Pagi itu Pak Daniel berangkat ke kantor dengan diantar oleh sopir pribadi, tak lupa dia meliburkan semua sopirnya selama satu minggu dan tentu saja tanpa sepengetahuan dari Salsabila.
sesampainya di kantor dia langsung berkata kepada sekretarisnya untuk menyampaikan kepada Junaedi untuk menghadap ke ruangannya.
Terdengar pintu ruangannya diketuk tanda ada seseorang yang hendak menghadap.
"Masuk...!"Pak Daniel mempersilahkan orang tersebut untuk masuk.
"Permisi Pak!"ucap seseorang yang dari luar dan ternyata orang itu adalah Junaedi, seseorang yang tengah ditunggu oleh Pak Daniel.
Junaedi pun masuk dan kemudian duduk di kursi di depan meja Pak Daniel. tanpa basa-basi Pak Daniel langsung mengutarakan apa yang menjadi maksudnya.
"Jun, jika seandainya kamu saya beri tugas untuk menjaga putri saya seumur hidup, kamu bisa?"tanya Pak Daniel to the point.
"Maksudnya pak?"tanya Junaidi yang belum bisa menangkap apa dimaksudkan oleh bosnya tersebut.
"Saya mau kamu menikah dengan Putri saya Salsabila...! bagaimana? Jangan menolak ya? jujur saya merasa kamu lah orang yang tepat untuk mendampingi putri saya...!"Pak Daniel menjelaskan apa yang dimaksudkannya.
"Bagaimana dengan salsabila pak? apakah dia juga setuju?"tanya Junaedi ingin tahu.
"Tapi kok saya merasa tidak pantas ya pak? saya ini tidak sepadan loh pak, saya ini hanya orang yang kebetulan bisa sukses karena kesempatan yang Bapak berikan...!"Junaidi merasa tidak pantas jika harus bersanding dengan Salsabila. yang itu artinya menjadi menantu dari bosnya tersebut.
"Saya hanya orang kampung Pak, saudara saya juga banyak, satu yang perlu digarisbawahi, orang yang masih bergantung kepada saya, contohnya adalah adik-adik saya masih pada sekolah dan itu tertentu membutuhkan bantuan saya...!"kata Junaidi sungkan dan menceritakan keadaannya.
"Kami ini yatim pak, jadi beban itu masih berada di pundak saya...! sebab mama saya sudah sepuh, kasihan kalau masih bekerja membanting tulang belakang seseorang...! dan kalau saya menikah sekarang? bagaimana dengan nasib pendidikan adik-adik saya?" Junaedi sengaja menjeda kalimatnya sebentar. sementara Pak Daniel terus menyimak apa yang dituturkan oleh Junaedi.
"Maaf Pak, bukannya saya menolak, tapi saya masih memikirkan adik-adik dan juga mama saya Pak...! tujuan saya untuk bekerja keras adalah untuk memberikan kehidupan yang layak bagi mereka...!"dengan menunduk Junaedi menjelaskan segala keadaannya yang menjadi kendala jika dia menerima lamaran bosnya tersebut untuk menikah dengan putrinya.
"Apakah sudah selesai kamu berbicara? baiklah sekarang giliran saya yang akan menjelaskan semuanya...!"mendengar bosnya berbicara Junaedi pun mendoakan kepalanya kemudian menyimak apa yang hendak disampaikan oleh bosnya tersebut.
"Pernikahanmu tidak akan menghalangimu untuk memberikan sesuatu kepada mereka, bukan maksudku untuk membelimu, Tapi percayalah apa yang kamu lakukan selama ini kepada keluargamu, itu akan tetap berjalan seperti biasanya...!"Pak Daniel berhenti sejenak.
"Saya pertegas di sini, pernikahanmu dengan putri saya tidak akan menghalangi baktimu kepada orang tuamu dan juga keluargamu...!"kata Pak Daniel tegas.
"Oh ya satu lagi, buatkan rekening khusus untuk ibumu dan hanya ibumu sendiri yang bisa mengaksesnya...!"kata Pak Daniel lagi.
"Setiap bulan kamu akan menerima dua slip gaji, satu untuk kamu pegang sendiri dan untuk menafkahi putriku. dan satu slip gaji akan masuk langsung ke rekening ibumu...!" kata Pak Daniel kemudian.
"Sekali lagi, tolong jangan pernah berpikir kalau aku membelimu. sekali lagi tidak, aku tidak membelimu...!"terlihat Pak Daniel menarik nafasnya secara perlahan kemudian melanjutkan kembali kata-katanya.
"Aku hanya melamarmu untuk putriku, aku rasa hanya dirimu lah yang pantas untuk mendapatkan posisi itu. jiwa sabar yang melekat padamu itu aku yakin bisa membimbing putriku..!"kata Pak Daniel.
"Aku ingin berikan hak yang pantas, Karena setelah kamu menikah dengan putriku nanti, maka jabatan CEO akan aku serahkan kepadamu menggantikan CEO yang lama...!"Pak Daniel menjelaskan lebih jauh lagi.
Junaidi berpikir cukup lama, sementara itu Pak Daniel pun harap-harap cemas menunggu keputusan apa yang hendak diambil oleh Junaidi. Dalam hati dia berdoa semoga Jumadi mau menerima tawarannya untuk menikahi putrinya.
"Baiklah Pak, bismillahirrahmanirrahim...!"Junaidi menarik nafasnya cukup dalam kemudian melepaskannya secara perlahan.
"Saya menerima perjodohan ini, dan semoga perjodohan ini direstui oleh sang pemilik kehidupan...! jawab Junaedi pada akhirnya.
Junaidi memikirkan baik buruknya jika dia menerima lamaran dari bosnya tersebut, selain karena akan terus berkembang, dia pun bisa mencukupi kebutuhan orang tua dan juga adik-adiknya. Dan poin penting dari itu semua adalah, dia bisa menjalankan sunnah Rasul yaitu pernikahan.
"Ridhoi keputusanku ini ya Allah, aku menjalankan semua ini hanya mengharap ridho darimu...!"batin Junaedi dalam hatinya.
"Alhamdulillah, terima kasih ya Jun sudah menerima lamaran saya...! kamu saya beri izin cuti selama satu minggu...!"kata Pak Daniel kemudian.
"Pulanglah...! bahaslah semua ini kepada ibu dan adik-adikmu, Saya harap keluargamu pun bisa menerima perjodohan ini, sesegera mungkin bawalah ibu dan adik-adikmu ke rumah untuk membahas ini semua...!"perintah Pak Daniel.
Junaedi pun mengangguk kemudian Dia pamit permisi keluar dari ruangan bosnya tersebut. Junaedi langsung berjalan menuju parkiran lalu menghampiri security.
"Maaf Pak, boleh ambilkan mobil saya? ini kuncinya...!"Junaedi meminta tolong kepada sekuriti untuk mengambilkan mobilnya.
"Bisa Pak...!"Tanpa banyak membantah security tersebut langsung menjalankan apa yang diperintahkan oleh salah satu staf kantor.
Junaedi hanya mengangguk, dalam hatinya masih kepikiran dengan perjodohan yang mendadak ini. dalam hati Junaedi merasa gamang pasalnya selama ini dia sangat mengetahui sifat dari anak atasannya tersebut.
"Apakah aku bisa melunakan sifat Salsabila yang angkuh dan sombong?"Junaedi menyaksikan kemampuannya sendiri.
Junaedi selama ini sangat tahu jika anak atasannya tersebut memiliki pacar, tapi Junaedi merasa tak bisa untuk menolak keinginan atasannya tersebut.
terlalu banyak Budi yang diberikan oleh atasannya tersebut yang membuat Junaedi segan untuk menolaknya.
Dalam perjalanan pulang ke kampung halamannya, Junaedi sengaja menyewa sopir untuk mengantarnya. pasalnya dia takut jika dirinya tak mampu berkonsentrasi.
Panjang perjalanan dia hanya melamun, bahkan sopir yang disewanya pun merasa bingung sendiri melihatnya.
karena bukan suasana libur jadi keadaan jalan pun sangat lenggang, lancar dan tanpa terhalang kemacetan sama sekali.
Pukul 05.00 sore Mereka pun sampai di kampung halaman Junaidi, Junaidi pun mengucapkan terima kasih kepada sopir tersebut lalu memberikan uang yang telah disepakati. tak lupa Junaedi pun juga mau lebihkan dua lembar uang merah untuk sopir tersebut sebagai ongkos naik bus.
"Assalamualaikum mak...!"ucap Junaedi di ambang pintu.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh...!"jawab salam dari mamanya Junaedi yang bernama Supinah.
"Kamu pulang le? Kok mendadak? Ada apa le? Kok Ma'e jadi cemas ya?"kata Mak Supinah cemas karena kedatangan putranya yang tiba-tiba.
"Nggak ada apa-apa Mak, mak'e nggak usah cemas, Junaedi pulang cuma kangen sama Ma'e. Jun dapat cuti seminggu Mak...!"jawaban Junaedi cukup membuat Mak Supinah merasa lega.