Setelah sunyi beberapa saat, Pak Deri mulai angkat bicara. Dengan penuh keyakinan yang pasti, Pak Deri mulai mengumumkan jika mereka akan segera melaksanakan pertunangan antara Randy juga Tania. Meski Pak Deri yang sebenarnya sudah dapat membaca dari kedua raut wajah yang begitu tak bersahabat dari Randy juga Tania, yang sebenarnya akan menolak perjodohan diantara mereka.
"Okkay, kita tak perlu menunggu lama lagi ya. Sebenarnya maksud dan tujuan kami mengadakan makan malam besar diantara dua keluarga kita ini. Karena kami ingin melakukan perjodohan diantara putra tunggal kami Randy, dengan Tania putri bungsu dari Bapak Bimo dan Ibu Andrea," jelas Daddy Randy yang sungguh menyesakkan d**a Tania juga Randy.
"No!" bantah Randy dan Tania bersamaan, hingga semua mata tertuju kepada keduanya.
Daddy Randy kini mulai menggenggam erat pergelangan Randy seraya menatapnya tajam.
"Semalam kamu sudah berjanji pada Daddy untuk bersedia melakukan apapun asalkan kami memaafkan kamu!" desis Daddy Randy dengan mata yang merah.
Begitupun dengan Papa dari Tania yang Kini merangkulnya yang juga menatap Tania dengan begitu intens.
"Papa masih ingat dengan janjimu yang mengatakan bahwa kamu akan menuruti semua yang Papa perintahkan sama kamu kan? So, just prove it now!" desis Papa Tania tepat ditelinga Tania.
Randy dan Tania pun kembali terdiam dengan pikiran yang tak karuan dikepala mereka masing-masing. Karena apa yang begitu mereka takutkan, kini telah terjadi. Bahkan sudah tak akan mungkin lagi mereka mampu membantah perintah keduanya. Karena memang semua ini terjadi disebabkan oleh kebodohan mereka sendiri. Kini mereka semua bersulang disertai tawa bahagia yang begitu renyah terdengar.
Sedangkan hati Tania juga Randy kini tengah hancur berkeping-keping sebab sudah tak ada lagi harapan kenahagiaan bagi mereka. Airmata Tania yang sejak tadi berusaha ia bendung pun kini menganak sungai dipipi mulusnya. Namun ia tetap berusaha untuk menahannya juga menyekanya berkali-kali. Randy yang mengetahuinya merasa semakin tak karuan, sebab ia tak bisa membayangkan seperti apa rumitnya bahtera rumah tangga yang nantinya akan mereka bina bersama hingga maut memisahkan mereka.
Orangtua mereka pun mulai menentukan tanggal pertunangan Tania dan Randy yang akan segela dilangsungkan minggu depan. Lagi-lagi, Tania dan Randy hanya bisa menuruti kemauan mereka dan menelan setiap keputusan mereka bulat-bulat. Hingga Renata yang mulai memahami jika Tania sedang merasa begitu tertekan, kini mengajak Tania untuk pulang lebih dulu bersamanya juga Tristan. Randy pun mengikutinya dan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang tinggi. Entah ia ingin menuju kemana.
Selama berkendara , Tania tak sedikitpun berbicara. Ia masih saja menangis sesenggukan seraya memandangi jalanan yang ramai. Bahkan beberapa kali Renata dan Tristan yang berusaha mengajaknya berinteraksi tak sekali pun ia hiraukan. Setibanya dirumah, Tania dengan segera berlarian menuju mobilnya dan segera mengemudikannya dengan kecepatan yang juga tinggi. Sebab memang ia yang tak mau jika kedua orangtuanya sudah lebih dulu tiba dirumah. Teriakkan Tristan juga Renata tak sedikit pun Tania hiraukan. Tangis Tania pun semakin pecah dikala ia teringat betapa menyedihkannya dirinya saat ini.
Kriiiiing..kriiing..kriiing..kriiing..
Sebuah telpon dari Mama Tania baru saja masuk ke ponselnya. Tania hentikan laju mobilnya secara tiba-tiba ditengah jalan hingga beberapa mobil dibelakangnya mengklakson dirinya begitu keras. Dengan segera ia menepikan mobilnya dan memgirimkan sebuah pesan kepada sang Mama. Lalu segera ia non aktifkan ponselnya. Sebab tak ingin sedikit pun ia berinteraksi dengan siapa pun saat ini.
'Tania janji akan menerima perjodohan ini Ma. Tania janji akan bersedia bertunangan dan menikah dengan Randy. Tapi Tania mohon, untuk kali ini saja beri Tania waktu. Beri Tania kebebasan untuk dapat merasakan kehidupan Tania. Karena setelah ini, tak akan lagi Tania rasakan kebahagiaan ini. Tania telah hancur Ma. Semua mimpi Tania telah hilang berantakan. Dan hanya akan ada luka yang kan slalu tercipta.' tulis Tania dalam pesannya. Dan kini dengan segera Tania kembali mengemudikan mobilnya menuju suatu tempat.
***
Randy baru saja tiba diapartemennya. Dengan cepat ia berlarian menaiki lift dan menuju ke roof top. Tempat paling nyaman bagi Randy untuk melepas penat juga membuang setiap masalah dalam hidupnya. Randy berjalan dengan pelan menuju sudut bangunan dan duduk dengan kaki yang menggantung disana. Airmatanya pun mengalir deras seketika saat netra memandang jauh kesembarang arah. Mengingat setiap moment dimana selangkah lagi ia akan bertunangan dengan Syakilla. Bahkan hingga saat ini, Randy masih saja menyimpan cincin itu.
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaargh...
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaargh...
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaargh...
"Seharusnya kamu menerima perjodohan itu Syakilaaaaaaaaaa.. seharusnya tak kamu biarkan perjodohan kita menjadi bataaaaaaaaal.. kenapa sebegitu bencinya kamu sama akuuuuuuuu..
"Kenapa aku jadi seperti ini Tuhaaaaaan! Mengapa kau takdirkan aku harus menikah dengan seorang perempuan yang tak pernah sedikit pun aku mencintainyaaaaa... Kenapaaaaaaaaa!!! Hiks..hiks..hiks.." pekik Randy sekencang-kencangnya dengan setiap amarah yang kini meledak dari dalam dirinya. Airmatanya pun semakin mengalir deras hingga ia acak rambutnya frustrasi.
Kini, Randy juga mulai menyadari jika memang hal ini adalah sebuah hukuman yang pantas Randy Terima dari Allah SWT. Sebab memang dirinya yang selalu berlaku dzalim juga kerap menyakiti hati dan perasaan Syakilla dengan segenap paksaan darinya. Terlebih Syakilla adalah seorang gadis yang begitu taat kepada kedua orangtua juga agamanya. Dan kini tinggalah sebuah penyesalan yang tak berujung. Sebab memang sudah tak ada lagi jalan baginya untuk memperbaiki segalanya dengan Syakilla juga keluarganya yang telah memutuskan perjodohan mereka. Sebab kedua orangtua Randy yang sudah teramat benci dengan Syakilla.
***
Tania berhentikan mobilnya ditepi jalan didekat perbukitan. Dengan segera ia menuruni mobilnya seraya berlari dengan begitu kencangnya menaiki bukit yang cukup tinggi. Bahkan beberapa kali Tania terpeleset dan terjatuh namun ia tetap berusaha untuk mendakinya hingga ia beradda dipuncak utama. Tania pandangi indahnya malam bertabur bintang dengan tatapan yang nanar. Bahkan saat netranya memandang indahnya lampu-lampu kota yang terlihat bagai jutaan bintang dengan perasaan yang dirundng kesedihan juga kehancuran. Walau sebenarnya, pemandangan indah itu adalah pemandangan faforitnya dikala ia habislan waktu senggangnya bersama Jack disana.
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
"Kamu jahat Jaaaaack!!! Kenapa kamu tega ngelakuin hal sejahat ini sama akuuuuuuu! Kenapa kamu selalu saja bersikap seolah kamu cinta sama akuuuuuuuu! Kenapa jaaaaaaaack.. kenapaaaaaa!!! Hiks..hiks..hiks..
"Tuhaaaaaaaaaaan aku mohon gagalkan saja pernikahan kamiiiii!!! Atau ambil saja nyawaku saat ini jugaaaaaa... hidupku telah hancur Tuhaaaaaan aku ingin mati sajaaaaaaa..." pekik Tania begitu kencang. Seraya ia kembali terisak sesenggukkan disana.
Tania juga mulai teringat setiap dosa besar yang sering ia perbuat dimasa sekolah hingga kuliahnya. Dikala ia yang merasa menang sendiri juga bersikap angkuh kepada sesamanya. Kini hanya sebuah penyesalan mendalam yang tersisa. Tanpa ada lagi cara baginya untuk menghindari perjodohan itu.