The Agreement

1093 Words
Dua hari lagi, pertunangan Tania dan Randy akan dilangsungkan. Namun sebelum itu, Tania sempat mencari Jack ke apartemennya. Sayang seorang recepsionist disana mengatakan jika saat ini Jack sedang berada di indonesia sebab akan segera melangsungkan pernikahan disana. Tania semakin merasakan kehancuran didalam hatinya. Ia benar-benar tak menyangka jika Jack memang tak sedikit pun menganggapnya. Dihari bahagianya pun Jack tak sedikit pun memberitahu kepada Tania meski lewat keluarganya sekali pun. Sebab memang Tania yang telah memblokirnya terlebih dahulu. Brukk.. Awww.. Saat Tania berjalan gontai keluar dari apartemen itu. Tanpa sengaja Tania menabrak seorang laki-laki yang begitu ia benci saat ini. Ya, Randy yang kini baru saja Tania tabrak. Karena ternyata mereka tinggal di apertemen yang sama. Tania merasa dadanya semakin terasa sesak dan kini airmatanya semakin mengalir deras membasahi pipinya. Randy mengulurkan tangannya untuk membantu Tania berdiri. Namun Tania menolaknya dan memilih untuk berdiri sendiri dan segera berlalu dari hadapan Randy. Tania merasa jika kini ada yang mencekal lengannya. Dan benar saja kini Randy tengah menggenggam erat lengan Tania seraya menariknya menuju kamarnya. "Mau apa lo hah? lepasin tangan gue atau gue teriak!" desis Tania namun Randy tak mengindahkannya. "Randy lo apa-apan sih!" dengan kasar Tania melepaskan genggaman Randy seraya berusaha pergi. Namun sudah lebih dulu Randy menariknya masuk kedalam lift. Bahkan beberapa kali Randy menolak jika ada orang yang hendak memasukinya. "Ran sakiiiiit!" desis Tania seraya kembali melepaskan genggaman Randy. "Ngapain lo datang ke apartemen gue? Pasti lo cari gue kan?" tanya Randy dengan angkuhnya. "Cih.. PD banget lo! Lo pikir cuma lo satu-satunya orang yang gue kenal disini!" jawab Tania seraya memutar bola matanya jengah. "Dasar jalang!" ucap Randy sarkas. "Heh jaga ya mulut lo! Dasar angkuh! b******k tahu gak lo! Gak punya hati! Gak pernah disekolahin ya tuh mulut!" maki Tania. Ting.. Pintu lift kembali terbuka. Randy tak mengatakan apa pun dan kembali menarik Tania dengan kasar menuju kamarnya. "Randy sakiiiiit! Lepasin gue gak!" bentak Tania lagi. Namun Randy semakin kasar menariknya. Randy hempaskan tubuh Tania dengan kasar diatas sofa dikamarnya seraya menutup pintu kamarnya. Dan hal itu cukup menyakiti tubuh Tania yang mungil itu. "Ran lo gila ya!" bentak Tania lagi dengan airmata yang mulai tertahan dikedua pelupuk matanya. "Ya! Gue emang sudah gila sekarang! Dan itu semua gara-gara lo! Lo yang udah buat hidup gue hancur! Lo yang udah ngerusak segalanya ngerti lo!" Karena amarahnya yang mulai memuncak Tania bangkit dari posisi duduknya seraya menarik kerah Randy cukup kasar. "Lo fikir gue yang udah ngelakuin hal bodoh itu! Lo fikir gue juga yang udah goda lo di club malam itu?! Lo yang ngelakuin itu semua Ran! Dan lo juga yang udah bawa gue kekamar ini! "Jadi jangan pernah lo coba untuk salahkan gue! Jangan pernah juga lo merasa kalau cuma lo yang ngerasa tersiksa dan kecewa!" ucap Tania dengan tegas dan penuh amarah. Randy lepaskan cengkraman Tania dikerahnya dengan kasar seraya mulai memgambil sebuah map yang berisi sehelai kertas dari laci dikamarnya. Lalu ia letakkan diatas meja beserta sebuah bolpoin. "Lo tandatangani dokumen itu sekarang juga!" "Apaan nih?" "Bisa baca kan lo? Baca aja sendiri!" Dengan terpaksa Tania mengambil dokumen itu seraya membacanya dengan malas. Karena yang dipikirannya saat ini hanyalah ia ingin segera pergi dan menjauh dari seorang laki-laki angkuh yang begitu ia benci. Sehelai kertas itu berisi sebuah perjanjian pernikahan yang telah Randy buat secara sepihak. Dan kini Tania mulai membacanya secara seksama juga menelaah maksud dari setiap poin yang tertulis disana. Perjanjian Pernikahan Kami yang bertanda tangan dibawah ini akan mematuhi segala kesepakatan yang telah kami buat bersama. Dengan poin-poin kesepakatan yang akan mulai berlaku semenjak kami telah resmi menjadi sepasang suami istri. Poin yang tertera dibawah ini adalah: 1. Kami tidak akan melakukan hububgan layaknya suami istri., 2. Kami tidak akan tidur dalam satu ranjang., 3. Kami tidak perlu menjadi sepasang suami istri kecuali berada ditempat umum atau didepan keluarga kami., 4. Kami tidak perlu melakukan kewajiban layaknya seorang suami kepada seorang istri atau pun sebaliknya., 5. Dan kami akan bercerai setelah lima tahun kami menikah dengan alasan jika salah satu dari kami tak bisa memiliki keturunan. Demikian perjanjian pernikahan kami ini kami buat dengan sepakat dan tidak ada paksaan dari pihak manapun. Yang Menyetujui Randy Chandra Tania Anindita Sungguh hati Tania merasa sangat lega setelah membacanya. Karena ia tak akan perlu benar-benar menjadi seorang istri dari Randy. Namun ada satu hal yang mengganjal dihatinya, sebab ia harus bersedia menjadi sepasang suami istri selama lima tahun lamanya dan baginya itu waktu yang terlalu lama juga terlalu membebani hidupnya. "Gue setuju sama kesepakatan ini. Karena jujur gue juga gak sudi ngelakuin semua hal itu sama lo. Tapi gue punya syarat juga masukan buat poin-poin yang udah lo buat," ucap Tania serayan menatap sombong kearah Randy. "Okkay. Selama itu gak merepotkan, akan gue kabulkan," jawab Randy pongah. "Okkay, di poin pertama dan kedua, artinya lo harus siapkan kamar khusus buat gue. Dipoin ketiga, kita harus janji untuk bersedia sandiwara kalau orangtua atau keluarga kita sedang mengunjungi kita atau ada acara resmi. "Poin ke empat, gue emang gak perlu nafkah batin dari lo. Tapi gue perlu uang lo serta sema fasilitas yang lo pnya buat menuhin kebutuhan gue. Karena uang gue, akan gue khususkan buat bantu panti asuhan yang udah biasa gue bantu. "Dan poin yang terakhir, gue ralat! Pertama gue gak setuju kalau gue harus mengakui kalau gue ini seorang wanita yang mandul. Dan gue juga ngerasa, kurun waktu kita bersama itu terlalu lama. Gue gak sudi hidup terlalu lama sama lelaki angkuh dan kaku macam lo," jelas Tania panjang lebar. Randy tersenyum sinis memandangi Tania. Dan kini, ia mulai duduk dihadapan Tania dengan wajah mendekat kearah Tania. "Untuk poin pertama, kedua, ketiga dan keempat. Akan dengan mudah gue kabulkan semua permintaan lo. Tapi untuk poin yang terakhir, gue gak bisa kabulkan gitu aja. Okkay untuk pengakuan mandul gue gak masalah. "Tapi untuk mengurangi waktu pernikahan kita itu gak mungkin kita percepat. Karena kerjasama diantara keluarga kita itu berjalan selama lima tahun kedepan. Bokap gue pernah bilang ke gue kalau mereka akan memutuskan kontrak kerja jika kita bercerai. "Gue gak mau ya bisnis keluarga gue rugi hanya karena lo. Dan lo juga pasti gak mau kan keluarga lo rugi karena gue? So, kita ambil jalan tengah dengan saling berusaha untuk menguntungkan keluarga kita. "Lima tahun memang bukan waktu yang sebentar. Tapi lima tahun itu menjadi penentu kesuksesan bisnis keluarga kita. Lo tenang aja, selama kita hidup bareng, kita akan hidup layaknya orang asing. Jadi lo gak perlu repot hidup sebagai istri gue." Ucap Randy dengan yakin dan menganggap begitu tak berarti tentang pernikahan mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD