Chapter 5

1017 Words
Suara klakson tetdengar. “Hoi, Al. Sebentar!” Andrew berteriak keras. “Ini, Mas. Dua puluh ribu,” Kata pedagang siomay sembari menyerahkan dua bungkus jajanan kepadanya. “Oke sip, makasih ya, Pak. Kembaliannya ambil saja,” jawab Andrew cepat Kemudian berlari ke arah Van butut sahabatnya sudah yang menunggu di depan sana. “Kembalian apanya? Duitnya saja pas-pasan!” gerutu si pedagang siomay. Andrew tiba di mobil Alan dengan singkat. “Kau mau kutinggal ya?!” sarkas Alan begitu Andrew mendaratkan tubuh bagian bawahnya pada jok di sebelah pengemudi. Lelaki dengan jaket denimnya itu mendengkus pelan. “Lapar, Al. Beli makan sebentar,” jawabnya. “Nih.” Botol air mineral jatuh di atas paha Alan hasil dari lemparan sahabatnya yang masih asik ngemil tersebut. “Apa ini?” “Air minum tentu saja, memangnya apa lagi,” sahut Andrew santai. Lantas, apa hubungan botol air mineral itu dengannya? Salah satu alisnya Alan jungkitkan sedemikian rupa. Membentuk pola yang cukup unik namun keren berkat wajah tampannya. Menghunuskan tatapan tajam pada Andrew seolah bertanya. “Bukakan, apalagi.” Begitu jawabannya. Sontak saja Alan mendelik sebal. Tanpa aba-aba memungut botol yang masih tersegel tersebut kemudian balas melempar wajah laki-laki di sebelahnya hingga menimbulkan bunyi, “Tak!” yang cukup kuat. Kemudian? Suara ringisan Andrew dan murkahan dirinya yang terdengar riuh sepanjang perjalanan mereka menuju Doujav Corp. “Alan sialann tidak punya prikemanusiaan sedikit pun!” “Pantas saja sampai kepala dua pun kau masih menjabat sebagai bujang lapuk. Dasar es batu jelekk kejam!” Dan lain sebagainya kalimat-kalimat makian yang terlontar dari bibir Andrew. Sembari mengunyah ciloknya, tapi rentetan nyinyirannya tetap berkoar sempurna. Alan saja sampai pusing bagaimana bisa manusia yang ada di sebelahnya ini bisa mengontrol mulut antara mengomel dan makan dengan baik tanpa harus tersedak. Ck, ck ... Benar-benar berpotensi menjadi mulut kaum hawa. *** “Laporanmu sudah siap kan? “Sudahlah.” “Makalah untuk presentasenya?” “Sudah juga, And.” Wow! Lelaki itu berdecak kagum. Padahal kemarin malam mereka pulang cukup larut, dan Alan juga sempat bilang padanya kalau tugas kuliahnnya pun menumpuk. Kemudian, datang perintah tambahan untuk membuat laporan dan bahan presentase segala. Dan yang mengejutkan, bisa Alan selesaikan dalam waktu satu malam? “Pantas saja si bensin itu mempertahankanmu, ternyata kinerjamu cukup baik ya, Brother.” Kalimat Andrew yang terdengar sok bijak di telinga Alan membuat lelaki itu menjitak puncak kepala sahabatnya tersebut secara kasar. “Aww!” Dan kedua kalinya Andrew dibuat meringis oleh Alan hari ini. Tak terasa waktu sangat cepat berlalu, jam makan siang berakhir dalam sekejap. Seluruh tim IT devisi A-C memenuhi ruang rapat. “Alan-Alan, kau benar-benar sudah menyelesaikan bahan presentasennya kan?” bisik Andrew sekali lagi. Jika dirinya yang menjadi Alan, hal tersebut adalah mustahil untuk ia selesaikan dengan waktu yang sangat mepet. Jadi, Andrew hanya ingin bertanya sekali lagi. Memastikan perkataan yang Alan ucapkan tadi bukan bualan semata. Apalagi rapat mereka kali ini dipimpin langsung oleh CEO resmi perusahaan, bukan kaki tangan atau perwakilannya. Dua orang yang berdiri di depan pintu segera memberi salam pada dua orang lainnya yang masuk ke ruangan tersebut. Pria yang tampak gagah dengan balutan jas biru tua senada dengan celana bahan dan dasinya itu mengambil posisi duduk yang telah terssedia di paling depan dari kursi yang lain. Dourelio Jazz Vranks, Pimpinan resmi dari perusahaan IT raksasa di Indonesia dan beberapa negara yang termasuk dalam ASEAN. CEO of Doujav Corp, Mr. Dourelio Jazz Vranks atau lebih sering dipanggil dengan sebutan Mr. Jazz. Di sebelahnya, seorang wanita berdiri di sana. Pakaian formal yang melekat sempurna dengan perawakkannya yang langsing. Ya, yang menyebabkan seisi ruangan rapat menjadi bisik-bisik heran dengan keberadaan perempuan tersebut. “Kudengar Sekretaris Haje masih bekerja kok. Belum terdengar kabar Mr. Jazz berganti sekretaris.” “Tidak mungkin anaknya kan, putri Mr. Jazz masih kecil sekitar TK atau baru masuk di sekolah dasar.” “Kekasih Mr. Jazz?” “Hust! Sembarangan. Awas kena pecat kau.” Ramai, seolah yang bergosip tersebut tak menganggap orangnya langsung di depan sana. Berlainan dengan staff lain yang masih saja kepo dan bisik-bisik saling curi-curi pandang ke arah bos mereka, Alan dan Andrew justru terpantau tenang. Hanya mereka yang bergeming, menatap langsung pada sosok Mr. Jazz dan wanita itu. “Oh, wanita itu?” Yang bertabrakkan dengannya di lobi kantor kemarin malam saat dia lembur kan? Ya, Alan ingat jelas. Wajah datar tanpa ekspresi terkesan angkuh, tubuh tinggi namun tidak terlalu tinggi dan mata yang memancarkan sinar aneh dari kedua lensanya. Alan tidak salah orang, ingatannya pun cukup tajam. Lalu, kenapa sekarang wanita itu ada bersama dengan pimpinan mereka sekarang? Disaat situasi penting sekelas rapat ini? Seseorang mengetuk pintu berwarna coklat di hadapannya. Pintu terbuka, menampilkan Benzie yang memasuki ruangan dengan menenteng sebuah map di tangannya. Hacker handal dan robot engineer terbaik se-Asia. Telah banyak emas yang pria itu sumbangkan untuk mengharumkan namanya. Terutama nama Doujav Corp, karena salah satu staff-nya adalah manusia genius kelas dunia. Benzie, pria bergelar master pada pendidikan Ilmu Teknologi (IT) diusianya yang masih sangat muda. 27 tahun, namun kebolehan dan kepiawaiannya dalam melacak dan membobol suatu perangkat lunak ataupun hardware sangatlah patut diacungi jempol. Lagi, Benzie adalah robot engineer pertama dari Indonesia yang berhasil merancang manusia tiruan atau robot manusia yang sangat mirip seperti manusia asli. Starlight, robot manusia bergender wanita yang memiliki kemampuan hampir semua yang pekerjaan wanita pada umumnya lakukan. Orang-orang mengatakan, robot rumah tangga. Karena Starlight ahli dalam pekerjaan rumah seperti, menyapu, mengepel, mencuci pakaian, mencuci piring, dan memasak. Jenis robot yang membuat Benzie naik daun begitu besarnya. Genius robotic engineer from Indonesia, julukan tersebut pun melekat padanya sejak hari itu. “File yang Anda butuhkan semua terdapat di dalam, Mr. Silahkan.” Suara Benzie terdengar. Lantas, Mr. Jazz segera duduk di kursinya dan membuka map berisi file-file berbau dollar itu. Ya, begitu yang Alan pikirkan. Baunya bahkan sangat menyengat sampai ubun-ubunnya. “Alan George Ferdian, tolong serahkan laporan bulanan data TD bulan ini,” ucap Mr. Jazz namun matanya masih fokus membaca selembar kertas yang Benzie serahkan padanya beberapa saat lalu. “Baik, Mr.” Alan pun beranjak dari posisi duduknya dan menyerahkan map birunya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD