Malam sebelumnya, kediaman Mr. Jazz.
"Jadi, hal penting apa yang membawamu sampai berkunjung tengah malam seperti ini, Megan?" tanya Mr. Jazz.
Keduanya sudah berada di ruang kerja pribadi pria itu.
"Beberapa jam lalu aku kembali dari mini market. Dan di sana aku bertemu dengan makhluk sejenisku yang datang dari masa depan," jelas Megan.
Seperti tersambar petir, Mr. Jazz yang tadinya duduk santai menyandarkan punggungnya di kursi kerja, kini membenahi posisi duduknya. Punggungnyaa ia tegakkan.
"Maksudmu, ada the the future lain di sini?"
"Iya, Sir."
Bagaimana mungkin? Benak pria itu bertanya-tanya.
"Signal yang ia keluarkan sama persis dengan signalku. Kami juga sempat bersentuhan sesaat sehingga aku bisa menginput datanya dengan benar, kecepatan frekuensi aignalnya bahkan tidak mau menurun sejak satu jam yang lalu."
"Lalu, bagaimana bisa the future itu sampai ke sini? Apa dia juga memiliki alasan yang sama denganmu di bumi ini?" tanya Mr. Jazz.
"Lalu apakah dia the future yang sama denganmu? Maksudku si pemilik kecerdasan yang luar biasa itu?" Lagi-lagi pria tersebut memberondong Megan dengan pertanyaan beruntun.
"Ini masih spekulasiku saja, Sir. Berdasarkan data yang k****a dari signalnya, ia adalah the future baru."
"Baru?"
"Ya, the future yang masih sangat muda. Umurnya bahkan belum sampai seminggu. Mungkin ia adalah salah satu buatan para profesor yang gagal. Sehingga mereka membuangnya ke bumi," jelas Megan.
Mr. Jazz terlihat agak bingung namun ia tetap berusaha memagami dengan seksama. Salah satu tangannya yang bebas pun meraih ponsel di sisi kirinya.
Lantas menempelkan benda tersebut ke daun telinganya setelah sebelumnya mendial up kontak seseorang.
"Kapan kejadiannya, Megan?"
"Malam ini di depan mini market komplek sebelah. Dua jam lalu kami bertemu di sana. Dan ia tampak sedang berbelanja."
"Dua jam?"
"Benar, Sir."
Kalau begitu seharusnya ia belum pergi terlalu jauh kan? Dan jika mereka bertemu di mini market komplek, itu menunjukkan bahwasannya keberadaan the future baru itu masih di sekitar mereka.
Komplek sebelah dengan letak kediaman Mr. Jazz saat ini berjarak lumayan. Ya, tidak terlalu jauh ataupun terlalu dekat.
Karena jarak yang demikian, membuat sebuah ide melintas di pikiran Mr. Jazz.
"Lalu, di mana dia sekarang?" tanyanya cepat. Menggebu-gebu.
Megan yang duduk di seberangnya pun dapat membaca pikiran Mr. Jazz, bahwasannya pria itu kini sedang memiliki kekhawatiran.
"Maaf, Sir. Tapi signal kami hanya bisa terhubung selama maksimal 3 jam setelah pertemuan. Setelahnya, akan terhubung kembali jika signalnya kembali terkoneksi dengan jarak yang dekat," jawab Megan.
"Kalau begitu lacak saja keberadaannya. Signal kalian terkoneksi satu sama lain. Dan juga kau mudah menelusuri pencarian mengenai keberadaan sesuatu."
Ya, sebagai the future yang jenius hal tersebut tentu tidak sulit. Mereka bisa dengan cepat dan tepat melakukan segala sesuatunya. Termasuk hanya sekedar mencari lokasi sebuah signal. Setidaknya begitu yang Mr. Jazz pikirkan.
Namun, hal sebaliknya justru ia dengar dari Megannya langsung.
"Sistem keamanan kami adalah yang paling baik, Sir. Mencari ataupun melacak location yang sama dengan sistemku tidak bisa berlangsung secara terus-menerus." Begitu katanya.
"Kami, the future akan sangat kebal terhadap sistem hack dari perangkat mana pun. Juga sumber mana saja. Oleh sebab itu mencari kepastian mengenai kami bukanlah gagasan yang baik."
Mr. Jazz yang mendengarkannya pun tergugah emosinya.
"Bagaimana bisa begitu?!" tanyanya nyolot.
"Kalian ini sebangsa. Kau the future dan dia juga. Kalian sama-sama makhluk luar angkasa yang datang dari masa depan. Datang dari dimensi dan planet yang sama. Jadi, bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi?!"
"Tapi pada kenyataannya memang begitu, Sir. Kami kebal pada sistem hacking yang sedang marak. Walau menggunakan pengoperasian virus atau sejenisnya."
"Oh ya? Lalu peretasan dengan kode perusahaan buatanmu itu bagaimana? Bukannya kau bilang dengan kode rahasia tersebut kita bisa mengelabui banyak perangkat bodong yang ingin meretas datamu?"
"Benar, Sir. Tapi kode tersebut berpatokan pada nomor intel yang bertaut dengan perusahaan AI terbesar di Belanda. Meskipun itu hanya rekayasa tapi, sistem DX-nya menggunakan nomor seri yang sama."
"Jadi maksudmu kita tidak bisa melacak ataupun mencari keberadaan makhluk itu?"
"Sulit, Sir."
"Huh ..."
Mr. Jazz menghembuskan napas panjang. Pembahasan mereka kali ini sangat menguras tenaga dan emosinya.
Bagaimana pula bisa ada makhluk yang sama dengan Megan datang ke bumi? Dan apakah ini akan mengancam keberhasilannya untuk menaklukan dunia?
"Tidak-tidak, ini semua tidak bisa ditinggal diamkan. Bagaimana pun caranya, the future yang lain itu akaj menjadi milikku," gumam Mr. Jazz bersungguh-sungguh.
"Atau sebaiknya kulenyapkan saja dia?!"
Dourelio Jazz Vranks, ia lahir dengan sendok emas di tangannya. Yang berarti bahwa tahta dan kekuasan telah ia miliki sejak kecil.
Saat balita, ayahnya yang seorang ilmuwan terkemuka pada periode itu di cap sebagai tokoh legend di bidang robotik karena mampu menciptakan varian baru di dunia AI. Dengan kecerdasan dan kegunaan yang nyaris sempurna.
Namun sayang, dunia justru tidak berpihak dengan ayahnya saat itu. Korupsi dan nepotisme melenyapkan habis semua kekuasaan yang sudah mereka miliki. Ayahnya pun masuk bui dengan hukuk berlapis.
Sementara Mr. Jazz yang masih sangat kecil berpindah hak asuh kepada raja dari salah satu negara maju yang bersistem negara dengan kerajaan.
Memasuki usia remaja, ia mulai menunjukkan perkembangan yang signifikan. Jazz remaja handal membaca grafik perusahaan dengan cepat. Mengerti pola rancangan dan struktural daya magnetik.
Hingga saatnya Mr. Jazz memasuki sekolah menengah lanjutan, ia disekolahkan di akademi terbaik di Inggris. Dan di bawah asuhan keluarga istana sekaligus.
Semua yang ia inginkan terpenuhi, semua yang menjadi cita-citanya terlalu tepat pada sasaran. Semua berjalan sesuai bidikkannya di papan panahan. Ya, dunia dan segala isinya sudah Mr. Jazz miliki sejak dulu.
Oleh sebab itu, rasa inginnya terhadap sesuatu yang besar terus berkembang. Semakin dan semakin. Dirinya selalu merasa lagi dan lagi, selalu merasa kurang dan kurang. Tak pernah puas.
Maka, semboyan dan prinsip hidupnya sejak kecil sampai detik ini pun tidak pernah berubah.
Sebuah kalimat yang pernah ia cetuskan sejak berseragam putih merah.
"World is me, and me is all about world."
"Halo, Benzie. Kita bertemu di mansionmu jam tiga pagi nanti."
"..."
"Hum. Bawa semua peralatan hackmu. Dan datanglah tepat waktu!"
"..."
"Bawa juga chip rahasia kita."
"..."
"Hum."
Panggilan berakhir. Mr. Jazz dengan tatapannya yang sarat akan kemarahan pun melarikan pandangannya ke mana pun asal tidak jatuh pada Megan.
Ia kecewa, juga merasa sedikit frustasi.
Selama ini Megan adalah andalannya, robot cerdas yang selalu membantu dan mengerjakan segala sesuatunya dengan cepat dan tepat.
Megan yang selalu ia bangga-banggakan. Well, mungkin ini terdengar sangat tidak tahu diri tapi, Mr. Jazz bahkan berkeinginan untuk membumi hanguskan seluruh manusia di bumi untuk ia kuasi seorang diri. Menjadikan dirinya sebagai raja dan penguasa planet bernama bumi ini.
"Kau kembalilah, aku akan pulang ke apartemen terlebih dahulu. Pastikan anak dan istriku baik-baik saja. Pukul empat pagi nanti kembali lakukan peretasan pada media PCD3. Nonaktifkan semua data-data mereka dan cekal seluruh media yang terhubung."
"Baik, Sir."
"Buat sistem sensor perusahaan menjadi digital HD dari nomor seri yang lain."
"Ya, Sir."
Dan begitulah malam itu. Tengah malam yang penuh persitegangan. Disaat manusia lainnya sedang tidur dengan lelap, berbeda dengan Mr. Jazz yang kerepitan sendiri.
Malam itu juga seluruh staff dan pegawai pribadinya ia kerahkan untuk mencari signal yang Megan temui beberapa saat lalu.
Selain Benzie yang juga merupakan orang kepercayaannya, Mr. Jazz sampai meminta bantuan pada salah satu staff intel terkemuka di Inggris.
Tepatnya hacker terkemuka yang menjadi kepercayaan dan kebanggaan keluarga kerajaan yang pernah ia tinggali dulu.
Badan-badan intelegent yang sangat bisa diandalkan.
***