"Jadi, kau datang dari masa depan?"
Di hadapanku, manusia robot yang beberapa hari lalu kutemui di sungai dalam dinginnya malam itu pun mengangguk.
Dua buah minuman kaleng tersaji di hadapan kami. Punyaku dan Future.
Ya, dia bisa makan dan minum sebagaimana manusia pada umumnya. Padahal tubuhnya terdiri dari rancangan dan kabel-kabel. Hidupnya pun berdasarkan kekuatan charge.
Aneh memang tapi sejak pertama kali bertemu dengannya pun dia sudah aneh.
"Jadi, kau berasal dari tahun 2038?"
Lagi-lagi ia menganggukkan kepalanya.
"Kenapa?"
Maksudku, ini bahkan masih tahun 2021. Bagaimana mungkin ada makhluk lain yang berasal dari tahun 3038?
Meski manusia planet lain sekalipun. Rotasi bumi memang tak sama tapi, kalau tahun seharusnya tidak terlalu jauh perbedaannya kan?
2021 dan 3038.
Sudah sepuluh abad kemudian? Yang benar saja.
"Benar-benar 3038?" Sekali lagi. Aku masih tak percaya.
"Di tahun 2021 sekarang hal ini paati mengejutkan bagimu kan, George? Tapi, ini sungguhan," ucapnya.
Wah ...
Berhubung masih jam 10 malam, baiklah. Akan kukorek tuntas semua informasi tentangnya sehingga tidak akan membuatku bingung lagi.
Sesuai pada keinginanku tadi siang. Malam ini mari dengarkan perkataannya.
"Di planetku, revolusi waktu bergerak dengan cepat. Jika di bumi manusia 1 tahun terjadi dalam 365 hari maka di sana jauh lebih cepat. Dan beberapa sistem tata letak planet kita yang berbeda," jelasnya.
Ah! Apa mungkin seperti Merkurius yang satu kali mengorbit matahari atau satu tahun berlangsung selama 88 hari. Atau Venus yang satu tahun hanya berlangsung selama 255 hari?
"Bukan George! Planet kami lebih sfesifikasi dari itu. Merkurius dan Venus merupakan dua planet yang letaknya lebih dekat dari matahari sehingga tidak bisa terjadi kehidupan di dalamnya. Dan juga, planetku tidak termasuk dalam tata surya bima sakti seperti Mars, Jupiter, Merkurius, Venus, dan lain-lain."
Wah, aku semakin pusing saja. Tapi ini pembahasan yang seru juga.
"Lalu kalau begitu, apa mungkin planetmu EPIC 246393474 b? Di sana, satu tahun hanya terjadi selama 6,7 jam."
Dan luasnya yang tiga kali lipat lebih besar dari bumi.
"Bukan, di EPIC 246393474 b pun mustahil untuk terjadi kehidupan di dalamnya. Karena letaknya yang terlalu dekat dengan bintang induk."
"Lalu, apa mungkin Asgardia? Negara luar angkasa pertama itu?"
"Bukan!"
"Oke, kalau begitu apa nama planetmu? Dan di mana letaknya?"
"Aku berasal dari planet Eidenova, luar angkasa yang berjarak sekitar 177 juta kilometer dari atas permukaan laut di bumi."
"Eidenova?" bingungku.
Nama planet asing yang baru kali ini kudengar. Ada ya planet semacam itu?
"Planet masa depan yang dibangun dan diciptakan oleh Prof. Agerinova dari Swedia. Kehidupan di sana pun hampir sama seperti manusia pada umumnya di bumi. Hanya saja, semua sistem kerjanya dilakukan oleh teknologi pintar buatan. Ada beberapa manusia nyata dan lebih banyak makhluk seperti kami."
"Lalu kenapa kau bisa sampai ke bumi ini? Bukankah letak planet kita sangat jauh?"
Dia bilang 177 juta kilometer di atas permukaan laut bumi. Planet semacam apa itu?
"Banyaknya penemuan-penemuan baru yang dilakukan oleh para ilmuwan di sana membuatku harus terlempar sampai sejauh ini."
"..."
"Teknologi-teknologi canggih tidak hanya digunakan pada peralatan sehari-hari atau mesin berat saja. Tetapi juga pada manusia yang dijadikan bahan percobaan."
"Jadi maksudmu, kau salah satu dari hasil percobaan itu?"
"Tidak, bukan. Aku sengaja diciptakan sebagai bukti bahwa teknologi cerdas sekalipun tidak akan pernah bisa lebih cerdas dari akal manusia. Karena benda-benda canggih itu semua dirancang dan diciptakan oleh manusia. Tapi, aku tidak tahu siapa yang telah menciptakanku. Sampai pada suatu ketika aku berakhir di sini."
"Di bumi para manusia yang serakah." Lanjutan kalimat terakhirnya agak kasar. Dan tidak salah juga sih sebenarnya.
Tapi bagaimana bisa sebuah robot mengetahui perasaan dan hati manusia?
Namun, alih-alih kecerdasannya, aku masih terlalu penasaran kenapa ia bisa masuk ke bumi manusia yang terhalang jarak luar biasa jauh.
"Sore itu, langit Jakarta muncul lintasan panjang yang sampai saat ini masih diukur sampai seberapa. Warna violet yang berhasil membuat para ilmuwan dan para peneliti pun turun tangan. Banyak dari mereka yang mengatakan itu adalah meteor. Benda langit dan lain sebagainya. Apa kau juga termasuk di dalamnya?"
"Meteor?"
Apa pula ini? Sekarang dia menyerngit layaknya manusia sungguhan yang sedang kebingungan?
"Diprediksi bahwa meteor akan jatuh bersamaan dengan makhluk luar angkasa. Namun, tidak sedikit pula yang mengatakan bahwa itu adalah anggota NASA yang terjebak di sana sampai beberapa waktu dan tidak bisa kembali ke bumi. Tapi, sekarang kau muncul."
"Aku hanya nonaktif sampai beberapa waktu dan saat terbangun sudah berada di sini."
"Bagaimana bisa kau aktif sendiri tanpa ada seseorang yang mengaktifkanmu. Kau ini kan robot."
Dan para robot itu ada yang virtual dan sunguhan. Meski demikian, bentuk fisik mereka masihlah tetap terlihat seperti robot yang terdiri dari kecerdasan teknologi. Mesin smart fungsional, dan berbagai macam teknologi canggih penyusunnya.
"Dan kau bahkan bisa minum air, mengonsumsi makanan, bobot tubuhmu yang layaknya seperti para gadis sungguhan padahal biasanya robot itu sangat berat. Karena besi-besi dan tembaga yang tersusun."
"Tapi kau ..."
Aneh bukan?
"Aku bisa dinonaktifkan dan kembali aktif pada jangka waktu yang telah ditentukan. Aku pun bisa mengonsumsi semuanya karena di negaraku pun aku juga melakukannya. Tubuhku memang mesin tapi, aku juga terlahir dari rahim manusia."
"Ha!"
Haduh, ini bagaimana sih konsepnya.
"Lahir dari rahim manusia?"
"Tapi kau-kau bilang kau ini robot kan?"
"Diciptakan dan dirancang oleh manusia, tapi ..."
Oh Tuhanku.
Sebenarnya apa ini? Memangnya bisa seperti itu?
"Lalu, nama. Siapa namamu?"
"Belum diberi nama."
Lagi-lagi jawaban itu.
What the!
"Okay, kalau begitu mulai sekarang namamu Future. Karena kau pernah bilang kalau kau ini the future dan bukan manusia kan?"
"Iya, aku the future."
"Baiklah jadi namamu Future. Dan seterusnya aku akan memaggilmu demikian."
"Future, oke George. Kau mengambil dari nama belakang rasku. Data tersimpan. Sekarang namaku Future."
Klik!
Oh apa itu?
Sinar merah berputar di sekitar pupil matanya. Apa seperti itu caranya menyimpan data versi Future.
Kemudian bunyi klik sekali lagi cukup lama menormalkan kembali warna matanya yang kebiruan.
Pembicaraan kami sejak tadi terasa sangat berat. Padahal topik semacam imi cukup menggaet rasa penasaranku terhadap benda-benda langit. Namun, lagi-lagi semuanya hanya berfokus pada Future dan tidak menunjukkan bahwa dia ini sungguhan makhluk luar angkasa yang seperti di film-film.
Karena dapam benakku, masih tergambar jelas sosok jadu, si manusia luar angkasa yang menyerupai monster itu. Rupanya cukup mengerikan tapi, Future.
Well, dia cantik. Semua yang melekat dalam dirinya pun seperti anggota tubuh manusia yang lainnya. Terlihat sempurna dan wajar.
Penjelasannya beberapa saat lalu, agak kurang nyambung untuk ditelaah secara akal sehat. Pun dengan nama planet yang dia bilang sebagai tempat tinggalnya.
Sepanjang umurku sampai detik ini, baru pertama kali aku mendengar planet Eidenova. Negara luar angkasa yang dibangun oleh Prof. Agerinova?
Setahuku negara luar angkasa pertama ya hanya Asgardia. Yang dibangun sendiri oleh Igor Ashurbeyli, ilmuwan asal Rusia. Itu pun baru diresmikan beberapa tahun belakangan ini. Tidak sampai ributan tahun seperti yang Future katakan.
Tahun 3038?
Astaga!
"Oh! Atau jangan-jangan kau ini-"
Bip!
Bip!
Bip!
Bip!
Wush~
Ctak!!
"H-hei apa itu?"
"Sepertinya aku menemukan signal yang kukenali di dekat sini," katanya.
Future beranjak dari posisi duduknya. Berjalan cepat menuju pintu utama dan meraih handlenya. Namun, saat ia berhasil memutar handle dan membukanya. Seseorang muncul dari sana.
"Hai, Alan."
***