Giana berada di salah satu club malam bersama teman temannya ia gelisah mengingat suaminya telah tiba dirumah siang ini, Giana berniat kembali tapi salah satu temannya menahan Giana untuk lebih lama disana.
"Gue balik aja ya, lain kali kita lanjut lagi." Giana hendak bangkit tapi tangannya di cekal salah satu temannya membuat ia kembali terduduk.
"Nanti kenapa sih, loe mau kemana buru buru balik?"
"Suami gue udah balik dari Bali, gue berantem sama dia, jadi gue gak mau ini mangkin jadi ribet masalahnya, karena gue gak pulang pulang."
"Santai aja kali, loe kan udah biasa ngadepin kemarahan suami loe." ucap salah satu wanita yang berada diseberang mereka.
"Tapi gue rasa kali ini dia marah banget, gue takut dia capek dan mintak cerai."
"Ohh, ternyata loe takut juga di ceraikan suami loe?"
"Rebeca loe kok gitu sih ngomongnya, ya jelas lah, Akhtar pria yang gue cintai."
"Meskipun loe, tinggalin setiap hari, gue kira loe gak cinta."
"Gue cinta banget sama dia, karena gue gak mau dia nikahin cewek lain, gak ada pilihan makannya gue mau dinikahin dia,"
"Halaah, cinta, tapi loe lebih keseringan di kawinin Derian, daripada laki loe kan ngaku?"
"Rebeca loe keterlaluan banget sih, kalau ngomong bisa gak sih loe saring lebih dulu." Giana merasa malu mendengar ucapan salah satu temannya.
"Gue ngomongin fakta, gue malah kasian ama laki loe, anak baek, mana ganteng, di anggurin, awas lo nanti ada pelakor dalam rumah tangga loe."
"Kok loe gitu sih doanya jelek banget."
"Karena suami loe rentan banget butuh kehangatan." ucap salah satu teman Giana yang lainnya, dan diangguki dengan yang lain.
"Lama lama gue pusing disini, kalian kalau ngomong suka suka, gue balik aja."
"Ya udah sono balik, jangan lupa laki loe di iket baik baik, bila perlu diservis, kasian punya lakik potensial di anggurin." Giana beranjak dari tempatnya ia berlalu dengan cepat memikirkan suaminya mendua membuat hati nya meradang, meskipun ia sering bermain dibelakan Akhtar, tapi ia tetap tidak rela jika Akhtar harus berpaling dengan wanita lain, Giana tidak akan biarkan itu. Ia memasuki rumah besar itu mengedarkan pandangannya jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam ia masuk kedalam ruang kerja Akhtar, dan ternyata benar Akhtar berada disana, pria tampan itu mendongakkan kepalanya memandang ke arah istrinya dengan raut datar, lalu melanjutkan pekerjaannya kembali.
"Maafkan aku, kamu masih marah?" Giana mendekati suaminya lalu memeluk Akhtar dari posisi belakang, mengecup pipi Akhtar sekilas lalu menumpuhkan dagunya di pundak lebar suaminya.
"Aku rasa tidak perlu bertanya, kamu tahu apa yang kamu lakukan."
"Oke, aku minta maaf honey, kamu sudah makan malam?" Akhtar tidak menjawab, perasaannya masih marah dengan sikap Giana.
"Apa kamu lelah?" Giana mencoba mendekati suaminya meraba d**a suaminya.
"Pergilah, aku masih banyak pekerjaan."
"Kamu belum menjawab pertanyaanku?"
"Aku sedang bekerja, jangan menggangguku."
"Bagaimana kalau malam ini kita habis kan waktu bersama, kita sudah lama tidak makan malam bersama."
"Aku sudah kenyang." ucap Akhtar masih menolak. Giana gencar meneruskan aksinya ia merubah posisinya duduk dipangkuan Akhtar, lalu tanpa aba aba ia mencium bibir Akhtar sekilas, ia mencoba memancing suaminya. Akhtar terdiam menghentikan pekerjaannya ia merasa terganggu dengan apa yang dilakukan Giana, tapi Akhtar tetap pria normal yang memiliki kebutuhan, ia sudah lama tidak mendapatkannya, karena Giana selalu pulang malam berakhir tidur kecapekan dan lebih parahnya ia pulang dalam keadaan mabuk. Akhtar memandang istrinya lalu ciuman Giana kembali terjadi, Akhtar menyambutnya, mereka menikmati ciuman itu, melumat, menghisap, Akhtar mengusap punggung istrinya, tangan yang lain ia gunakan untuk mengusap paha mulus Giana, Giana menggunakan gaun yang hanya mencapai batas lututnya sehingga memudahkan Akhtar untuk meraba lebih dalam ditubuh istrinya. Akhtar mengangkat tubuh Giana membawanya kedalam kamar mereka, malam ini Akhtar ingin melepaskan kebutuhannya yang tertunda bersama istri tercinta.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
***
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Pagi ini Kalina sedang sibuk dengan pekerjaanya ia menyiapkan salah satu berkas untuk ditanda tangani oleh bosnya, setelah melakukan pekerjaannya itu ia membawa berkas berkas kepada Akhtar, ia mengetuk pintu ruangan bosnya dan mendengar seruan dari dalam, Kalina masuk melihat bosnya sibuk dengan pekerjaannya tanpa mengalihkan perhatiannya kepada Kalina.
"Pak ini berkas yang mesti Bapak tanda tangani." Kalina menyodorkan sebuah map kepada atasannya.
"Letakan saja disitu, nanti Saya periksa."
"Baiklah, apa Bapak butuh sesuatu?"
"Tidak, kembali lah bekerja." ucap Akhtar masih dalam posisinya. Padahal Kalina ingin meminta maaf atas tindakannya yang kemarin karena lancang mendengarkan percakapan bosnya, Kalina mengurungkan niatnya untuk meminta maaf ia berbalik arah dan keluar begitu saja. Akhtar menghentikan pekerjaannya ia menatap pintu yang sudah tertutup rapat, ia menghela nafasnya sejak kemarin Akhtar selalu memikirkan Kalina, mungkin kah ia mulai tertarik dengan Kalina, tapi bagaimana, ia dan istrinya mulai membaik mereka bahkan sudah saling memaafkan dan berjanji satu sama lain. Sepertinya ia harus mengsugesti hatinya untuk tetap bersikap profesional. Makan siang sudah tiba Kalina dan Jihan sedang berada di cafetaria kantor Kalina yang sejak tadi hanya sibuk mengaduk aduk makanannya membuat Jihan penasaran ia menyenggol sahabatnya tersebut membuat Kalina mendongakkan kepalanya.
"Apa?"
"Loe kenapa Lin? galau ya, putus cinta?" Kalina menggeleng kepalanya ia memandang kearah lain, menghela nafasnya.
"Gue lagi gak semangat aja."
"Kenapa?"
"Gak kenapa kenapa sih."
"Aneh banget sih loe, kalau gak kenapa kenapa ya berarti loe kekurangan gizi makannya lemes." ucap Jihan membuat Kalina melotot padanya.
"Enak aja, kalau ngomong."
"Terus apaan, cinta loe ditolak?" Kalina menggeleng lemah kenapa ia malah memikirkan bosnya saja, apa ia memang tertarik dan menyukai bosnya, bisakah seperti itu batin Kalina.
"Jihan, kalau kita suka sama milik orang lain boleh gak sih?" Jihan tampak berpikir lalu memandang ke arah Kalina serius.
"Tergantung."
"Tergantung apa?"
"Tergantung loe sukanya itu hanya sekedar kagum atau ingin memiliki."
"Gue," Kalina memikirkan perasaannya sepertinya untuk memiliki itu jauh dari perkiraan Kalina, ia merasa kagum saja pada bosnya.
"Kayanya gue cuma kagum, dan suka aja deh Ji, gak lebih."
"Kalau itu mah, ya gak papa Lin, asalkan loe gak merebut milik orang lain, tapi hati hati juga, karena dari rasa kagum itu bisa jadi muncul keinginan ingin memiliki." Kalina terdiam mungkin kah ia akan seperti itu.
"Lagian loe kagumi siapa sih?"
"Gak ada kok."
"Bener?"
"Beneran."
"Ntar loe kagum ama Bos kita dikantor." Kalina langsung tersedak nasi gorengnya ia buru buru meminum air dihadapannya.
