari orang yang memasuki kamarnya seorang perempuan, ia melihat rambut panjang yang terurai kedepan keluar dari wajah yang tertutup tudung itu, itulah sebabnya ia tidak melancarkan serangan kembali. Ghizey menyadari suara yang dari tadi menanyakan identitasnya seperti suara yang ia kenal. Ia membalikkan dirinya sambil menunduk, laki-laki itu berada sangat dekat dengannya seolah mengunci agar ia tidak bisa kemana-mana.  Ghizey mendongakkan kepalanya dan membuka tudungnya. Mata mereka saling terkunci, laki-laki itu adalah Regaz dan jarak mereka sekarang sangatlah dekat. "Huh... aku kira kau orang lain" lanjut ghizey "Sedang apa kau disini?" Tanya Regaz "Bukan urusanmu" "Kau memasuki kamarku" Ghizey menatap mata regaz, selang beberapa detik telunjukkan ia daratkan didahi regaz dan mendorongnga perlahan agar menjauh.  "Kau terlalu dekat" sahut ghizey. Regaz memang lupa dengan posisinya yang mengunci pergerakan ghizey. "Aku tanya sekali lagi, ngapain kau disini atau aku akan melapor pada guru" "Astaga kau seperti anak kecil yang main ngadu ke guru" "Hei, ini tergantung alasanmu berada disini, jangan bilang kau mau mengintip" lanjut regaz Mata ghizey membelalak tidak percaya dengan tuduhan yang dilemparkan pada dirinya. "Eh eh eh...tuduhanmu itu, aku kesisi cuman... aku mau melihat kamar okta" "Kenapa?" "Aku mendengar ada sisir disana" "Oo...sisir itu" "Iya" "Kau ingin mengambilnya?" Ghizey menjawab pertanyaan regaz dengan menganggukkan kepala.  "Jangan macam-macam, itu sisir milik orang yang menculik Okta" "Jika benar, maka orang itu ada didepanmu" "Hah?" Jawab Regaz bingung Ghizey menggelengkan kepalanya dan beranjak membuka pintu, ia kembali memasang tudungnya dan mengintip kesegala arah untuk keluar. Setelah memastikan keadaan aman ia melangkah kearah lorong tempat guru-guru tadi berasal dan diikuti oleh Regaz. "Jadi maksudmu sisir itu milikmu?" Tanya regaz "Iya, itu sisirku yang hilang" "Hey jangan bercanda, apa kau yang menyulik okta?, lagi pula sejak kapan siswa punya barang aneh dengan aura seperti itu" lanjut regaz Ghizey menghentikan langkahnya dan melihat regaz dengan tatapan malas. "Itu sisirku, kau tidak akan percaya pada kisahku jika aku menceritakannya, sisir itu hilang begitu saja saat aku tiba disini dan sekarang aku mendengar keberadaannya dan aku harus mencarinya" Ghizey melanjutkan langkahnya namun tangannya ditahan oleh Regaz. "Kau harus menceritakannya padaku, karena ini menyangkut keselamatan sekolah. Aku tidak bisa melepas orang sepertimu begitu saja, apalagi belakangan ini kau terlihat aneh" "Aneh?" Beo Ghizey "Kekuatanmu tiba-tiba muncul dan sialnya aku percaya itu bulan merah padahal sebelumnya tak punya kekuatan, kemudian kau yang dikenal pendiam sekarang banyak bicara dan berani menyolot padaku, bahkan memasuki asrama laki-laki" jelasnya Ghizey kewalahan dan tidak ingin waktunya habis untuk menceritakan kisahnya yang belum tentu langsung dipercayai. "Kalau kau ragu, kau bisa ikut denganku untuk mengambil sisir itu karena aku takut jam makan malam akan segera berakhir. Jika sudah selesai mengambilnya aku akan menceritakan semuanya padamu tanpa terkecuali"  Regaz memikirkan apakah ada rencana lain yang ada dipikiran ghizey saat ini. "Baiklah" Regaz menyetujui ghizey dan sekarang mereka menuju kamar okta. Saat tiba didepan kamar mereka menatap adanya mantra pelindung yang menyelimuti kamar itu agar tidak ada yang bisa masuk. "Mantra ini dibuat oleh Hendri" "Aku tahu" jawab ghizey "Aku bisa membukanya tanpa diketahui" lanjut regaz Ghizey tidak mengubris sama sekali dan meletakkan tangannya pada perisai yang menutupi kamar okta. Perlahan perisai itu terbuka sebesar sebuah pintu. Regaz menatap ghizey yang lagi-lagi mengeluarkan kekuatannya. Ghizey yang menyadari tatapan regaz hanya mengangkat kedua bahunya. "Ladies first" sahut ghizey mempersilahkan regaz lebih dahulu masuk. Regaz memasang wajah kesalnya dan masuk disusul oleh ghizey, setelah tangannya lepas dari dinding pelindung, perisai jtu tertutup kembali. "Itu sisirnya" tunjuk regaz Ghizey menatap sisir yang selama ini tidak ia ketahui keberadaannya dan sekarang terletak diatas tempat tidur temanya yang telah hilang. Ia berjalan mendekati sisir itu dengan tatapan Regaz yang terus memperhatikannya. "Kau yakin ini sisirmu?" "Aku lebih yakin setelah melihatnya langsung sekarang" Regaz sangat khawatir ketika tangan ghizey sudah ingi menyentuh sisir itu. Ia takut sesuatu yang tak diinginkan terjadi. Huntungnya saat sisir itu sudah berada pada genggaman ghizey tidak ada hal mengerikan yang terjadi. Ghizey mentap regaz yang menghela nafas, sangat kelihatan perasaan lega pada laki-laki tampan itu. "Lihat? Tidak terjadi apa-apa" sahut ghizey sambil membuka tudungnya dan memasang sisir itu dirambutnya yang disanggul setengah. "Kita harus pergisekarang" jawab regaz Ghizey mengangguk dan mengikuti regaz menuju pintu. "Sisir itu memiliki aura yang aneh profesor, itu sebabnya kami menunggu anda untuk melihatnya terlebih dahulu" Suara percakapan dari luar terdengar oleh regaz dan ghizey, mereka saling memberikan pandangan terkejut dan panik. "Apa yang akan kita lakukan? Mereka mendekat" tanya ghizey panik Regaz memperhatikan seluruh ruangan dan melihat sebuah jendela.  "Jendela itu, kita keluar dari sana" jawabnya Regaz menarik tangan ghizey menuju jendela, ia membuka mantra pelindung seperti yang ghizey lakukan tadi, mereka melompat bersama-sama. Byurrrr Regaz dan ghizey berakhir nyebur kedalam danau, mereka terbang sedikit saat baru melompat dan berakhir didanau yang tidak terlalu jauh. Jika mereka terus terbang maka akan ada orang lain yang melihatnya. "Astaga hampir saja ketahuan...hahha" ghizey tertawa dengan dirinya yang terus berenang agar tidak tenggelam. Regaz ikut tertawa melihat ghizey dan dirinya yang berakhir disebuah danau. Mereka berusaha berenang ketepian, namun tiba-tiba ghizey yang berenang dibelakang terdiam sasat merasakan sisir emasnya mengeluarkan cahaya merah lagi. "Regazzz!!" Teriaknya Regaz langsung membalikkan badannya dan melihat sisir yang berada dirambut ghizey mengeluarkan cahaya merah dari permatanya, air di sekeliling ghizey perlahan membentuk pusaran yang memakan ghizey perlahan. Regaz mengejar ghizey dan menarik tangannya, bukannya berhasil menarik ghizey ia perlahan ikut terseret dengan ghizey yang sudah tenggelam. -------------------------------------------------- Follow Author nya yah~❤
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD