Alex si Keras Hati yang Bijak

1034 Words
Sahabat terbaik buat Juna. Dia jadi teman yang paling sabar di antara teman teman di kampung. Alex selalu jadi tempat curhat buat teman se genk. Sejak kecil ia di angkat anak oleh seorang janda tua yang tidak memiliki anak. Kebetulan suami beliau telah lama meninggal sebagai pensiunan polisi. Beruntung buat sang ibu angkat karena ia masih mendapat hasil dari pensiunan almarhum suami. Serta warisan berupa tanah dan rumah sewaan beberapa petak. Alex kecil sebenarnya memiliki orang tau kandung di kampung sebelah. Tapi karena situasi dan keadaan juga serta hubungan baik antara ibu angkat dengan keluarga orang tua kandungnya, maka terjadilah takdir tersebut. Ia sedari kecil sudah tinggal dengan ibu angkatnya. Dengan sepenuh hati sang ibu angkat tak pernah merasa jika Alex itu bukan anaknya. Ia memperlakukan bocah ini sama hal nya dengan anak kandung sendiri. Alex sangat beruntung mendapatkan orang tua angkat ibu tua tersebut. Keadaan ekonomi kedua orang tua kandungnya tidak seberuntung ibu janda tua tersebut. Apalagi orang tua kandung Alex memiliki beberapa anak lagi yaitu 3 orang. Beban hidup yang harus mereka pikul membuat kedua orang tuanya memutuskan untuk memberikan amanah pada ibu janda itu. Meski Alex tetap mendapatkan kasih sayang juga dari orang tua kandungnya dalam sebulan sekali. Bersama ibu angkatnya Alex di besarkan dengan penuh kasih sayang. Pendidikan yang ia dapatkan hingga ke jenjang yang tertinggi. Sang ibu angkat tak pernah sekalipun memukul anaknya meski senakal apapun ia. Apalagi Alex juga anak yang tak pernah berbuat hal yang aneh. Ia sangat menurut dengan semua perintah ibu angkatnya. Meski terkadang jika sedang kumat ia bisa sedikit membantah. Karakternya yang sangat keras hati kadang membuat orang sekitarnya jadi segan. Ibu angkatnya sendiri sangat paham dengan kekurangan sang anak. Jika ia menginginkan sesuatu itu kudu terpenuhi entah bagaimana caranya. Beruntung sang ibu angkat orangnya sangat penyabar dalam membesarkannya. Alex hanya tinggal berdua dengan ibu angkatnya. Di rumah kayu berlantai dua yang bersebelahan dengan balai desa tempat warga di kampungnya sering kumpul kumpul. Mulai dari posyandu, pemilihan RT, lomba tujuh belas agustus sampai pemilihan umum juga di balai desa tersebut. Di depan rumahnya ada rumah panggung dari kayu yang cukup besar. Itu adalah rumah si Peyok, salah satu tetangga sekaligus sahabat karibnya. Selain keras hati dan bijak, Alex juga berbadan tinggi dan besar. Hampir sama dengan Peyok. Sekolahnya juga dari SD hingga Menengah Pertama mereka selalu di sekolah yang sama. Hanya tingkat Menengah Atas saja mereka berpisah karena Peyok lebih memilih Sekolah Teknik Menengah. Katanya ia ingin merubah karakter agar bisa lebih garang. Tapi tetap saja tidak ada yang takut dengan wajah dan typicalnya. Rumah Alex yang sederhana menjadi salah satu markas besar buat ke lima sahabatnya. Hampir tiap hari rumahnya tak pernah sepi. Apalagi di rumah itu juga banyak mainan kombet mini yang sering menjadi bahan khayalan anak anak di masa itu. Monopoli dengan uang kertas palsu dan ular tangga sudah menjadi santapan juga. Begitu juga jika jadwal jogging di akhir pekan. Hari subuh ke enam sahabat berkumpul untuk sekedar jalan jalan pagi ke lokasi yang ramai pengunjungnya. Padahal semalam sudah ngunmpul bermain sepeda. Alex juga seorang bek yang tangguh jika di duetkan dengan Didi yang ga kenal kompromi. Tapi jika di duetkan dengan Peyok alamat gawang mereka bisa jadi lumbung gol buat lawan. Hingga di sekolah menengah atas barulah Alex bersama Juna sekelas. Mulai dari kelas 1 hingga kelas 3, bahkan hingga kuliah ke luar pulau mereka juga bersama hanya beda kampus. Memang takdir yang selalu menyatukan mereka untuk jadi sahabat baik. Sifat keras kepalanya Alex kadang bisa membahayakan dirinya. Keteguhan hatinya dalam memegang prinsip membuat ia tak peduli dengan siapa lawannya. Jika menurut dirinya ada yang salah dari orang tersebut yang melanggar kehidupannya, pasti akan ia lawan hingga habis habisan. Gadis yang ia taksir adalah adik kelas yang usianya terpaut 5 tahun darinya. Karena sang gadis yang selalu saja lewat depan rumahnya jika berangkat menuju sekolah. gadis itu adalah cinta pertama si Alex. Begitu juga dengan sang gadis yang ternyata menyukai si Alex. Alex juga senang dengan ilmu bela diri. Kebetulan Taekwondo adalah pilihan jenis bela dirinya. Dia satu satunya diantara 6 sahabat karib tersebut yang menggeluti bela diri tersebut. Tapi itu tak bertahan lama karena kurang dukungan dari orang orang di sekitarnya. Akhirnya kembali ia menjaga markas besar tempat teman temannya pada ngumpul. Di tingkat menengah atas ia sebangku dengan Juna. Hubungan mereka pun sudah seperti saudara kandung. Sudah sangat mengenal satu sama lainnya. Begitu juga hubungan ibu angkatnya dengan keluarga Juna, sudah sangat mengenalnya terutama ayah Juna yang terkenal gaya premannya. Hingga merantau ke pulau Jawa ia kembali di pertemukan dengan Juna. Bahkan satu kontrakan yang sama. Tapi itu hanya bertahan kurang lebih 6 bulan karena Juna yang harus berpindah ke kosan yang lebih dekat dengan kampusnya. Sementara Alex tetap bertahan di kontrakannya karena tempat ia kuliah jaraknya tidak jauh dari rumah kontrakan tersebut. Diploma 1 adalah jenjang kuliah yang ia ambil saat itu. Makanya ia hanya setahun mengenyam pendidikan di Jawa. Paling tidak ia bisa merasakan menjadi anak kuliahan. Beruntung ia memiliki orang tua yang mau membiayainya hingga selesai kuliahnya. Padahal ibu angkat tidaklah keberatan untuk anak semata wayangnya kuliah di jenjang yang tertinggi. Tapi Alex tak tega terlalu meninggalkan orang tuanya tersebut. Apalagi untuk waktu yang cukup lama dengan sisa usia beliau yang sudah cukup berumur. Selepas kuliah ia langsung mengadu nasib di sebuah perusahaan jasa yang bergerak di bidang penerbangan. Untuk awal ia mendapatkan posisi sebagai security. Karena zaman itu dengan ijazah D1 saja ternyata tidak, minimal kudu D3 atau sederajat. Alhasil mencari pekerjaan agak kesulitan. Kebetulan di bandara ada lowongan untuk posisi security. Pekerjaan yang tidak memerlukan skill khusus. Apalagi si Alex mempunyai keluarga dari ibu angkatnya untuk bisa lolos seleksi.  Hari pertama kerja ia sudah mendapat ujian. Berada di palang pintu masuk bagi penumpang yang ingin bepergian dari kota ini. Ia dengan tegas mengikuti standar operasi peraturan di perusahaan. Sesuai dengan prinsipnya yang selalu ia pegang teguh. Tak peduli siapa yang harus ia hadapi saat bekerja. Namun apes hari itu ia harus di uji dengan seseorang yang cukup berpengaruh karena memiliki jabatan. Sebenarnya Alex sudah sesuai dengan aturan yang berlaku, melarang pengunjung yang ingin mengantar penumpang hingga di ruang tunggu. Tapi karena pengunjung itu merasa punya kelebihan soal tahta, ia jadi berani berbuat seenaknya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD