Nayla dijamin.

1040 Words
"Jangan salah paham dulu mas, itu hanya bentuk salah satu efek jera saja...! ancam saja dulu dan jangan langsung menjatuhkan talak...! itu maksud saya...!"setelah paham dengan apa yang dimaksudkan oleh Nayla Junaedi pun manggut-manggut. "Kalau dari cerita Sampean tadi saya menyimpulkan bahwa Mbak Salsabila itu takut dengan talak yang akan jatuh dari sampeyan, jadi kalau menurut saya, mending sampeyan memanfaatkan yang itu saja...!"kata Nayla kemudian. "Maaf kalau saya lancang, Tapi saya berharap semoga sampean berkenaan dengan saran yang saya berikan..!"kata Nayla lagi. Entah magnet apa yang dibawa oleh Nayla, yang jelas di sini Junaedi bisa dengan jelas memahami maksud dari Nayla tersebut. dan akhirnya mereka berakhir dengan bernyanyi ria dengan Nayla sebagai pemandunya. "Terima kasih Nayla, kapan-kapan Saya pasti akan ke sini lagi...!"kata Junaidi kepada Nayla. Setelah malam itu, Nayla pun mendapatkan penghargaan dari Sherly, Nayla mendapatkan bonus yang fantastis. Karena Junaedi berani membayar mahal untuk malam bersama Nayla, Junaedi meminta ruangan private yang tak ada CCTV atau pengawasan semacamnya. Jadi sering di benar-benar tidak tahu apa yang terjadi di kamar tersebut. Sherly benar-benar tidak tahu pelayanan seperti apa yang diberikan oleh Nayla kepada Junaedi, Charly pun tak banyak tanya kepada Nayla. Cukup Nayla mampu menjadi pencetak pundi-pundi rupiah yang sangat fantastis saja Sherly sudah tersenyum puas. Seperti pesan yang disampaikan oleh Junaedi, kini Sherly tak memberikan jasa Nayla kepada siapapun, Nayla pun di tempat itu hanya menjadi kawan mengobrol Sherly saja. Nayla tidak diizinkan keluar oleh Sherly tapi dia bebas di dalam Cafe tersebut. Kafe tempat Sherly berusaha lebih mirip dengan bangunan rumah bertingkat tiga yang sangat mewah, dari luar tak akan pernah ada yang menduga bahwa tersebut menyimpan sindikat prostitusi. Nayla pun bingung dengan sikap yang ditunjukkan oleh Sherly."Kenapa ya Mbak Sherly kok nggak pernah memaksaku untuk bekerja seperti kemarin?"batin Nayla dalam hatinya. Tapi akhirnya Nayla lebih memilih untuk bersikap cuek saja, iya tak mau ambil pusing tentang semua itu. Saat Nayla dibebaskan memakai pakaian yang sesuai yang ia inginkan, juga bebas melaksanakan salat serta mengaji, semua itu sudah cukup baginya. Tak jarang Sherly mengajaknya mengobrol dan menemaninya. Nayla pun tak mau mempertanyakan Kenapa seolah dirinya diperlakukan berbeda dengan teman-temannya yang lain. Sherly selalu mencukupi kebutuhan Nayla, di dalam kamar Nayla terdapat sebuah kulkas kecil untuk menyimpan makanan dan minuman untuk Nayla sendiri. Selain itu, setiap hari untuk makannya Nayla dia juga sering dibelikan makanan grab food. "Kamu tidak ingin bertanya Nayla?"tanya Sherly siang itu. "Tanya tentang apa Mbak?"Nayla malah berbalik bertanya. "Kenapa kamu tidak bekerja seperti yang lain dan kenapa kamu diperlakukan istimewa di sini?"tanya Sherly. "Buat apa Mbak? Saya ngerti kok kenapa saya diperlakukan istimewa di sini, meskipun tidak saya pungkiri saya pun termakan penasaran kenapa hal ini hanya saya yang mendapatkannya...!" jawab Nayla terkesan cuek. "Saya hanya berpikir, nggak mungkin rasanya saya sebagai gadis desa diperlakukan seistimewa ini kalau tidak ada maksudnya...!"lanjutnya kemudian. "Cerdas...! kamu memang istimewa nay...!"dengan menjentikkan jarinya Sherly membenarkan perkataan Nayla. "Selain cantik kamu punya daya tarik tersendiri dalam diri kamu, kamu cerdas, cantik, pintar, berkarisma dan tidak murahan...! tapi sayang saat orang tahu kamu keluar dari sini, maka seketika itu juga wajahmu akan tercoreng oleh arang...!"lanjut Sherly menjelaskan. "Itu makanya aku lebih menyarankan kalau kamu tetap di sini, tak akan ada paksaan dariku untukmu melakukan hal yang tak kau sukai di sini...!"Sherly menjelaskan. "Termasuk mengenakan hijab Mbak? bolehkah?"tanya Nayla memastikan. Sherly menghembuskan nafasnya secara perlahan dan kasar. "Ya... kamu bebas mengenakan itu, bahkan jika kamu mau keluar dari tempat ini sekarang juga Kamu pun bisa melakukannya. tapi saranku jangan deh...! karena itu akan sangat membahayakan...!"Sherly menghentikan sejenak ucapannya. "Apakah kamu pernah mendengar kalau ibukota ini kejam? Bahkan kekejaman ibu tiri pun tak mampu mengalahkan kekejaman ibukota...!" tanya Sherly kepada Nayla yang hanya dijawab dengan bilangan kepala. Dengan apa yang dituturkan oleh Sherly membuat Nayla berpikir bahwa dirinya telah di tebus. "Siapa yang menjamin saya Mbak? apakah Mas Junaedi?"tanya Nayla pada Sherly. Sherly mengangguk kemudian berkata. "Siapa lagi kalau bukan dia? dia kan pelanggan Perdanamu kamu tidak mengenal orang lain lagi kan?" tanya Sherly. "Meskipun dia sering berkunjung di sini, tapi dia hampir tak pernah minum dia hanya menyewa teman bicara di sebuah ruangan privat seperti yang dilakukannya dengan, Junaedi merupakan pelanggan royal di sini...!"jelas Sherly lagi. "Tapi... dari sekian orang yang menjadi teman ngobrolnya, hanya kamu yang paling tidak mengecewakan, bahkan dia akan membayar ganti rugi setiap bulan dengan nominal 100 juta! fantastis bukan?"penjelasan Sherly membuat Nayla melongo dibuatnya. "Itupun di luar kebutuhanmu sehari-hari..!"kata Sherly menjelaskan. Saking terkejutnya dengan apa yang di jelaskan oleh Sherly, Nayla sampai tidak mampu berkata apa-apa. "Oh ya nay, Kenapa kamu suka pakai gamis? Bukankah itu ribet? mana panas lagi...!"tanya Sherly. "Alhamdulillah Mbak, pakaian ini sangat nyaman untukku...! coba deh Mbak soalnya memakainya...!" jawab Nayla. Mendengar itu Charlie pun tertawa terbahak-bahak sampai-sampai matanya pun mengeluarkan air mata. "Mana bisa aku Nay, aku terbiasa dengan pakaianku ini, Aku bangga dengan lekuk tubuh yang kumiliki, apalagi kalau ada pasang mata yang tak berkedip saat memandangku dengan penuh pesona, maka aku akan semakin bangga nay..!" kata Sherly memamerkan lekuk tubuhnya. "Aku suka memamerkan kaki jenjangku ini dan juga leher ini...! Dan ini menjadi daya tarik ku untuk menggaet laki-laki berduit...!"lebih jauh lagi Sherly membanggakan dirinya. "Ish...ish...! nggak boleh itu Mbak, semua yang ada pada kita sebagai perempuan itu semua aurat Mbak dan aurat itu wajib ditutup...!"perkataan Nayla terhenti saat mendengar kata-kata Sherly. "Stop...! nggak usah ceramah deh sama aku, udah sana kamu kalau mau ngapain, lanjutin aja...! aku masih suka dengan duniaku Nay, jadi jangan coba-coba untuk mengusikku!" hardik Sherly tak suka. "Kamu memang bebas di sini, tapi bukan berarti kamu berhak menceramahiku, tentu tentu aku tidak akan menyukainya menyukainya...!"Sherly memperingatkan. Sherly kembali ke mode mucikari yang garang dan tanpa belas kasih, dia menatap Nayla pernah intimidasi karena tak suka dengan apa yang diucapkan oleh Nayla barusan. Sementara Nayla hanya bersikap cuek, ya tak peduli dengan apa yang diucapkan oleh wanita yang ada di hadapannya tersebut, baginya Sherly itu sedang tersesat dan tak perlu dibenci. Nayla membiarkan Sherly berbuat semaunya, karena dia sendiri pun tidak memiliki kuasa untuk mencegahnya ataupun memperingatkannya. Sherly benar-benar menegaskan bahwa dirinya tak mau diusik. "Semoga suatu saat nanti hidayah akan menjemputmu Mbak, semoga kamu masih diberi kesempatan untuk bertaubat sebelum maut menghampirimu...!"do'a tulus di langitkan indah untuk wanita yang tega menjual wanita lainnya tersebut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD