Leon mendadak merasa pening seketika berada satu ruang dengan balita berbau busuk itu. Tubuh harimaunya bergerak ke sembarang arah meski sedikit kesulitan, berusaha mencari udara segar di sekitar mereka. Pria harimau itu ingin menjauh pergi saja meninggalkan balita itu, namun rasa lapar akan daging langka nan lezat itu membuat Leon merasa sangat menyayangkan sekali jika harus meninggalkannya sendirian.
Untuk beberapa saat pria harimau itu tetap berada di ruangan itu sembari berpikir keras. Pergi atau tidak? Pergi atau tidak? Hanya itu yang ada di dalam otak kecilnya. Hingga akhirnya pria harimau itu tidak bisa menahan lagi rasa mualnya.
Bahkan bau itu semakin membuat kepala Leon menjadi pening seketika. Indera penciumannya yang tajam sebagai seorang manusia harimau, yang tentu saja melebihi penciuman dari hewan-hewan normal lainnya, benar-benar tidak membantu sama sekali. Leon sudah berada di ambang batasnya, hingga akhirnya pria harimau itu lebih memilih menyerah. Leon beralih pergi ke luar segera, meninggalkan balita itu sendirian di dalam mobil hancur itu.
Dengan tangkas, Leon melompat ke luar dan berlari meninggalkan daging balita lezatnya sendirian. Kepergian Leon membuat balita tersebut akhirnya terdiam dan lalu menangis. Terlebih bagian celananya yang sudah pasti tidak nyaman dipakainya lagi, membuat balita itu semakin mengencangkan tangisannya.
Tangisan balita itu terdengar hingga di luar mobil. Mengundang perhatian banyak makhluk dan hewan-hewan buas yang sedari tadi juga berdiri menunggu dan mengamati mobil tersebut. Terlebih dengan aroma daging dan darah dari tubuh kedua orangtuanya yang terasa begitu lekat, dan mampu membuat mereka semua meneteskan air ludahnya dengan deras.
Mereka tetap duduk diam, menanti dan memantau kondisi di sekitar mobil itu sedari tadi, karena kehadiran Leon yang begitu mengintimidasi mereka membuat nyali berburu mereka langsung menciut. Namun sekarang pria harimau itu telah berlari pergi. Meninggalkan sesuatu yang lezat di dalam mobil itu. Hal itu membuat sorakan bahagia terdengar di antara mereka semua.
Bahkan sisa-sisa tulang belulang dari kerangka kedua manusia dewasa di sana sudah cukup menjadi hadiah istimewa bagi penghuni hutan Terlarang di sana. Apalagi jika ditambah dengan kehadiran balita manis nan menggemaskan yang tengah menggeliat-geliat di dalam mobil itu. Daging empuk disertai tulang ranum dan darah segar semakin membuat mereka semua kelaparan.
Sedetik kemudian, semua penghuni yang sedari tadi telah mengincar di tempat itu, langsung datang menampakkan diri secara serentak mendekati mobil dan tulang-belulang di sana. Mereka semua berlomba dengan intens untuk lebih dulu mendapatkan makanan lezat dan bernutrisi tinggi itu. Dan sedetik selanjutnya sudah terjadi pertumpahan darah di sekitar, untuk memperebutkan daging lezat itu.
Awalnya seekor jaguard berlari cepat dan sampai lebih dulu di dekat mobil itu. Dan ketika dirinya hendak melompat masuk ke dalam mobil untuk mencari sosok bayi tersebut, tiba-tiba tubuhnya ditarik paksa ke belakang oleh makhluk lain. Makhluk dengan wujud seperti manusia serigala namun bukan manusia serigala. Makhluk itu memiliki cakar yang panjang berwarna hitam dan taring yang tajam. Tubuhnya begitu hitam dengan beberapa bulu di beberapa tempat.
Makhluk yang suka sekali menghisap darah korbannya hingga membuatnya mati kekeringan. Ukuran tubuhnya begitu tinggi dan kurus, kering kerontang. Makhluk itulah yang menarik paksa seekor jaguard itu dan melemparnya ke belakang dengan kuat. Lalu diiringi dengan suara geramannya yang memekik kencang ke arah jaguard tersebut. Menyuruhnya untuk tidak menghalanginya dan pergi menjauh.
Si Jaguard tidak mau kalah begitu saja dari makhluk kurus itu. Dengan sigap dan gesit jaguard tersebut kembali bangkit dari jatuhnya. Jaguard tersebut menggelengkan kepalanya beberapa kali untuk menyadarkan dirinya, sebelum kemudian hewan buas berkecepatan tinggi itu mulai bergerak maju menerjang makhluk tak bernama di depannya.
Tubuhnya langsung menubruk makhluk tersebut hingga membuat mereka jatuh bergulung-gulung ke tanah.Terdengar suara teriakan dari pertengkaran mereka yang lalu teredam dengan suara geraman dan raungan oleh kumpulan beragam makhluk lain yang akhirnya juga datang mendekat.
Adegan yang terjadi tidak jauh berbeda dengan adegan pertengkaran di awal. Mereka semua saling menarik satu sama lain agar tidak mendekati buruan mereka, dan mencurinya. Dan tidak lama kemudian tempat itu sudah menjadi medan pertempuran dan perebutan kekuasaan serta unjuk diri siapa yang terkuat di antara yang lainnya.
Darah dari kedua manusia itu kini bercampur dengan darah-darah hewan juga beberapa siluman kecil yang saling bertarung dan saling membunuh satu sama lain tanpa kenal takut. Mereka begitu beringas dan begitu bernafsu untuk merobek, mencakar, menusuk, menggigit dan meremukkan tubuh satu sama lain hingga pada akhirnya nanti tersisa siapa pemenang yang akan mendapatkan hadiah besar selepas pertempuran liar ini.
Pertarungan cukup berlangsung sengit, memperlihatkan beberapa hewan yang banyak makhluk hidup dari hewan dan makhluk asing yang kini sudah tergeletak tidak berdaya di sekitar tempat tersebut. Darah mereka telah berceceran menyebar di beberapa tempat, hingga membuat tempat itu menjadi beraroma amis dan bercampur dengan aroma besi karat khas darah segar.
Darah merah itu sendiri juga telah bercampur warna dengan darah lainnya yang berwarna biru, darah dari beberapa makhluk asing tanpa nama yang juga ikut datang meramaikan suasana pertarungan di antara makhluk-makhluk buas itu.
Hingga kini masih terdengar suara tangisan dari balita kecil menggemaskan yang masih berada di dalam mobil sendirian. Suara tangisannya bahkan semakin keras dan terdengar begitu serak, pertanda bahwa balita itu telah kelelahan menangis.
Dari semua makhluk-makhluk buas yang telah melakukan pertarungan sengit itu, hanya satu makhluk yang pada akhirnya kembali berhasil membangkitkan tubuhnya kembali. Makhluk asing tanpa nama yang sebelumnya telah bertarung sengit dengan jaguard itu berhasil bertahan hingga akhir. Tubuhnya yang dipenuhi dengan banyak luka dan mengeluarkan darah segar tidak dipedulikannya.
Yang ada dalam pikirannya saat ini adalah keberadaan seorang bayi yang pastinya memiliki daging lezat bernutrisi tinggi yang berada di dalam mobil tersebut. Rasa lapar yang memenuhi akal pikirannya itu membuatnya semakin bertekad sekaligus bernafsu untuk kembali bangkit dan menyantap hadiah besarnya saat ini. Dengan langkah tertatih-tatih makhluk tanpa nama itu bergerak perlahan mendekati mobil tersebut.
Masih terdengar suara tangisan balita di dalam yang mulai melemah karena telah kelelahan dan kehabisan suara. Makhluk tersebut mendekati sisi mobil dan lalu mencoba mengintip ke dalam lewat kaca jendela. Samar-samar terlihat gerakan kecil dari balita itu yang masih berbaring di atas lantai mobil, tengah bergerak ke kanan dan ke kiri dan terlihat begitu gelisah di tempat.
Melihat bagaimana sintalnya tubuh balita itu membuat makhluk asing tanpa nama itu menelan ludahnya dengan kasar. Dirinya semakin ingin segera menyantapnya. Tidak ingin menunggu lebih lama lagi, akhirnya makhluk tersebut kembali bergerak dan mencoba membuka pintu mobil itu.
Awalnya dia merasa bingung, bagaimana caranya membuka pintu tersebut. Dirabanya sisi badan mobil hingga dirinya menemukan pegangan yang adalah gagang pintunya. Didorongnya pintu itu, namun tidak ada pergerakan sedikit pun dari pintu itu. Lalu kemudian beralih menariknya dengan sedikit lebih kuat. Pintu itu tetap terkunci dengan rapat. Dan hal itu membuatnya merasa kesal.
Dengan tidak sabar akhirnya makhluk tersebut mengumpulkan tenaganya kembali berniat untuk menghancurkan sisi mobil. Tanpa mengetahui bahwa sebenarnya bagian depan mobil memiliki akses terbuka untuk masuk ke dalam. Nampaknya makhluk tersebut tidak berniat untuk repot-repot mencari tahu lebih lanjut cara yang lebih mudah untuk masuk ke dalam.
Dengan tenaga kuat, makhluk tersebut menghantamkan kedua tangannya ke arah kaca jendela. Sedetik kemudian kaca itu sudah hancur pecah berkeping-keping.
Terdengar suara tangisan balita itu semakin mengencang dari dalam mobil. Disertai dengan aroma busuk yang menyengat ke luar melewati kaca jendela yang pecah. Namun hal itu tidak berarti apa-apa untuk makhluk asing tanpa nama tersebut. Karena makhluk itu tidak memiliki indera penciuman setajam Leon, sang manusia harimau.
Mata besar makhluk itu akhirnya bisa melihat dengan jelas sosok balita yang tengah menangis keras dan kencang di dalam mobil itu. Terlihat beberapa darah segar mengalir keluar dari tubuh kecilnya. Terlebih pada bagian kelopak mata bagian kiri balita itu. Bagian itu tengah mengucur deras darah segar yang sepertinya baru saja terkena lemparan pecahan kaca jendela mobil, yang tadi dilakukannya.
Bukannya merasa simpati dengan kondisi balita tersebut, makhluk tanpa nama itu malah semakin merasa lapar. Dirinya merasa begitu tergoda dengan aroma darah segar yang menguar dari tubuh balita itu. Air liurnya bahkan telah menetes. Dengan gerakan cepat yang lebih tidak sabar lagi, makhluk itu segera memasukkan tangan panjang berkuku tajam dan panjang juga menghitam, ke dalam sisi bagian dalam pintu mobil dan lalu menariknya dengan sekuat tenaga.
Hingga membuat pintu tersebut akhirnya terlepas dari tempatnya, membuka lebar pintu akses untuk masuknya makhluk tanpa nama tersebut. Badan mobil sempat sedikit terguncang karena ulah bar-bar makhluk mistis itu. Begitu juga dengan tubuh sintal bayi itu yang ikut sedikit terguncang dan akhirnya kembali mengenai serpihan kaca yang jatuh berserakan di sekitar tubuhnya.
Sekali lagi lengan tangannya yang tidak terlapisi kain, tergores serpihan kaca tersebut dan kembali mengeluarkan darah segar dari luka goresnya itu. Balita tersebut semakn menangis kencang merasa kesakitan pada beberapa bagian tubuhnya yang terluka.
“Uaahh! Waa! Mam mamm! Huk huk uwaaahhhh!!” raungnya.
Bibir kecilnya terbuka lebar sampai terbatuk-batuk keras karena tangisan kencangnya. Balita itu nampak benar-benar merasa kesakitan. Namun hal itu malah semakin membuat si makhluk tanpa nama semakin menyeringai senang.
Dengan kasar makhluk itu meraih satu lengan kecil milik balita tersebut dan menariknya ke tepi. Dicengkram dan gendongnya tubuh balita itu ke atas dengan kedua tangan berkuku tajamnya. Ditatapnya balita itu dengan lapar. Balita manis itu masih tidak berhenti menangis.
Kedua kaki kecilnya menendang-nendang ke segala arah di udara. Nampak tarikan napasnya terganggu karena cengkraman kuat dari kedua tangan makhluk tanpa nama itu pada tubuhnya. Dengan nikmat makhluk itu menjilat sekitar bibirnya sendiri dengan lidah runcing yang menjulur panjang. Hingga kemudian makhluk itu bersiap menyantap daging balita di depannya.
