Chapter 1

1023 Words
“Hoi, Alan!” Aku menoleh, ada Andrew yang sedang mengejarku di belakang sana. Segera kuhentikan langkahku. “Langsung pulang?” tanyanya begitu mendarat di sebelahku dengan terengah. “Memangnya mau ke mana?!” jawabku. “Aku ikut mobilmu ya?” katannya lagi. “Mau menginap?” Lelaki yang merupakan teman kerja sekaligus teman kuliahku itu pun menggeleng. Ransel hitam yang ia sandang dilepaskannya dan memindahkan ke bagian depan sisi tubuhnya. “Numpang sampai depan cafe Glitter, Jesselyn sedang menunggu di sana.” “Jesselyn?” “Kekasihku yang baru,” jawabnya ringan sekali. Bahkan disaat lembur seperti ini Andrew masih sempat-sempatnya meluangkan waktu untuk berpacaran? Memang sesuatu sekali, karena dari sekian banyak temanku yang lain, Andrew ini merupakan salah satu jajaran para playboy yang suka gonta-ganti pasangan. Seingatku, terakhir kali kekasihnya bernama Anastasya. Baru sekitar satu minggu lalu ia mengenalkannya padaku. Dasar Andrew. “Hmm.” Tapi tetap saja kusetujui, berhubung letak cafe tersebut searah dengan rumahku. Aku juga berencana mampir sebentar untuk membeli minum dan makanan untuk ku santap di rumah. Brak! “Astaga, maafkan saya, Nona,” kataku. Karena malam ini keadaan basement cukup ramai, aku tidak sengaja menabrak seseorang hingga beberapa barang bawaannya jatuh berserakan di lantai. Orang yang ku tabrak itu merupakan seorang wanita. Dari penampilannya sepertinya dia bukan pegawai di Doujav Corp. Dia tidak membalas ucapan ataupun tatapanku, setelah beberapa file yang berserakan kembali terkumpul dengan rapi, wanita itu melesat begitu saja menghiraukanku serta Andrew. “Ck ck, gadis sombong. Tapi, dia lumayan cantik juga,” seru Andrew. Aku hanya meliriknya tanpa minat, serius. Tidak berminat kepada Andrew maupun wanita tadi. “Cepat! Kutinggal kau!” ancamku padanya. Andrew lekas membuntutiku sembari mengoceh ini dan itu. Demi kuku kucingku yang baru ku potong dua hari lalu, tidak ku dengarkan apa pun ucapannya. Suka-sukanya sajalah, yang hadir di benakku hanya pulang ke rumah, makan, mandi, dan tidur. Dan satu hal lagi, aku tidak tertarik dengan wanita. Aku Alan, lengkapnya Alan George Ferdian. Mahasiswa jurusan IT tingkat empat. Seorang pelajar rantau juga pekerja part time di sebuah perusahaan komputer, Doujav Corp. Sejak duduk di bangku sekolah menengah, aku tidak pernah berharap mendapat beasiswa kuliah di universitas bergengsi di Indonesia, apalagi bekerja di perusahaan raksasa yang sudah terkenal hingga ke belahan bumi Eropa. “Selamat siang, pemirsa. Tersebar kabar, seorang scientist terkenal asal Jerman tengah memprediksi jatuhnya sebuah meteor ganda berbentuk persegi enam yang akan jatuh di beberapa negara yang terkumpul dalam ASEAN. Meski masih diprediksi namun, beberapa bukti kuat menentukan bahwa benda langit tersebut akan benar-benar menyapa bumi. Hal ini disebabkan oleh lapisan armosfer yang semakin menipis sementara benda-benda luar angkasa yang tak terhitung jumlahnya, saling bertabrakan mencipta getaran yang mampu menembus planet lain. Kini ...” Suara pembaca berita wanita terdengar jelas ketika Andrew mengaktifkan siaran radio di mobilku. Aku pun yang tadinya sedang fokus dengan mengemudi juga tertarik mendengarkan penjabaran itu lebih lanjut. Kami sempat saling pandang beberapa sekon. Hal seperti ini adalah sebuah topik yang kami sukai, kecintaan kami terhadap benda-benda langit dan segala macamnya yang hidup di sana merupakan kesenangan tersendiri untuk dibahas. Ya, walaupun agak melenceng jauh dari status kami sebagai mahasiswa jurusan IT. Sebenarnya tidak terlalu jauh juga, kami suka menghubungkan keadaann ilmiah dengan dunia pemrograman, karena kami pikir itu sangatlah keren. Kami bahkan memiliki cita-cita yang sama, yakni dapat mengunjungi luar angkasa secara langsung. Meniliti apa saja yang ada di dalamnya dan merasakan euforia melayang-layang di udara. Uh ... kedengarannya seru sekali. Aku kembali fokus mendengarkan topik pembawa berita. “Bersamaan dengan ramalan tersebut, Prof. Felix dari Universitas Merah Putih Indonesia juga mengejutkan media massa dengan unggahan video di vlog pribadinya, yang mengatakan bahwa, tidak hanya benda langit saja yang akan menyambangi bumi. Melainkan, turut serta sebuah makhluk luar angkasa. Mungkinkah itu UFO?” “Mungkin saja.” Refleks aku menanggapi. “Tidak mungkin,” potong Andrew. Apa dia sedang tidak menyetujui opiniku? Pria berkemeja biru dongker itu melanjutkan dengan berkata, “Sampai detik ini, UFO itu belum terbukti kebenarannya. Jadi, aku tidak percaya.” “Tapi, aku percaya. Melihat dari bagaimana cara dunia bekerja. Sepertinya tidak ada yang tidak mungkin bahkan banyak yang beranggapan mustahil sekali pun.” Andrew yang duduk di sebelahku tampak terdiam, sepertinya sedang menimang perkataanku yang mungkin saja masuk akal? “Dan jika benar hal semacam itu terjadi, aku akan menjadi orang pertama yang membawanya pulang, akan ku modifikasi dia serupa robot. Astaga, itu pasti akan sangat pecah.” “Aku akan membantu merakit tubuhnya dengan sistem operasi dua cabang,” imbuhku. “Mengaktifkan membran sel otaknya dengan robot multifungsi yang dapat dihubungkan ke USB Micro smartphone, menggunakan sistem sensor, dan dapat mengenali sesuatu dengan melatih indera penglihatan dan indera perabanya,” lanjut Andrew. “Menyempurnakan fisik agar tampak nyata seperti manusia, menambahkan unsur Tc-99, Ti-201, Xe-133, dan melunakkan tegangan pada medan listrik.” “Terakhir, menghubungkan daya ingatnya dengan kecerdasan komputer dan beberapa file rahasia penting komponen ilmu pengetahuan di alam semesta. Dengan begitu, dia akan menjadi makhluk paling genius dan canggih yang pernah ada di bumi.” “Perfect!” ucapku dengan Andrew bersamaan. Lantas, kami pun tertawa terbahak-bahak. Baru memikirkanya saja, kami sudah sebahagia ini. Bagaimana jika hal itu benar terjadi nantinya? Ku pikir aku akan pingsan detik itu juga. Kekompakan kami mengenai hal seperti ini memang tidak perlu diragukan lagi. Tanpa terasa, mobil yang kukendarai telah berhenti di depan sebuah cafe yang menjadi tujuanku dengan Andrew. “Thanks Bro- eh kau ikut turun?” tanya Andrew begitu melihatku membuka pintu mobil. “Ingin mencari makan, memangnya apalagi?” Andrew pun menganggukkan kepalanya, kemudian muncul senyum misterius di wajahnya. Aku mencium bau-bau kelicik-an. “Kalau begitu, kita pulang bersama saja. Kau bisa menungguku selagi memesan, bukan begitu kawan?” katanya. Nah kan, benar saja. “Bukannya kau bilang kau mau kencan?” “Ya, kencannya makan saja. Setelah itukan aku harus pulang.” “Lalu, bagaimana dengan kekasihmu?” “Bukan kekasih, kami baru berkenalan siang tadi melalui aplikasi. Jadi, dia belum sespesial itu untuk kuantar pulang,” jawab Andrew lancar jaya. Ck ck ck, memang dasar kadal air keruh. Untung saja sifat buruknya ini tertutupi oleh kemampuan hackernya yang luar biasa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD