Jujur Kevin belum pernah mengunjungi perpustakaan sejak ia sekolah di Merah Putih. Namun kali ini dia harus masuk perpustakaan karena sebuah alasan yang kuat.
Menemui Danis.
Kevin ingin membuktikan bahwa tebakannya mengenai pengirim bekal itu benar. Dari ketiga kategori yang disebutkan oleh Denin, hanya Danis yang paling meyakinkan. Untuk itu Kevin sekarang ke perpustakaan dan duduk di belakang Danis. Dia terus mengawasi Danis, Kevin rasa dengan begitu dia bisa menemukan petunjuk lain yang menuntunnya ke pengagum rahasianya.
Tiba-tiba Danis berdiri, hal itu membuat Kevin menundukkan kepalanya supaya tidak ketahuan. Denis pergi mengambil buku baru di rak, Kevin juga mengikuti. Sepertinya sekarang yang lebih mirip dengan stalker adalah Kevin, bukan Danis.
Sesuatu jatuh dari buku yang dibawa Danis, dia mengambilnya di lantai. Itu sebuah surat, dari tintanya terkesan sudah lama ditulis. Danis ragu untuk membuka lipatan kertas itu. Akhirnya dia hanya menaruh kertas itu di sela-sela buku yang lain yang juga dekat dengan buku yang dia bawa. Jika ada orang yang mencari surat itu, dia juga akan mudah menemukannya.
Selepas Danis pergi dari tempatnya, Kevin pun mulai beraksi. Dia menghampiri tempat Danis sebelumnya untuk mengecek hal apa yang disembunyikan cewek itu. Kevin mulai memilah-milah buku di rak hingga dia menemukan surat yang tadinya Danis temukan. Rasa penasaran yang besar membuat Kevin membuka surat itu.
Dear Kevin.
Jangan takut ya saat surat ini sampai di kamu. Aku tahu apa yang aku tulis di surat ini mungkin seperti hal bodoh yang sia-sia. Tapi apa yang aku rasakan bukan hal yang bodoh. Mungkin aku lancang karena menyukai seseorang yang berpengaruh di sekolah ini, seseorang yang jauh untuk aku gapai. Kevin, aku adalah pengagum rahasia kamu yang setiap hari selalu mengirimkan makanan untuk kamu sarapan. Hanya itu, tidak lebih. Rasanya kamu mau memakan sarapan buatanku itu sudah sangat menyenangkan. Andai saja aku punya keberanian besar untuk menampilkan diriku di depan kamu, sayangnya aku hanya sebatas pengagum rahasia. Aku masih harus bersembunyi dari kamu entah sampai kapan.
Kevin begidik ngeri, Jadi gue beneran punya pengagum rahasia dan itu Danis?
Segera dia lipat surat itu dan dimasukkan ke dalam kantong celana. Bukti itu cukup kuat untuk disimpan. Kevin rasa dia harus mempertimbangkan perkataan Denin juga. Ternyata tebakan cowok itu tidak bisa diremehkan.
Dari posisinya saat ini, Kevin mengamati Danis. Siapa sangka jika seorang Danis yang pendiam dan terkesan misterius justru pandai menulis kata-kata seperti itu? Namun di lain sisi, itu terkesan menyeramkan.
Karena telah mendapatkan apa yang dia inginkan, Kevin keluar dari perpustakaan. Namun lagi-lagi dia ditabrak oleh seseorang. Kini dia bisa tahu dengan jelas siapa yang telah mengganggu jalannya. Sosok yang sama yang pernah menabraknya di koridor di lain hari.
"Maaf, maaf." Dia memunguti bukunya yang tercecer di lantai.
"Jocellyn dari kelas IPA satu?"
Pertanyaan Kevin membuat sosok yang menabraknya yang tal lain adalah Cellyn mendongak. Betapa kagetnya ekspresi Cellyn ketika tahu seseorang yang telah ia tabrak sekarang adalah seseorang yang pernah ia tabrak sebelumnya.
"Lo tau gue?" tanya Cellyn tak percaya.
"Name tag lo dan inisial kelas di buku ini." Kevin mengangkat satu buku secara asal. Di buku itu memang tertulis nama kelasnya yang tak lain tak bukan juga merupakan kelas Cellyn.
Cellyn bergegas memunguti bukunya lalu berdiri. Dia membersihkan lututnya yang terkena debu di lantai. "Makasih." DIa buru-buru pergi tanpa mengucapkan sepatah kata lagi.
Kevin melihat kaca di sampingnya, apa dia telah melakukan kesalahan sehingga Cellyn langsung pergi?
*****
Napas Cellyn tidak beraturan karena ia berlari dari laboratorium komputer sampai kelasnya dengan membawa buku setumpuk. Entah bisa dibilang s**l atau tidak, hari ini guru memintanya membawa buku catatan bahasa inggris yang telah dikumpulkan yang akhirnya membuat Cellyn bertemu dengan Kevin. Saat ini, Cellyn sedang menghindari semua cowok terutama Kevin karena peringatan dari Darrel. Bagaimana pun juga cellyn tak ingin mengambil risiko. Dia harus menahan sebentar untuk tahu siapa anak Wijaya yang telah disembunyikan itu.
Tanpa sadar Cellyn meraup minuman Denin yang belum dibuka dan baru dibeli oleh cowok itu. Beberapa kali teguk minuman itu langsung habis. Hal itu membuat Denin takjub karena dia tak usah bersusah payah untuk menawarkan kepada Cellyn karena Cellyn sudah mengambilnya sendiri.
"Akhirnya!" teriak Denin girang.
Cellyn mengeurtkan alisnya karena bingung. Lalu dia melihat botol di genggamannya dengan Denin secara bergantian. "Minuman lo Den!"
"Apa artinya gue diacc?"
"Ngaco lagi deh lo." Karena sebal, Cellyn mengembalikan minuman itu kepada Denin. "By the way, makasih. Minumannya seger."
"Sama-sama. Kalau lo harus minta aja ke gue, ntar gue beliin. Tapi gue diacc kan?"
"Acc apaan sih maksud lo?" Jujur Cellyn bingung dengan pertanyaan Denin.
"Gue diacc jadi pacarnya Jocellyn Alvioni William."
Suara kencang Denin berhasil merebut perhatian satu kelas. Mereka terdiam karena kaget. Begitu juga dengan Cellyn.
*****
Kevin yang baru tiba di pintu menghentikan langkahnya. Dia tidak salah dengar kan? Denin diterima menjadi pacar Cellyn. "Mereka pacaran?" tanya Kevin sangat pelan seperti ke dirinya sendiri.
Cellyn yang berada di meja Denin tak mengatakan apa-apa dan langsung duduk ke kursinya. Dia seperti malu-malu. Itu bukan hal yang baik untuk Kevin karena dia punya saingan baru dan saingannya adalah Denin. Andaikan Kevin ada di kelas, pasti dia bisa mencegah Denin dan Kevin bisa memiliki kesempatan untuk mendekati Cellyn.
Meski dengan kekecewaan, Kevin kembali ke tempat duduknya di sebelah Denin. Dia ingin memastikan sekali lagi ke cowok itu tentang hubungannya dengan Cellyn.
"Bro, lo dari mana?"'
"Kalian pacaran?"
Denin mengerutkan keningnya. "Lo beneran ngira perasaan gue diterima sama Cellyn?" Tawa meluncur dari mulut Denin. Dia menertawakan dirinya sendiri andai hal itu memang benar. Bukan rahasia lagi kalau Denin memang menyukai Cellyn. Sayangnya sampai saat ini Cellyn selalu menganggap pengungkapan Denin adalah sebuah lelucon saja. Denin tentunya akan sangat senang jika perasaannya benar-benar diterima seperti kata Kevin tadi. Bahkan dia akan mengadakan syukuran tujuh hari tujuh malam kalau hal itu terjadi.
"Jadi kalian nggak pacaran?"
Denin menghentikan tawanya dan menepuk pundak Kevin. "Bro, gue memang pernah bilang kalau suka sama Cellyn, tapi dia belum suka sama gue. Jadi usaha gue harus lebih keras lagi."
Mendengar hal itu bisa membuat Kevin lega. Artinya kesempatan untuk mendekati Cellyn masih terbuka lebar. Jika dia berhasil merebut perasaan Cellyn sebelum Denin melakukannya, maka dia juga akan mendapatkan Rain. Ibaratnya sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui.
"Lo harus dukung gue supaya tetap semangat ngejar Cellyn."
"Hm."
"Kalau gue sampai jadian sama Cellyn, gue traktir lo makan seminggu di kantin sekolah. Bebas pilih menu."
Kevin menyungginggkan senyumnya. Dia tidak yakin Denin bisa melakukan hal itu.