Chapter 16

2019 Words
Ada yang malu tapi bukan karena jatuh, muncul warna merah jambu namun bukan dari jambunya. Oke, kalau begitu seperti biasa. Mari berteori ... Dari penggalan kalimat paling atas, kira-kira kenapa hal tersebut bisa terjadi? Dan pada siapa? Mengapa? Hal apa yang dapat menyebabkan rasa malu hadir kecuali dari insiden jatuh? Meski ketika jatuh lebih dominan pada rasa sakit tapi, kalau posisi jatuhnya di hadapan umum. Bukan satu dua mata yang memandang tapi belasan bahkan puluhan pasang mata maka, rasa sakit itu sirna seketika. Tubuh nyaris kebal sebab rasa malu lebih besar. Rasanya seperti hendak menyembunyikan muka dari tatapan banyak mata tersebut. Kalau perlu pakai jurus menghilangkan tubuh. Agar orang-orang tidak bisa lagi melihat kita disaat yang sama. Fantasy! Hanya ada di cerita-cerita bergenre fantasy. Ini kan cerita bergenre science fiction. Jadi, sudah pasti berbeda dari sudut pandang para tokoh-tokohnya. Seperti Alan misalnya. Kedua pipinya tiba-tiba muncul semburat merah jambu karena tingkah konyol yang ia buat sendiri. Sikap malu-malunya pun keluar di detik yang sama. Pertanyaannya kenapa? "Hei Future, belajar ungkapan seperti itu dari mana kau? Apa programmu yang menyetelnya?" Pertanyaan sarkas mengandung tekanan disetiap katanya. Di ruang tamu dekat televisi, lelaki berhoodie biru langit dengan celana katun pendeknya itu pun terlihat salah tingkah. Hanya karena kalimat pertama yang Future ucapkan ketika Alan bertanya, "Halo Future, apa dayamu sudah penuh? Kau bisa digunakan seperti semula?" Namun, alih-alih menjawab sebagaimana pertanyaan yang Alan berikan, Future justru menjawab dengan santainya, "Selamat siang George, aku mencintaimu." "Kenapa tiba-tiba membahas cinta sih," dumal Alan pelan. Membuat perasaannya yang lemah lembut seperti squisy itu meleyot saja. Kalau begini kan Alan jadi ragu Future itu robot keren nan canggih. Seperti saat pertama kali mereka bertemu, ia mengira Future adalah seorang gadis yang menguntitnya karena rasa suka yang ia miliki. Oh my God! Pemikiran macam apa itu. "Ungkapan cinta tidak hanya melibatkan perasaan sebagaimana yang wanita dan pria alami. Kata cinta mengandung banyak artian, termasuk pada sahabat, kerabat, rekan kerja, dan lain-lain." Pria bertubuh ganjang itu menghembuskan nafas panjang. Sesaat meraup wajahnya agak frustasi. "Kalau begitu, kenapa kau berkata mencintaiku begitu?" "Karena Anda dan rekan Anda, Andrew Leograss yang telah membantu mengaktifkan daya dan memperbaiki kerusakkan pada anggota tubuhku. Terima kasih George." "Wow wow! Apa ini? Kau-" Alan membekap mulutnya sendiri. Tampak takjub dengan yang dialaminya sekarang. "Kau tau kami yang membenahi kerusakkan pada tubuhmu?" "Minggu, 10 Oktober 2021. Pada pukul 08.00 sampai dengan 20.30 WIB. Pemeriksaan pada rancangan mikro USB dan chip, pencarian data berupa jati diri dan asal-usul. Pencobaan peretasan pada unit C, dengan nomor seri CE-23r463oeh8o3o479 yang dilakukan langsung oleh Andrew Leograss di kediaman Alan George Ferdian. Jl. Lintas Cempaka distrik Blue, nomor 22. Jakarta, Indonesia." Penjelasan panjang Future yang membuat Alan menganga takjub di tempatnya. Mulut terbuka lebar pun mata yang tak kunjung berkedip. "Sedetail itu? Woah!" Menatap selekat mungkin sosok makhluk luar angkasa ini yang juga sedang menatapnya. "Data manajemen A, baru. George terlihat tidak percaya," ucap Future di tengah-tengah nuansa tak nyata bagi Alan tersebut. "Tentu saja aku tidak percaya. Bagaimana mungkin kau mengetahui apa yang kami perbuat padamu saat itu? Kau kan sedang tidak aktif, beberapa kabelmu bahkan mengalami kerusakkan." Alan menyuarakan lantang keresahan hatinya. "The Future from 3038, kami diciptakan dengan kecerdasan tanpa batas setelah melewati uji coba paling mainstream sekalipun." "Benarkah itu? Wow ini gilaa. Penemuan terbaru!" batin Alan heboh." "Benarkah kau secerdas itu?" "Silahkan bertanya apapun yang Anda butuhkan." Jawaban Future yang membuat api semangat Alan berkobar-kobar. Tantangan dan rintangan, sama-sama memusingkan dan menguji adrenalin. Namun, tak sedikit pula yang mengadu kecerdasan otak. Banyak kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan untuk menentukan seberapa cerdas individu itu. Seperti, tes IQ, adu cerdas cermat, mengikuti ujian toefl ataupun ujian-ujian resmi lainnya yang bersertifikat agar hasilnya lebih memadai. Namun, untuk kali ini Alan akan menguji sendiri kecerdasan Future langsung dari tanya-jawab yang akan ia berikan. Pertanyaan-pertanyaan yang sulit dan telah tersedia dalam benaknya tuk diajukan sebagai pertanyaan. "Oke, kalau begitu dengar ini baik-baik dan jawab dengan tepat tanpa ada yang meleset satu pun." "Silahkan George." Alan berdecak, selalu saja George. Padahal ia lebih suka dipanggil Alan sebagaimana orang-orang biasa menyebutnya. Kalau dengan nama George, ia merasa agak aneh. Mungkin karena tidak terbiasa. Dan sudah nyaman dengan panggilan lamanya. Tapi, mari kesampingkan itu dulu. Kegiatannya dengan Future lebih penting dari itu. "Baiklah, dimulai dari pertanyaan pertama dan yang paling utama. Bagaimana bisa kau mengenal Andrew?" Karena dengan lancar jaya Future menyebut nama lengkap sahabatnya yang sering ia panggil kadal itu. Dan hal tersebut cukup menarik perhatian Alan. "Andrew Leograss, 23 tahun. Mahasiswa IT tingkat akhir yang hampir menyelesaikan sidang skripsinya. Memiliki tinggi badan 178 cm dan berat badan 67 kg. Putra tunggal keluarga Laksamana. Ayah, Krei Laksamana pria keturunan Indonesia-Denmark ..." Bla bla bla ... Dan tahukah kamu, bahwasannya semua yang Future jelaskan hari itu adalah fakta. Kebenaran yang ada. Membuat Alan nyaris pingsan detik itu pula. Berlanjut pada pertanyaan kedua. "Kapan Indonesia Merdeka, dan bagaimana sejarah kemerdekaan Indonesia?" "Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945 di bawah pimpinan Presiden pertama Indonesia yakni, Soekarno ..." Penjelasan terus berlanjut sampai akhir. Sesuai pada pertanyaan yang Alan tanyakan. "Berikutnya, berapa hasil dari soal ini!" Yang Alan angkat selembar kertas berisikan soal matematika tingkat lanjut yang sudah terjamin kesulitan dan kerumitannya. "Delapan. Karena A sama dengan C dibagi bilangan ..." Takjub! Kedua bola mata Alan berbinar takjub. Terkesima oleh jawaban yang Future ucapkan tidak sampai dua detik setelah soal muncul. Dan mampu ia pecahkan dalam waktu kurang dari 20 detik untuk soal sesulit itu, lengkap dengan penjabaran jalannya serinci mungkin. "Next!" ucap Alan lagi. Begitu seterusnya sampai semua satu persatu bidang mata pelajaran yang pernab ia pelajari dipertanyakan. Seperti, kimia, filsafat, ilmu kewarganegaraan, dan bahasa asing. Yang terdiri dari bahasa-bahasa asing favorit Alan. Dalam pertanyaannya itu ia buat ucapkan bajasa asing yang telah ia tentukan kemudia terjemahkan langsung dalam bahasa Indonesia. Terhitung, tidak sampai 5 menit Future mampu mengucapkan 12 bahasa asing dan artinya yang masing-masing setiap kalimat terdiri dari seratus kata. Sampai pada waktu yang mereka habiskan di siang itu hampir dua jam. Padahal Alan bermaksud pulang sebentar untuk mengambil buku catatan yang tertinggal kemudian langsung menuju kantor. Namun, saat ia tiba telah disambut oleh suara Future yang terduduk di sofa. Seingatnya, terakhir kali ia meletakkan Future pada dudukkan cas baru yang ia dan Andrew buat. Ternyata, orang itu sudah bisa kelayapan ke mana-mana. Eh, bukan orang. Tapi robot? Makhluk luar angkasa? Yeah, terserahlah apa pun itu. "Kau bisa pergi sendiri setelah bateraimu penuh?" tanya Alan setelah keheningan beberapa saat karena ia diam. Menstabilka keterkejutannya atas kecerdasan Future yang mulai hari ini akan ia akui. Fix! Andrew harus melihatnya langsung. Ah iya, bawa si kadal itu ke sini. Maka, Alan ambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu di sana. Setelah menekan ikon send perhatiannya kembali tertuju pada Future. Banyak hal yang ingin ia tanyakan pada gadis ini. Demi dewa, banyak sekali! Tapi, kesibukkannya membuat pemuda kelahiran Mexico 22 tahun silam itu harus menahan hasratnya untuk beberapa jam ke depan. Pekerjaan sudah menunggu di depan mata. Jadi, nanti akan ia introgasi lagi gadis ini sepuasnya. Bertanya dan menganalisis. Untuk hari ini sekian. Drrtt drrtt ... Nama Prof. Nellam tertera di sana. Yang langsung Alan angkat pada dering keduanya. "Halo, ya, Prof?" Baiklah. Cukup sampai di sini. Nanti malam Alan pastikan dia akan puas. Eh? Kenapa kalimatnya jadi ambigu ya? *** Di tempat lain, Sebuah papan kayu ukiran yang terlihat mahal bertuliskan "Presdir Jazz Vranks" tertera di atas kayu yang tak kalah mewah. Doujav Corp, perusahaan IT raksasa yang namanya diambil dari singkatan nama pemilik resmi perusahaannya sendiri, yakni Dorelio Jazz Vranks. Pada salah satu ruangannya, tiga orang tengah mendiami ruang tersebut. Ruang yang sama dengan plat nama mahal di sana. "Bagaimana, Ben. Apa kau tertarik dengan kerja sama ini?" ucap salah satu orang dengan posisi tertinggi antara ketiganya. Siapa lagi kalau bukan CEO resmi Doujav Corp. Mr. Jazz yang terhormat. "Ini adalah kerja sama yang akan menguntungkan banyak pihak, Ben. Periksalah sebaik mungkin. Sebagai salah satu si jenius yang telah menciptakan AI kelas dunia kupikir kau seharusnya menerima kesepakatan dengan cepat." Lagi-lagi suara Mr. Jazz yang terdengar. "Tapi, Mister. Proyek kali ini tidak mencerminkan Doujav Corp yang sesungguhnya," jawab Benzie pada akhirnya. Setelah diam dalam beberapa waktu yang cukup lama. "Why? Kenapa seperti itu? Ini adalah langkah awal kita menuju sesuatu yang lebih dan lebih lagi. Bukan begitu Megan?" "Tentu saja, Sir." Ya, di dalamnya berisi tiga orang. Jumlah yang cukup sedikit sekali untuk ukuran ruangan CEO yang luasnya fantastis. Mr. Jazz, Benzie, dan Megan. Ketiga orang itu kompromi sejak beberapa menit lalu. Atau mungkin hanya dua orang? Because Megan is a smart AI milik Mr. Jazz. Fakta satu, bahwa yang mengetahui jati diri Megan yang sesungguhnya hanyalah dua orang terkemuka pentolan Doujav Corp itu saja. Sang pimpinan perusahaan dan anak didiknya yang jenius, Benzie. Jati diri Megan yang bukan manusia melainkan robot itu sudah Benzie ketahui dari dua tahun lalu karena mega proyek yang membesarkan namanya. Dan hadiah yang tak terduga pun datang dari pemilik tempatnya bekerja langsung. Yaitu, dipercaya untuk menjadi tim kerja rahasia bersama Mr. Jazz dan Megan. Walau secara resmi kedudukkan Megan di perusahaan baru diumumkan beberapa waktu lalu sebagai kepala departemen Artifical Intelligence (AI) dan machine learning. Karena sesuai posisinya, pekerjaan Future selama ini tertutup. Rahasia, hanya berlangsung di kediaman pribadi Mr. Jazz. Namun, baru-baru dilantik secara resmi karena suatu alasan yang tidak diberitahukan Mr. Jazz sendiri. Sekarang, ketiga manusia minus Megan itu sedang terlibat pembicaraan serius. Rapat penting di timing yang genting. Darurat! "Tolong kau pikirkan baik-baik lagi, Benzie. Selama ini kerjamu sangat luar biasa. Kali ini tidak akan meleset juga. Apalagi mengingat lawanmu hanyalah anak kemarin sore yang mempunyai khayalan tinggi. Secara pengalaman saja dia sudah kalah jauh. Jadi, apalagi yang kau beratkan?" Benar, perkataan Mr. Jazz ada benarnya juga. Mengenai pengalaman dia sudah matang. Pun hasil karya yang kelasnya internasional. Dibanding dia? Masih kalau jauh! Seulas senyum simpul hadir menghiasi sudut bibir Benzie. "Iya, saya percaya bisa unggul jauh lebih tinggi. Tapi, Sir yang namanya mencuri data tetap saja salah. Rekayasa perangkat lunak untuk melumpuhkan lawan? Ini mencari jalan pintas namanya. Tidak fair!" bantah Benzie. Kecurangan. Yang sedang mereka bicarakan sekarang. Disaat namanya harum karena kerja kerasnya yang baik-baik, hallal namun harus melakukan kejahatan hal curang seperti ini, tentu bukan solusi yang terbaik. "Sir-" "Megan, ungkap isi data proposal materi Gx-B jilid pertama!" "Baik, Sir." Materi Gx-B? Bukankah itu proposal yang pernah ia susun dulu? Benak Benzie dipenuhi tanda tanya. "Apa ini, Sir?" Pria tua itu tersenyum miring. "Baca sendiri," ucapnya. Sebelah tangan Megan yang terulur ke depan tepat ke papan tulis putih memunculkan gambar. Seolah infokus yang dapat memperlihatkan tampilannya. Di sana, pada papan putih itu, bisa Benzie lihat dengan jelas tulisan-tulisan yang dulu disusunnya terdapat beberapa poin tambahan. "Oh?" "Kesepakatan baru jika kau menyetujuinya, Ben?" ucap Mr. Jazz pelan namun sarat akan kepuasan yang besar. Seperti baru menang lotre. Dua pasal tambahan yang ia baca. Satu diantaranya adalah royalti sebesar 50% dan tambahan bonus $50.000 jika berhasil memboyong trophy berikutnya dari AI yang ia ciptakan. "Lima puluh ribu dolar?" gumam Benzie. "Ya, lima puluh ribu dolar. Dan kejutan lainnya karena kesetiaanmu selama ini. Ditambah kau jiga berhasil membawa nama Doujav Corp dipandang sebagai salah satu perusahaan IT berpengaruh di dunia. Olej karenanya, masih banyak yang inhij kuberikan padamu, Benzie." Kalimat Mr. Jazz yang menggiurkan. Ya ampun ini bahkan diluar ekspektasinya. Sebagai pencinta rupiah dan dolar, Benzie tentu amat sangat terkesima mendengar penjelasan tersebut. "Megan, berikan kode unit digital search padanya." Apalagi itu? "Tridivial 12hek R0woupv, Anda berada pada titik atas perancangan AI terbaik sejauh ini di benua Asia. Silahkan pindai kode QR X dan masukkan kode tridivial ini sebagai akses masuk laman." "Kau mencoba membaca sistemku?" tanya Benzie pada Megan. "Jangan terkecoh, Nak. Lihat! Seberapa cerdas dan handal pun dirimu dalam meretas data, nyatanya Megan jauh lebih terperinci," sahut Mr. Jazz. "Sir, apa-apaan ini? Bukankah-" "Kalau begitu benahilah. Input dan output data-data yang semestinya kau kerjakan kan? Megan akan membantu sebanyak apa yang kau butuhkan." "Bisa Anda perjelas maksud dari ini semua, Sir?" Karena menurut pengamatan Benzie sejauh ini, semuanya terlalu berlebihan. Dan bukankah segala sesuatunya yang berlebihan itu tidak baik? "Jangan biarkan orang lain merebut takhtamu, Benzie." ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD