tamu dan tetangga yang datang melayat satu persatu telah pulang kerumah masing masing. kini hanya tinggal keluarga inti saja yang masih berada dirumah mas angga.
keluarga mbak fitri yang datang dari kampung pun juga sebagian sudah pulang. menyisakan kedua orang tua mbak fitri dan juga adik perempuanya.
nuri yang belum paham dengan kondisi ini melihat kami satu persatu yang rata rata masih sembab dengan air mata. bocah itu bertanya, kenapa kami semua menangis. tentu saja kami bingung menjawabnya. dia dari tadi juga menanyakan kenapa bundanya tidur dan diam saja saat dia panggil. kami yang menyaksikan hanya bisa menangis pilu melihat adegan itu. tetapi kami merasa bersyukur sekali, sewaktu di pemakaman, nuri tak banyak bertanya. dia hanya diam saja dengan mata penuh tanya dan terus menatap ke gundukan tanah yang menimbun jasad ibundanya. entah apa yang dipikirkan oleh gadis kecil itu, dia sangat tegar diusianya yang masih amat kecil ini. yang dialaminya saat ini melebihi cobaan ku saat Tuhan mengambil mas putra .
kami semua hanya bisa diam membisu. terlebih mas angga, yang tak mau keluar kamar setelah pemakaman selesai. memang sedari jenasah mbak fitri tiba sampai pemakaman tadi, mas angga terlihat sangat tegar hanya wajahnya saja yang memerah. mungkin karena menahan tangis, tapi tak ada setitik air mata pun yang tumpah di pipinya. namun setelah pemakaman usai, dia langsung mengurung diri dikamar, sedang kami, keluarga inti yang masih tersisa berkumpul diruang keluarga dan ruang tamu.
karena nuri jarang sekali bertemu dengan kakek nenek serta tante nya dari pihak ibunya yang datang dari kampung, dia tak mau sedikit pun bersama mereka. anak itu bahkan tak mau digendong neneknya. nuri memang anak yang selektif, dia gak bakal mau kalau bersama orang asing.
tadi sempat terdengar obrolan mamah lastri dan ibu mbak fitri mengenai nuri. mereka siap untuk mengasuh anak itu jika nuri mau dan diperbolehkan oleh ayahnya.
bu lastri hanya bisa menjawab, 'nunggu keputusan angga dan nuri saja bu, saya pun siap memberikan kasih sayang yang seharusnya nuri peroleh dari ibunya' kata ju lastri. dan bu lastri berharap bahwa besannya itu menunggu waktu yang tepat untuk mengutarakan maksudnya itu kepada angga. sepertinya anak sulungnya itu sekarang sedang sangat bersedih, dia bisa tegar dihadapan banyak orang. nyatanya sesungguhnya dia amat rapuh. terbukti sedari tadi angga tak jua keluar dari kamar. pasti dia sedang menenangkan diri. jawaban mamah tadi sangat bijak menurutku. mamah juga menyuruh besannya itu untuk melakukan pendekatan terhadap cucunya beberapa hari ini. mamah menyuruhnya tinggal dirumah angga untuksementara waktu.
jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam, mas angga tak kunjung keluar dari kamar juga. kami semua merasa khawatir, apalagi mamah. sudah berkali kali mamah mengetuk pintu kamar mas angga, tapi tak juga dibukakan oleh mas angga. hingga pada pukul sepuluh malam tepat, nuri yang menangis mencari ayahnya mengetuk pintu kayu itu. dan tak berapa lama dibuka kan juga oleh mas angga. kami semua merasa lega, akhirnya mas angga mau membuka pintu kamar juga. walau dengan muka sembab dan mata bengkak. itu pemandangan pertama yang kami lihat.
mas angga megambil anaknya dari gendongan ku. nuri langsung diam saat ayahnya mendekap tubuh mungilnya itu. kemudian mas angga membawa nya masuk kekamar lagi. tak lama bulastri mengikuti langkah keduanya dan menutup pintu.
entah apa yang dibicarakan ibu dan anak itu didalam sana. tapi kami semua akhirnya bubar dari depan kamar mas angga. aku berniat mau pulang kerumah, membereskan barang serta baju kotor yang sudah tiga hari ini menumpuk karena aku menginap disini.
aku bilang pada bapak mertuaku kalau mau pamit pulang, tapi beliau bilang tunggu bu lastri keluar kamar dulu. yaudah aku menurut saja, walau badan ku sudah lelah dan mata pun mengantuk. aku pun menunggu ibu mertuaku itu didepan kamar mas angga. sembari menenteng tas besar, aku duduk disofa yang berada tepat di depan kamar utama itu.
mungkin sudah sekitar tiga puluh menit menunggu disana, akhirnya bu lastri keluar juga. sendiri, tanpa nuri. dia melihatku yang sudah berkemas.
" loh yu. mau kemana " tanya bu lastri.
" ayu mau pulang ya maa" ucap ku.
" udah malem yu, apa diantar bapak aja " kata bu lastri.
bu lastri tentu memahami bahwa ayu juga pasti lelah selama disini, apalagi cucunya nuri selalu menemplok padanya. dan tak jarang meminta gendong juga, sehingga dia tak mencegah saat ayu ingin pamit pulang.
" nggak usah mah, dekat juga kan. lagian masih rame kok ma jam segini " ucap ayu.
" yaudah yu biar gak terlalu malam pulang sekarang aja ya. ayok mama antar kedepan" kata bu lastri.
aku menyalami bapak dan mertua mas angga tak kulihat adik mbak fitri disana. mungkin dia sudah tidur.
" nuri gimana ma " sambil jalan kedepan aku mengobrol dengan mama
" tidur dia tadi, dipeluk ayahnya. mama kasian sekali yu sama anak itu " mama udah kembali ingin menangis aku langsung menenangkan beliau
" iya mah kasian. tapi mama juga jangan terlalu bersedih begitu. ingat kesehatan mama juga. nanti nuri sama mas angga gimana kalau mama sakit" ucap ayu.
bu lastri menyeka air mata yang tadi sudah sempat pecah. kemudian dia mengangguk.
" yaudah maa ayu pulang dulu ya, insya Allah besok pulang kerja ayu mampir kesini " kata ayu.
" iya yu. hati hati dijalan ya.." kata bu lastri.
ayu mengangguk, lantas masuk kedalam mobil. kemudian mobil itu perlahan keluar dari pekarangan rumah mas angga.