Kedua bagian sisi atas dan bawah dari bibirnya tanpa diduga langsung terbuka lebar. Begitu lebar hingga melewati garis bibirnya yang terlihat juga ikut terbelah di kedua sisinya. Kedua tangan yang mencengkeram tubuh balita itu langsung mengarahkan kepala balita itu ke arah mulutnya dan haa... ! Suara tarikan napasnya yang hendak meraup kepala balita itu, dan,
DUAGH!!
Suara benturan keras kemudian yang mengiri tarikan napasnya. Kepala makhluk tanpa nama itu sudah terbentur keras ke sisi badan mobil. Bahkan sisi mobil yang terkena benturannya ikut penyok, mengapit kepala makhluk tanpa nama itu.
Darah biru mengalir kental dari pecahnya tengkorak kepala makhluk itu akibat dorongan keras yang dilakukan oleh pria harimau di belakangnya yang datang secara tiba-tiba. Kejadian itu begitu cepat hingga mengalahkan kecepatan sensor reaksi pada tubuh makhluk tanpa nama itu.
Cengkraman tangan makhluk tanpa nama pada tubuh balita lucu itu kemudian terlepas begitu saja. Membuat balita itu melayang jatuh ke bawah, dan lalu mengambang di udara setelah berhasil ditangkap pada detik-detik kepalanya hendak menyentuh tanah oleh ekor harimau Leon.
Tubuh balita itu mengambang di udara dengan posisi terbalik. Posisi itu membuat tangis balita menjadi terhenti seketika. Terganti dengan raut wajah melongo menatap sosok harimau besar yang ditemuinya beberapa saat yang lalu.
Leon melirik balita itu dengan sudut mata tajamnya. Memastikan bahwa balita itu masih aman pada cengkraman ekor harimaunya. Pandangan Leon kembali pada makhluk tanpa nama di depannya yang baru saja ditangkap oleh sudut matanya membuat gerakan sedikit, namun akhirnya kembali terdiam. Makhluk itu baru saja menghembuskan napas terakhir.
Kemudian Leon membalikkan tubuhnya untuk menghadapi balita itu lagi. Balita yang sebelumnya sudah ditinggalkannya pergi. Namun kemudian ditemuinya lagi.
“Dengar ini baik-baik, Anak nakal. Aku datang hanya karena tidak bisa melepaskan buruanku begitu saja. Aku tidak akan membiarkan siapapun orang menikmati apa yang sudah menjadi milikku, dan itu termasuk kau! Aku pasti akan memakanmu. Tapi sebelum itu, kau harus dicuci bersih terlebih dulu, dasar Bayi kotor! Aku tidak mau makan kotoran sepertimu, menjijikkan!” celoteh Leon dengan menekan tiap kalimatnya untuk memperingati balita itu. Lalu kemudian menggeram lirih.
Balita itu hanya memandang Leon dengan tatapan polos. Tentu saja dia tidak tahu apa yang Leon bicarakan saat ini. Namun ketika balita itu mendengar suara geraman Leon, bibir kecilnya otomatis tersenyum lebar. Dan lalu kembali ikut meniru geraman pria itu.
“Kya ha ha engghh! Ddhhuutt!” tawa lucu balita itu sambil mengejankan tubuhnya. Disusul dengan suara kentutnya yang sontak membuat Leon melototkan matanya ke arah balita menggemaskan itu. Bau busuk yang semerbak semakin menyebar di sekitar mereka membuat Leon semakin murka kepadanya.
“Sialan! Apa kau baru saja mengentutiku ha?! Kau berani melakukan itu kepadaku?! Ha?! Dasar anak tidak tahu diri! Kau kotor dan menjijikkan! Awas saja kau! Aku pasti akan memakanmu setelah ini, sialan kau!” seru Leon dengan kesal yang bercampur dengan kemurkaannya kepada balita itu.
Suara sumpah serapah terdengar setia mengiringi pria harimau yang lalu melangkah pergi membelakangi balita dalam genggaman ekor kuat dan panjangnya, hingga ke tempat tujuan Leon selanjutnya.