"Wahh, parah nih, beneran Bos maksud loe?" ucap Jihan menyimpulkan.
"Enak aja enggak kok." ucap Kalina buru buru sambil menggoyangkan tangannya dihadapan Jihan.
"Jadi siapa? ngaku."
"Gak ada Jihan, udah deh buruan dimakan entar keburu waktu kita habis."
"Gak usah ngalihin pembicaraan, gue daritadi juga makan, loe aja yang gak makan cuma di aduk aduk gak jelas, lagian kalau loe kagumi Bos juga gak apa apa, udah biasa, seluruh karyawan disini juga gitu kali." Kalina masih tetap diam ia tidak ingin merasa malu jika Jihan mengetahuinya dan meledeknya habis habisan karena ia benar tertarik dengan bosnya tersebut apalagi jika Kayra sahabat kecilnya itu tau pasti ia heboh sekali. Kalina kembali duduk di ruangannya setelah menghabiskan makan siangnya dengan Jihan, ia masih duduk termenung dikagetkan suara ketukan sepatu dari Akhtar yang berjalan melintasi mejanya diikuti Toni di belakangnya. Kalina berdiri lalu membungkuk hormat kepada Akhtar yang berlalu begitu saja, ia memandang ke arah punggung lebar Akhtar, Kalina memegang dadanya yang berdebar tak karuan mengapa ia konyol sekali, mungkin benar yang Kayra katakan punggung lebar itu nyaman sekali untuk bersandar, hanya memandangi punggung lebar itu saja Kalina sudah sangat senang. Ia menggeleng gelengkan kepalanya kenapa ia malah berpikir kesana bukannya ia akan menyiapkan keperluan rapat untuk bosnya siang ini, ia kembali duduk dan menyiapkan semua yang Akhtar butuhkan.
Suara ketukan pintu membuat fokus Akhtar beralih.
"Masuk," ucap Akhtar pada seseorang yang mengetuk pintunya.
"Maaf Pak, waktu rapat sepuluh menit lagi." ucap Kalina mengingatkan kepada Akhtar.
"Oh iya, Saya akan bersiap siap, kamu sudah siapkan semua materinya?"
"Sudah Pak!" jawab Kalina, Akhtar menghentikan pekerjaannya ia mengumpulkan berkas yang sedikit berserakan lalu berjalan kearah Kalina yang menunggunya.
"Maaf Pak, dasinya sedikit berantakan." ucap Kalina kepada Akhtar yang langsung menghentikan langkahnya. Ia berputar mencari cermin atau setidaknya ada benda yang bisa menunjukkan bayangannya tapi tidak ada cermin atau apapun disana jalan satu satunya ia membetulkan tanpa berkaca. Tapi susah Akhtar malah jadi kerepotan, Kalina ingin membantu tapi ia merasa terlalu lancang.
"Bisakah kamu bantu Saya." ucap Akhtar akhirnya. Kalina memandang Akhtar lalu mendekati pria tersebut. Akhtar pria yang tinggi sedangkan Kalina adalah gadis mungil yang hanya sebatas d**a Akhtar saja, Akhtar melihat Kalina susah payah membetulkan dasinya langsung membungkukan tubuhnya agar Kalina bisa lebih muda melakukannya.
"Maaf Pak." Ucap Kalina saat mulai memegang dasi Akhtar jangan ditanya jantung Kalina seperti sedang lari maraton dengan tangan yang berkeringat dingin. sedangkan Akhtar yang membungkuk tetap fokus pada wajah mungil dihadapannya, lagi lagi ia mencium aroma seperti yang ia cium saat berada di Bali, Akhtar menyukainya, wangi yang sangat manis dan lembut.
"Sudah Pak." Ucap Kalina membuat Akhtar terkejut dan langsung menjauhkan tubuhnya, ia menjadi lupa diri merasakan wangi dari Kalina, mereka berjalan bersama keluar, Kalina yang berada dibelakangnya memegang dadanya yang berdebar tak karuan ia menghela nafasnya lalu berjalan mengikuti Akhtar dengan membawa berkas di tangannya.
. . . . . . . . . . . . . . . *** . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Maaf untuk typo dan lain lain..
Jangan lupa Komen
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Alamat sss Author..
*Lyerma wati. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Salam sayang dari Author. . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .