Air Mata Mila 5

995 Words
Mila menemani suaminya sarapan. "Sayang besok aku tinggal ke Bandung gapapa ya" bohong Kevin, entah sudah berapa ribu kebohongan yang dikatakannya pada Mila. "Ada pekerjaan disana?" tanya Mila. "Ya... aku harus memantau proyek di Bandung" dusta Kevin, ia berencana ingin menghabiskan akhir pekan bersama Ririn dan putrinya. "Kenapa harus akhir pekan sih yank... akhir pekan harusnya jatah aku buat menghabiskan waktu sama kamu" ucap Mila manja. "Maaf sayang aku gak bisa, lain kali ya... aku janji deh" ucap Kevin. "Hm... iya deh" ucap Mila terpaksa mengangguk. "Gak ada temennya dong aku besok... coba kita punya anak ya..." gumam Mila. "Sayang... mungkin Tuhan ingin kita terus berusaha dan berdoa, bersabarlah dan yakin akan rencana Tuhan" ucap Kevin. "Kamu ingat gak sahabat aku Ririn, dia anaknya sudah mau dua loh yank" ucap Mila dan seketika membuat Kevin tersentak kaget. "Uhuk..." Kevin seketika tersedak saat Mila menceritakan sahabatnya yang tak lain adalah madunya sendiri. "Minum dulu yank" Mila bergegas menyodorkan gelas yang berisi air putih pada Kevin. "Terima kasih" ucap Kevin setelah meminum airnya. "Nah... temen aku Ririn itu sekarang hamil anak kedua yank... paling sebulan lagi bakal lahiran" ucap Mila bersemangat menceritakan sahabatnya yang tengah hamil itu. "Dia kayaknya bahagia banget sama pernikahannya, punya anak perempuan yang cantik dan sebentar lagi dia bakalan menimang anak keduanya... tapi sayang suaminya punya orang dia istri simpanan l" ucap Mila. "Jangan ngatain orang gak baik" Kevin yang sedikit kesal karena Mila mengatakan hal yang kurang baik tentang Ririn. "Aku gak ngatain dia... dia sendiri kok yang mengaku kalau dia itu istri simpanan... lagian kok kamu yang kesal sih... apa jangan-jangan suaminya Ririn kamu lagi" ucap Mila bercanda. "Jangan ngaco yank..." omel Kevin. "Yank... kamu... gak akan seperti suaminya Ririn kan? kamu akan setia pada janji pernikahan kita kan? kamu gak akan menduakan aku kan?" Mila menatap Kevin sayu, entah apa yang membuatnya mempertanyakan hal itu pada Kevin. "Ya gak mungkinlah, cintanya aku hanya untuk kamu. Aku gak mungkin mengkhianati pernikahan kita" Kevin membual. "Terima kasih ya, terima kasih karena selama ini kamu hanya setia padaku" ucap Mila. "Ya sudah aku pamit ke kantor dulu" ucap Kevin, ia mengecup kening Mila sebelum pergi meninggalkan istrinya itu. ---- Akhir pekan Kevin mengajak Ririn dan Karin putrinya ke sebuah pusat perbelanjaan. "Kamu gak takut kalau tiba-tiba Mila melihat kita" ucap Ririn. "Tenang... jangan khawatir dia bilang mau pergi ke rumah mamanya" ucap Kevin santai. "Siapa tau dia pergi ke mall ini juga sama tante Melisa" ucap Ririn khawatir. "Udah deh mah gak usah dipikir... kita ke sana yuk" Kevin menggendong putrinya dan menggenggam erat jemari tangan Ririn, sangat terlihat betapa sempurnanya keluarga mereka. Dan dari kejauhan dua pasang mata menatap Ririn yang digandeng seorang pria. "Itu Ririn kan Fi" ucap Dian sahabat Mila dan Ririn. "Iya bener itu Ririn... sama suaminya ya" ucap Alfi. "Samperin yuk" ucap Alfi lagi. "Kayaknya gue kenal deh sama suaminya itu" ucap Dian yang hanya melihat punggung Kevin. "Rin... Ririn..." Alfi memanggil sahabatnya itu. Kevin menoleh hanya sebentar dan lebih memilih membawa putrinya ke wahana permainan yang ada di mall itu. "Kevin... Fi itu kan Kevin suaminya Mila... kok bisa sama Ririn dan anaknya" ucap Dian. "Apa jangan-jangan suaminya Ririn itu..." "Kevin" ucap Dian dan Alfi bersamaan. Wajah Ririn memucat saat melihat dua sahabatnya menghampiri dirinya, ia terlihat gugup dan keringay dingin menjalar di keningnya. "Sama siapa Rin" tanya Alfi basa basi. "Sama... sama...." "Sama suami dan anak lo?" tanya Dian. "Kenalin kali Rin kita ke suami lo" ucap Alfi membuat wajah Ririn semakin memucat. "Suami gue... dia... enghh..." Ririn terbata. "Kevin kan suami lo" tembak Dian sambil menatap Kevin yang menemani Karin bermain. Ririn memucat menerima tatapan tajam Dian dan Alfi, ia tertunduk takut. "Kalian..." "Iya kami melihat betapa suami tercinta lo itu menggandeng mesra tangan lo" ucap Alfi sinis. "Tega lo ya Rin... sama sahabat lo sendiri lo tega ngambil suaminya... penghianat lo. Sahabat macam apa lo Rin?" tunjuk Dian tepat di depan wajah Ririn. "Gue gak bermaksud..." ucap Ririn menunduk. "Gak bermaksud bagaimana hahh... lo bersenang-senang diatas penderitaannya Mila.. lo sadar gak lo itu pencuri... lo mencuri suaminya Mila" ucap Alfi marah. "Gue bener-bener gak bermaksud..." "Apanya yang gak bermaksud... lo pikir kalau sampai Mila tau betapa hancurnya dia. Lo mikir gak bagaimana perasaannya Mila begitu dia tau kalau sahabatnya sendiri ternyata seorang pengkhianat" ucap Dian hampir berteriak. "Lo bener-bener tega tau gak Rin..." Alfi menggelengkan kepalanya. "Lo dengan bangganya waktu itu menceritakan kebahagiaan lo sama suami lo yang gak lain adalah suami sahabat lo sendiri" ucap Dian. "Gue minta maaf, gue sadar ini adalah sebuah kesalahan tapi mau bagaimana semua sudah terjadi" ucap Ririn menunduk airmatanya mencelos keluar. "Minta maaf sana sama Mila dan tinggalkan suaminya" ucap Dian marah. "Hei... apa-apaan ini" Kevin datang dengan menggendong Karin. "Dan lo tega-teganya lo menduakan Mila, dimana otak lo Kevin" geram Dian. "Kalian berdua gak mikir bagaimana perasaan Mila saat tau kalian main serong dibelakang dia, lo Vin... lo menyakiti Mila. Ini yang lo bilang dulu? akan memberi kebahagiaan untuk Mila? kebahagiaan macam apa yang lo beri buat dia? dan nyatanya yang lo beri adalah neraka buat dia" geram Alfi. "DIAM.... kalian berdua gak berhak menghakimi kami, tau apa kalian berdua soal kami" ucap Kevin marah. "Gue gak habis pikir apa yang ada di otak kalian sampai begini tega sama Mila, salah apa Mila sama lo Rin" ucap Alfi. "Kalian gak tau apa-apa jadi jangan pernah ikut campur, jangan menuding kalau semua ini kesalahan kami" ucap Kevin. "Lalu salah siapa? salah Mila?" Dian tertawa sumbang. "Jangan melempar kesalahan pada orang lain Vin. Kesalahan ada di elo, lo yang gak bisa menjaga kesetiaan pernikahan lo" ucap Alfi. "Lo Rin, terbuat dari apa hati lo sampai tega menusuk Mila dari belakang. Oh atau jangan-jangan lo gak punya hati?" ucap Dian sinis. Ririn menunduk tak dapat mengeluarkan kata lagi. "Cukup, kalian berdua sudah sangat keterlaluan. Sudah cukup kalian menghakimi kami. Kita pulang mah... dan kalian berdua... jangan sok ikut campur urusan rumah tangga kami" ucap Kevin menarik Ririn menjauh dari kedua sahabatnya. Alfi dan Dian menatap punggung Kevin dan Ririn yang perlahan menjauh dan menghilang. Kedua sahabat itu kemudian saling tatap dalam diam, mereka tak menyangka akan mendapati kisah yang sering mereka lihat di sinetron televisi. "Kasihan Mila" ucap Alfi. "Gue lebih kasihan sama Ririn, saking gak lakunya dia sebagai seorang perempuan dia sampai tega merebut suami sahabatnya sendiri" ucap Dian seraya tertawa sinis. ♥♥♥
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD