Jealous

1003 Words
Setibanya dihotel, dengan segera Tania kembali membereskan barang yang masih tertinggal disana. Dan kali ini Randy turut membantunya. Setelahnya, Tania mulai menelpon seseorang. Saling berbincang cukup lama dan terbahak karena suatu hal. Randy yang melihatnya pun mulai curiga. Dan menerka-nerka jika Tania tengah berbicara dengan mantan kekasihnya. Sebab raut wajahnya begitu sumringah. Hal itu membuat hati Randy terasa sakit saat ini, sebab Tania masih bisa berbahagia dengan lelaki itu, sedangkan dirinya tak sekali pun dapat menghubungi Syakilla. Sejak mereka saling berpisah berbulan-bulan yang lalu. "Tan, makan diluar aja ya gue udah laper," ajak Randy dengan tatapan yang sinis. "Iya Ran. Tapi lo duluan aja deh gak apa-apa," jawab Tania yang masih sibuk dengan ponselnya. "Kenapa gak mau bareng? Lo udah janjian ya sama cowok lo di hotel ini? Karena semalam kita gak.." belum sempat Randy melanjutkan kata-katanya, Tania membungkamnya dengan satu tangannya dengan kedua mata yang membulat. "Lo bisa gak sih sehari aja gak ngeselin! Baru aja gue hampir anggap lo seorang laki-laki yang baik juga bertanggung jawab dengan setiap kesalahannya! Udah bikes lagi aja!" maki Tania. Dengan kasar Randy membuka bungkaman Tania. "Gue gak butuh anggapan baik dari lo! Dan satu lagi, kalau lo emang gak kepengin ketemuan sama cowok terus lo mau ngapain hah?" Sungguh d**a Tania semakin terasa sesak sebab Randy yang terus saja menuduhnya yang tidak-tidak. "Ya Allah bener-bener ya ni manusia! Lo gak lihat sekarang jam berapa? Udah masuk Dzuhur! Emang ya orang kafir kayak lo gak bakalan hapal waktu-waktu solat!" "Enak aja lo bilang gue kafir! Gue emang belum liat jam. Dan gerak-gerik lo tuh yang terlalu mencurigakan, pake acara telponan dulu segala!" tekan Randy. "Hello... Raaan! Gue telponan itu sama Jennifer ya buka sama cowok! Nih liat siapa nama terakhir yang gue hubungi! Terserah deh lo mau ngomong apa juga! Udah capek gue ngadepin lo!" Pungkas Tania seraya meninggalkan Randy begitu saja. Tak perduli dengan sikap kekanak-kanakan Randy yang memang sungguh menyebalkan siang ini. 'Ya bisa aja kan lo ganti nama cowok itu dengan namanya si Jenni! Dasar cewek kecentilan!' umpat Randy dalam hati. Sebelum pergi makan, Randy diam-diam membuntuti Tania kekamar dan ingin memastikan apa yang sebenarnya tengah Tania lakukan saat ini. Namun ternyata benar, Tania baru saja mengenakan mukenanya dan hendak melaksanakan solat. Hal itu membuat Randy mulai merasa malu dan dengan segera pergi ke restoran untuk menutupi rasa malu pada dirinya. Saat memakan setiap suapan makan spaghetti pesanannya selalu saja membuat Randy teringat setiap kata-kata kasarnya kepada Tania. "Hadeeeuh kenapa gue jadi sering ngerasa bersalah gitu sih sama tu cewek!" umpat Randy yang mulai merasa begitu kesal. Hingga ia tak sanggup untuk menyuapnya lagi. Akhirnya Randy memilih untuk meninggalkan spaghettinya dan membungkus dua porsi makan siang yang lain untuk ia bawa pulang. Sebab sudah pasti Tania sedang kelaparan saat ini. Dan sudah tak ada bahan makanan yang tersisa di pantry sebab hotel itu hanya menyediakan menu sarapan. Dengan laju yang cukup kencang Randy mengemudikan mobilnya hingga tak berselang lama ia tiba dihotelnya. Kini Tania menelponnya namun dengan sengaja Randy tak ingin mengangkatnya. Sebab sudah pasti saat ini Tania sedang kebingungan mencari bahan makanan yang sama sekali tak tersisa. Dengan langkah pelan Randy menuju pantry. Benar saja, saat ini Tania tengah telihat kebingungan seraya memegangi perutnya. "Tega banget sih lo Ran jadi suami! Walaupun cuma sandiwara kan tetep aja gue istri lo! Udah gue bilang gue gak pernah hubungin tuh laki-laki lagi! Masih aja lo curigain gue! Dasar jahat, egois congkak! Hiks..hiks.." umpat Tania seraya terisak. Randy yang mendengarnya pun hanya mampu menahan tawanya dan tengah tersenyum geli. "Jahat, egois, congkak, terus apa lagi? Keras kepala? Nyebelin?" ucap Randy secara tiba-tiba. Yang membuat Tania terjingkat hingga ia yang tengah berjongkok keningnya terbentur meja pantry hinga sedikit memar. "Sssh aww sakiiit.." erang Tania. "Sejak kapan lo ada disana?" lanjutnya lagi seraya mengusap-usap keningnya menggunakan rambutnya. "Udah lama! Nih makan siang buat lo! Makan sana lo! Udah laper kan lo pasti!" jawab Randy seraya mengambil sebungkus makan siang miliknya lalu pergi keruang tamu. "Iiiiiiiih tuh manusia es bener-bener ya! Awas aja lo kalo ada butuhnya sama gue!" umpat Tania seraya berjalan mengambil makan siangnya. Tania memilih untuk memakan makan siangnya di pantry sebab ia tak ingin lagi berhadapan dengan Randy. Namun sayang, kini Randy yang menghampirinya sebab ia lupa mengambil segelas air mineral. Randy letakan dihadapan Tania tanpa permisi dan sungguh Tania ingin sekali membuangnya saat ini juga. Namun bagaimana pun juga, Randy yang telah membelikan makan siang untuknya. Dengan santainya Randy menduduki kursi kosong dihadapan Tania dan kembali melanjutkan makan siangnya. Tania yang mulai merasa muak pun memilih untuk bangkit dan mencari tempat lain. Namun Randy lebih dulu mencegahnya dengan meraih satu lengan Tania. "Lo apa-apaan sih Ran! Ngapain lo tahan gue lagi? Mau hina-hina gue lagi?!" tanya Tania dengan airmata yang mulai mengalir dari kedua bola matanya. Randy tak menjawabnya dan kini ia hanya mendudukan Tania kembali di kursinya. Dengan perlahan Randy menyibakan poni Tania, seraya meringis bagai orang yang menahan sakit. "Gue minta maaf. Gara-gara gue lo jadi luka begini. Lo abisin dulu makan siang lo. Abis ini biar gue obatin luka lo itu," Tania tak menjawabnya dan kini mulai kembali memakan makan siangnya. Randy yang sudah lebih dulu menghabiskan makan siangnya kini menunggu Tania hingga makanannya habis. Namun setelah habis Tania segera beranjak dan hendak pergi dari hadapan Randy. Namun lagi-lagi Randy kembali mencegahnya. "Ran please gue udah capek ribut sama lo!" ucap Tania penuh penekanan. "Gue sedikit pun gak ngajak lo ribut Tan! Gue cuma kepengin ngobatin luka lo gak lebih!" jawab Randy yang mulai emosi. "Gue gak butuh bantuan lo. Gue bisa kok ngobatin luka gue sendiri!" jawab Tania. "lo gak usah geer! Gue mau ngobatin lo hanya semata-mata gue gak ingin luka lo itu jadi alasan buat mereka kembali menyalahkan gue! So please, gak usah bantah dan banyak bicara!" paksa Randy dan Tania tak ingin lagi membantah atau pun berdebat lebih lama lagi dengan Randy. Sebab mau seperti apapun ia mencoba untuk menolaknya, Randy akan tetap berusaha keras untuk mengobatinya. Begitulah sikap seorang Randy apapun kehendaknya harus selalu dijalankan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD